Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

Oleh
Adji Nabila Chintia Dewi
Baddian Boelgis

Pembimbing
dr. Bernard Taufan Soehaemy, Sp.An
LABORATORIUM ILMU ANASTESI
RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU
BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
MALANG
Latar Belakang

Struma adalah tumor (pembesaran) pada kelenjar tiroid.


Tujuan eksisi pembedahan untuk mengambil utuh
Biasanya dianggap membesar bila kelenjar tiroid lebih dari 2x
jaringan tumor. Sebagian besar operasi (70-75 %) dilakukan
ukuran normal
dengan general anestesi.
Struma nodosa atau struma adenomatosa terutama
General anestesi adalah tindakan meniadakan
ditemukan di daerah pegunungan karena defisiensi iodium.
nyeri secara sentral disertai dengan hilangnya kesadaran
Etiologinya umumnya multifaktorial. Biasanya tiroid sudah
dan bersifat pulih kembali (reversible). General anestesi
membesar sejak usia muda dan berkembang menjadi
terdiri dari hipnotik, anelgesia, dan relaksasi otot.
multinodular pada saat dewasa
Struma nodusa tanpa disertai tanda hipertiroidisme disebut
struma nodosa non toksik
Latar Belakang

Rumusan Masalah

1.Bagaimana teknik anestesi yang dilakukan


pada pasien dengan kasus struma ?
2.Apa saja obat-obatan anestesi yang
diberikan pada pasien dengan kasus struma
?
Tujuan
1.Mengetahui dan memahami teknik anestesi yang dilakukan
pada pasien dengan kasus struma.
2.Mengetahui dan memahami obat-obatan anestesi yang Khusus
diberikan pada pasien dengan kasus struma.

1.Bagi Penulis
Laporan kasus ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai general

Manfaat
anestesi dengan teknik intubasi pada pasien dengan kasus struma.
2.Bagi Pembaca
Laporan kasus ini dapat menjadi salah satu tambahan mengenai rujukan yang
bisa diaplikasikan pada pasien yang akan dilakukan general anestesi dengan
teknik intubasi pada pasien dengan kasus struma.
IDENTITAS
ANAMNESA
Keluhan utama : Benjolan di leher
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk RSUD Syamrabu Bangkalan dirawat di Ruang
Bedah pada tanggal 5 September 2019 dengan keluhan benjolan di
- B1 (Breath) : batuk (-), pilek (-), sesak (-), dan
leher kanan sejak 1 tahun sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
demam (-)
dirasakan semakin lama semakin membesar. Benjolan tersebut
- B2 (Cardiovascular) : ACS (-), hipertensi disangkal
tidak berpindah tempat, dan ikut bergerak saat pasien menelan.
- B3 (Brain) : Stroke (-), sakit kepala (-), lemah
Benjolan tidak disertai nyeri. Demam disangkal. Pasien datang
tungkai (-)
untuk persiapan operasi.
- B4 (Bowel) : Gastritis (-), Hepatitis (-),
kolesistitis (-)
- B5 (Bladder) : ISK (-), Batu ginjal (-)
- B6 (Bone) : Fraktur (-), Oedem (-)
Riwayat Penyakit Dahulu :

, Riwayat sakit yang sama (-), hipertensi (-), riwayat


penyakit jantung (-), DM (-), riwayat operasi (-), asma (-

Riwayat Pengobatan ), bronkitis (-), alergi (-)

Pasien mengaku tidak pernah berobat

Riwayat Psikososial

Pasien mengaku makan teratur sehari 3 kali,


menggunakan garam beryodium, merokok (+), alkohol
(-), serta jarang berolahraga
Pemeriksaan
Fisik
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis (4 5 6)
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Frekuensi nadi : 82 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : o
36,6 C
Skala nyeri : 0 (Wong-Baker scale)
Berat badan : 70 Kg
Tinggi badan : 168 cm
Status gizi : Overweight IMT 24,8kg/m2
STATUS GENERALIS
Kulit : sawo matang, sianosis (-), turgor kulit normal

