Anda di halaman 1dari 38

ABSES PERITONSIL

Danetta Ismirinda Fauziany


Dokter Pembimbing
:
Dr. Sumarmi
ABSES PERITONSIL
• Infeksi ini bisa terjadi pada setiap kelompok usia
namun insiden tertinggi pada dewasa berumur 20 –
40 tahun.
• Abses peritonsil merupakan infeksi profunda yang
paling sering pada kepala dan tenggorok pada usia
dewasa muda.

• Seringkali pasien datang dengan keluhan yang berat, namun


penatalaksanaannya tidaklah terlalu rumit.
• Pengenalan awal dan pemberian terapi merupakan hal yang
penting dilakukan untuk mencegah komplikasi serius yang
mungkin timbul.
IDENTITAS PASIEN
Nama • Nn. NS

Jenis Kelamin • Perempuan

Usia • 20

Pendidikan • Mahasiswa

Pekerjaan • Pelajar

Alamat • Dusun Cipulus, Ciasih, Nusaherang

Agama • Islam

Tanggal masuk RS • 11 Januari 2020


Autoanamnesis (11 Januari 2020)

IGD

Keluhan: Nyeri menelan sejak 3 hari SMRS

Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

5 hari SMRS 3 hari SMRS MRS

Pasien rujukan dr • Demam hilang timbul • Nyeri menelan dirasakan • Keluhan pasien makin
Inawati sp. THT • Rasa tidak enak pada makin memberat. memberat, ibu pasien
dengan Abses tenggorokan. • Demam serta muntah membawanya ke klinik
setelah pasien makan. THT dan dirujuk ke IGD
peritonsil
RSUD 45 Kuningan
• Sulit makan dan hanya
dengan abses peritonsil.
bisa minum saja.
• Mulut berbau tidak enak
• Sulit membuka mulut.
• Batuk, pilek, dan gigi
bolong (-)
Riwayat Penyakit Dahulu

• Pasien baru pertama kali menderita sakit seperti ini


• Riwayat alergi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang sama

Riwayat Pengobatan

• Paracetamol
Pemeriksaan Fisik
Tanggal : 11 Januari 2020
Data Antropometri
Pukul : 16.00 WIB
BB : 48 kg TB : 158 cm
Keadaan Umum : tampak sakit ringan Status Gizi (IMT)
19,2 = normal
Kesadaran : compos mentis
Vital sign :
◦ TD : 110/70
◦ Nadi : 92x/m
◦ Suhu: 380C
◦ RR : 20 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala • Paru :
 Bentuk dan ukuran : Normocephali vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
• Jantung :
 Rambut dan kulit kepala : Rambut warna hitam,
distribusi merata, tidak mudah dicabut bunyi jantung I dan II regular, murmur (-),
gallop (-)
 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/- • Abdomen :
 Telinga : Normotia, sekret +/+ minimal, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+)
otorrhea -/- normal
 Hidung : Deviasi septum -/-, sekret -/-, mimisan • Ekstremitas :
-/- akral hangat
 Bibir : simetris, tidak tampak pucat, sianosis (-)
 Mulut : Oral hygiene baik, T2-T3 faring
hiperemis (+)
 Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah
bening maupun kelenjar tiroid
Abses Peritonsil
Status Lokalis : Rongga Mulut

• Tampak pembengkakan pada peritonsil kanan (T2-T3)


yang mendesak uvula ke sisi kontralateral, hiperemis
(+), detritus (-), kripta (-).
• Tidak tampak karies maupun gigi berlubang
JENIS PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Pemeriksaan Penunjang
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13.74 g/dL 12 - 16
Hematokrit 38.9 % 35 - 47
11 Januari 2020

Trombosit 305 ribu/uL 150 - 450


Eritrosit 4.82 juta/uL 4.10 - 5.10
Leukosit 12.94↑ 103/uL 4.0 - 10
MCV 80.8 fL 80 - 96
MCH 28.5 pg/ml 28 - 33
MCHC 35.3 g/dL 33 - 36
RESUME
• Nyeri menelan yang memberat sejak 3 hari yang lalu.
• Demam serta muntah setelah pasien makan.
• Mulut berbau tidak enak
• Saat berbicara seperti orang yang sedang bergumam
• Sulit membuka mulut.

• Pada pemeriksaan fisik didapatkan :


• Suhu 38oC dan
• Pada pemeriksaan tenggorokan ditemukan
• Tonsil membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T3, Hiperemis (+), Detritus (-), Granulasi (-), Kripte
melebar (-),
• Uvula kontra lateral (+), Trismus (+).
• Pada pemeriksaan penunjang darah rutin didapatkan leukosit meningkat menjadi 12.940 ribu
Medikamentosa Non Medikamentosa
• IVFD RL/8J Edukasi
• Ceftriaxon inj 2x1 gr IV • Menjelaskan kepada pasien
• Dexamethasone inj 2x1 dan keluarga mengenai
amp IV penyakit yang diderita
• Metronidazole drip • Mengurangi makanan pedas
3x500 mg IV dan gorengan
• Paracetamol drip • Istirahat yang cukup
3x500 mg IV Tatalaksana