Kepala : normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut

Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), palpebra edema (-/-)

Hidung : defiasi (-/-), nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir sianosis (-), uvula (+), pembesaran tonsil (-)

Telinga : bentuk normal, simetris, serumen (-/-)


• Inspeksi : Tampak satu benjolan (+), warna kulit sama dengan sekitarnya,
permukaan rata (+).
• Palpasi : Teraba pembesaran kelenjar tiroid pada lobus dextra, bentuk irreguler,
ukuran diameter 3 cm, konsistensi kenyal, tidak berdungkul-dungkul, batas tegas (+),
nyeri tekan (-), suhu hangat (+), ikut bergerak saat menelan.
Leher • Auskultasi : Tidak dilakukan
• Perkusi : Tidak dilakukan

Benjolan
Thorax

• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak


• Palpasi : ictus cordis kuat angkat
Cor :
• Auskultasi : bunyi jantung I-II normal, regular, murmur (-), gallop (-)
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal

• Inspeksi : dinding dada simetri, retraksi (-)


• Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Pulmo :
• Perkusi : sonor di kedua lapang paru
• Auskultasi : suara dasar vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
• Inspeksi :perut datar, simetris, massa (-)
• Auskultasi : bising usus (+) normal
• Palpasi : soefl, dinding perut soefl, hepar dan lien tidak teraba,
Nyeri tekan
Abdomen :

• Perkusi :timpani

Ekstremitas : Edema (-/-), sianosis (-/-), akral hangat.


PEMERIKSAAN Pemeriksaan Darah Lengkap tanggal 27 Agustus 2019
Item Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Satuan

PENUNJANG Hematologi

Hb 13,7 13,2-17,3 g/dL

Eritrosit 5,39 4,4-5,9 juta/uL


Pemeriksaan Fungsi Tiroid tanggal 22 Agustus 2019 Leukosit 9,6 3,8-10,6 ribu/uL

Item Hasil Nilai Normal Satuan Trombosit 251 150-440 ribu/mm3

Pemeriksaan Hematokrit 43,1 40-52 %

Imunoserologi Index Eritrosit

MCV 79,9 70-96 fL


FT4 1,26 0,71-1,86 ng/dL
MCH 25,4 26-34 Pg
TSH 0,3 0,27-4,2 uIU/mL
MCHC 31,8 30-36 %

Hitung Jenis Leukosit

Basofil 1,58 0-1 %

Neutrofil 52,50 40-70 %

Limfosit 36,00 22-40 %

Eosinofil 3,52 2-4 %

Monosit 6,39 4-8 %

Kimia Klinik

Kreatinin 0,81 0,62-1,10 mg/dL


Foto X-Ray
Cor : Besar dan bentuk normal
Pulmo : Tak tampak kelainan
Kedua sinus phrenicocostalis tajam
Kesimpulan : Foto Thorax tidak tampak
kelainan

EKG :Dalam Batas


Normal Diagnosis Kerja
Struma Nodusa Non Toksik (SNNT) dextra
PSA ASA kelas 1, General Anestesi dengan intubasi
TATALAKSANA Rencana Anastesi

 Puasa 6 jam pre operasi\\


Pramedikasi :
 Ranitidin 1x150 mg tab
Rencana pasca anastesi
-Posisi supine Intubasi dengan teknik ETT no 7,0

-Infus Asering 3360 ml/24 jam • Sedatif : Midazolam 5 mg IV


Propofol 100 mg IV
-Makan dan minum dilarang, sebelum
General • Analgetik : Morfin 10 mg IV
:
sadar penuh Anastesi Fentanyl 100 mcg IV
• Pelumpuh Otot : Atracurium 25 mg IV
-Monitor tanda vital
• Maintenance : O2
-Tirah baring 24 jam Sevofluran 2 vol%

-Terapi : Metamizole Sodium 3x1 g IV 2. Cairan


Ranitidin 3x50 mg IV Cairan : Pra Anestesi : Ringer Laktat 840 ml
Intra Anestesi : Asering 520 ml
Ondansentron 3x4 mg IV
FOLLOW UP
Tanggal Subjective Objective Assesment Planning