 Kerja : Abses
Peritonsil Prognosis
Diagnosis
 Banding :
• Tonsilitis kronik  Ad vitam : Dubia ad
• Selulitis peritonsil bonam
 Ad functionam : Dubia ad
bonam
 Ad sanationam : Dubia ad
bonam
11 Januari 2020 12 Januari 2020

S Demam (+), nyeri menelan (+) serta sulit membuka mulut. Mual S Demam (-), nyeri menelan berkurang (+) serta sulit membuka
(-) dan muntah (-) mulut (-). Mual (-) dan muntah (-)

O KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis O KU : Tampak sakit sedang
TD : 110/70 Suhu : 37,8 Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 88x RR : 20x TD : 120/80 Suhu : 37
St lokalis : Nadi : 92x RR : 20x
Tonsil membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T3, Hiperemis (+), Detritus St lokalis :
(-), Granulasi (-), Kripte melebar (-), Uvula kontra lateral (+), Tonsil membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T3, Hiperemis (+), Detritus (-
Trismus (+). Darah (-) ), Granulasi (-), Kripte melebar (-), Uvula kontra lateral (-), Trismus (-
Lab. ). Darah (-)
leukosit 12.940 ribu↑
A Abses Peritonsil A Abses Peritonsil
P  IVFD RL/8J P  IVFD RL/8J
 Ceftriaxon inj 2x1 gr IV  Ceftriaxon inj 2x1 gr IV
 Dexamethasone inj 2x1 amp IV
 Dexamethasone inj 2x1 amp IV
 Metronidazole drip 3x500 mg IV
 Metronidazole drip 3x500 mg IV  Paracetamol drip 3x500 mg IV
 Paracetamol drip 3x500 mg IV
13 Januari 2020

S Demam (-), nyeri menelan (-) serta sulit membuka mulut (-).
Mual (-) dan muntah (-)

O KU : Tampak sakit sedang


Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 Suhu : 36.9
Nadi : 92x RR : 20x
St lokalis :
Tonsil membesar (+), Ukuran Tonsil T2-T3, Hiperemis (+), Detritus
(-), Granulasi (-), Kripte melebar (-), Uvula kontra lateral (-),
Trismus (-). Darah (-)
A Abses Peritonsil (perbaikan)
P  BLPL
 Cefixime 2 x 1 cth PO
 Ibuprofen 2 x 1 cth PO
 Dexamethasone 2 x 1 cth PO
Analisa Kasus
Analisis Kasus

- Abses peritonsil sering mengenai orang dewasa


pada usia 20-40 tahun.
- Nn. NS 20 th, nyeri menelan
sejak 5 hari SMRS yang - Nyeri menelan (Odinofagi) merupakan gejala
memberat sejak 3 hari yang lalu. menonjol, dan pasien mungkin mendapatkan
kesulitan untuk makan bahkan menelan ludah.
- Demam
- Keluhan lainnya berupa mulut berbau (foetor
- muntah setelah makan sehingga ex ore), muntah (regurgitasi), sampai nyeri alih ke
menjadi sulit makan dan hanya telinga (otalgi).
bisa minum saja.
- Trismus akan muncul bila infeksi meluas mengenai
- Merasakan mulut berbau tidak otot-otot pterigoid.
enak
- Gejala yang klasik adalah trismus, suara
- Sulit membuka mulut. bergumam, disebut hot potato voice, dan uvula
terdorong kearah yang sehat.
Analisis Kasus

- Pada pemeriksaan fisik didapatkan


suhu 38oC
Hal ini sesuai dengan gambaran klinis abses
- Pada pemeriksaan tenggorokan peritonsil yaitu pembengkakan yang
ditemukan Tonsil membesar (+), bersifat unilateral, karena jarang kedua
Ukuran Tonsil T2-T3, Hiperemis (+), regio terinfeksi pada waktu bersamaan dan
Detritus (-), Granulasi (-), Kripte disertai dengan pembesaran tonsil.
melebar (-), Uvula kontra lateral (+),
Trismus (+).
Analisis Kasus

Pemberian antibiotik penisilin dan sefalosporin generasi


pertama, kedua atau ketiga umumnya merupakan
antibiotik pilihan, sedangkan untuk infeksi anaerob,
Metronidazol merupakan antibiotik yang sangat baik.
Pada pasien ini diberikan antibiotik golongan sefalosporin
(Ceftriaxon) yang dikombinasikan dengan Metronidazol.
TINJAUAN
PUSTAKA
Abses Peritonsil

Anatomi
A. Lipatan palatoglossal
B. Lipatan palatofaringeal
C. Tonsil palatina
D. Uvula

Abses Peritonsil
terkumpulnya pus terlokalisasi di
antara tonsil dan lapisan muskular
sekitarnya / di antara tonsil dan
kapsulnya.
ETIOLOGI
Bakteri Aerob Bakteri Anaerob
Streptococcus pyogenes Fusobacterium sp.
Staphylococcus aureus Peptostreptococcus
Neisseria sp. Pigmented Prevotella
Corynebacterium sp. Veillonella

Sumber : Galioto, Nicholas J. Peritonsillar


Abscess. American Family Physician. 2008;
Vol 77
Abses Peritonsil

Patofisiologi
• Tonsilitis akut eksudatif  selulitis  abses

• Kelenjar Weber membersihkan area tonsil dari


kotoran serta membantu proses pencernaan