KU : cukup
TD : 110/80 mmHg  SNNT dextra Pemeriksaan DL
Benjolan di leher
27/8/2019 HR : 80 x/mnt  PSA ASA kelas 1, Foto thorax
kanan
RR : 20 x/mnt  GA dengan intubasi IVFD RL 20 tpm
T : 36,4 oC

KU : cukup
IVFD RL 20 tpm
TD : 110/70 mmHg  SNNT dextra
Benjolan di leher Puasa 6 jam pre operasi
5/9/2019 HR : 82 x/mnt  PSA ASA kelas 1,
kanan Premed ok:
RR : 20 x/mnt  GA dengan intubasi
- Ranitidin 1x150 mg tab
T : 36,6 oC

KU : cukup - Puasa sampai sadar penuh


TD : 120/80 mmHg - Cek TTV
 Post Isthmolobektomi
6/9/2019 Pasca Anastesi HR : 74 x/mnt - Metamizole Sodium 3x1 g IV
dextra
RR : 20 x/mnt - Ranitidin 3x50 mg IV
T : 36,3 oC - Ondansentron 3x4 mg IV
Pembahasan
Pasien ini digolongkan dalam PS ASA I
karena dari anamnesis tidak didapatkan
kelainan sistemik, Pasien sehat secara Pada kasus ini dilakukan isthmolobektomi
dengan pemilihan general anestesi dengan
organik, fisik, maupun psikiatrik
teknik intubasi, dikarenakan general anestesi
mempunyai tujuan agar pasien tidak sadar,
merasa rileks, nyaman, tidak merasakan nyeri
saat pembedahan berlangsung. Pembedahan
struma dilakukan di bagian leher dan
menghabiskan waktu yang cukup lama,
sehingga diperkirakan akan ada kesulitan
untuk mempertahankan airway pasien. Untuk
itu dipilih general anestesi dengan teknik
intubasi.
Sedasi Midazolam
dosis 0,07 mg/kgBB. Pasien ini memiliki berat badan 70 kg sehingga
dibutuhkan 4,9 mg yang diinjeksi secara IV
Propofol
dosis 1-2,5 mg/kgBB. Pasien ini memiliki berat badan 70 kg sehingga
Propofol memiliki onset 15-20 detik dengan
durasi 3-8 menit. Propofol memiliki efek dibutuhkan 70-175 mg yang diinjeksi secara IV
hipnotif tanpa efek analgesik, dan anti emetik.
Keuntungan penggunaan propofol adalah
pemulihan kesadaran yang cepat dan efek
minimal terhadap susunan saraf pusat.

Midazolam dapat menimbulkan efek ansiolitik, sedatif dan amnesia. yang berfungsi untuk mencegah
kecemasan mencegah trauma psikologis yang dialami oleh pasien selama operasi, dan efek sedatif dapat
menurunkan dosis obat anestetik dan memperlama durasi kerja obat anestesi yang sedasi.
Fentanil
Obat analgetik opioid turunan dari fenil piperidin
Fentanil yang diinjeksi secara IV memiliki onset 5-10 menit dan durasi selama 30-60 menit.
• Fentanil dikontraindikasikan pada pasien obstruksi saluran cerna (ileus paralitik),
hiepersensivitas, penggunaan monoamine oxidase inhibitor (MAOI), asma bronkial, dan depresi
respirasi.

Pasien aman diberikan fentanil


karena tidak ada kontraindikasi

Fentanil
dosis 1,5-2 mg/kgBB. Pasien ini memiliki berat badan 70 kg sehingga
dibutuhkan 105-140 mg yang diinjeksi secara IV
Analgetik

Analgetik yang digunakan berupa morfin. Penggunaanya untuk


premedikasi, analgesik, anestesi, pengobatan nyeri yang berkaitan
dengan iskemia miokard, dan dipsnea yang berkaitan dengan
kegagalan ventrikel kiri dan edema paru.

Morfin
Dosis untuk analgesik 2,5-15 mg IV, 2,5-20 mg IM, 10-30 mg per oral,
dan 10-20 mg rektal setiap 4 jam. Dosis induksi intravena adalah 1 mg/kg.
Onset < 1 menit dengan durasi 2-7 jam.
Pelumpuh Otot
Pelumpuh otot yang digunakan berupa atrakurium yang
merupakan pelumpuh otot non depolarisasi berikatan dengan
reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan
depolarisasi. Hanya menghalangi asetil-kolin menempatinya,
sehingga asetilkolin tak dapat bekerja

Atrakurium
Dosis awal atrakurium 0,5-0,6 mg/kg dengan berat badan 70 kg
sehingga dibutuhkan 35-42 mg secara intravena
Dosis rumatan 0,1 mg/kg.
Dosis sedasi tercapai
Maintenance anestesi dengan menggunakan anestesi
inhalasi berupa Sevofluran merupakan halogenasi eter.
Induksi dan pulih dari anestesi lebih cepat dibandingkan
 Dilakukan pemasangan endotracheal
dengan isofluran.
tube nomer 7
 Managemen airway breathing pasien Baunya tidak menyengat dan tidak merangsang jalan napas,
dikontrol oleh ventilator
sehingga digemari untuk induksi anestesia inhalasi
disamping halotan. Efek terhadap kardiovaskuler cukup
stabil, jarang menyebabkan aritmia. Setelah pemberian
dihentikan, sevofluran cepat dikeluarkan oleh tubuh.
• Metamizol sodium

• Ranitidin • Metamizol sodium bekerja di sistem saraf pusat dalam menghambat

• Ondansetron nyeri.

• Ranitidin merupakan antagonis reseptor H2 dan menghambat sekresi


cairan lambung. Obat ini memiliki onset 1 jam dengan durasi 4-5
jam dan memiliki efek samping nyeri kepala.
Mengurangi nyeri • ondansetron merupakan antagonis reseptor 5-HT3 terutama reseptor
Mencegah mual dan muntah di saluran pencernaan. Obat ini bekerja secara selektif dan kompetitif
pasca operasi dalam mencegah maupun mengatasi mual dan muntah. Obat ini
memiliki onset 30 menit. Kontraindikasi terhadap pasien dengan
hipersensitifitas, dan kombinasi dengan apomorphine.
Kesimpulan 1.Teknik anestesi operasi pada struma nodusa non toksik (SNNT) yang
dilakukan adalah isthmolobektomi menggunakan general anestesi
dengan intubasi.

2.Indikasi dilakukan general anestesi dengan intubasi pada struma nodusa


non toksik (SNNT) yaitu operasi lama, kesulitan mempertahankan jalan
nafas bebas pada anestesi dengan sungkup muka. Setelah induksi dapat
dilakukan intubasi. Setelah operasi selesai dilakukan ekstubasi setelah
nafas normal kembali dengan volume tidal 300 ml. O2 diberikan 5-6 L
selama 2-3 menit untuk mencegah hipoksia difusi.

3.Induksi yang digunakan pada operasi struma nodusa non toksik (SNNT)
ini yaitu propofol yang dimasukkan lewat jalur intravena sesuai dengan
kebutuhan serta berdasarkan sifat farmakologinya dapat berupa
kombinasi ataupun tunggal sesuai dengan trias anestesi. Dan diberikan
atracurium sebagai pelumpuh ototnya.
Saran Berdasarkan laporan kasus ini maka penulis
memberikan saran untuk pengembangan lebih lanjut
dari mengenai penelitian yang dapat dilakukan,
yakni:

1.Melakukan literatur review mengenai macam-


macam teknik anestesi yang dapat dilakukan pada
pasien struma nodusa non toksik (SNNT).

2.Melakukan penelitian mengenai perbandingan


teknik general anestesi yang dilakukan berdasarkan
tingkat kepuasan dan manfaatnya terhadap pasien
dengan struma nodusa non toksik (SNNT).
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai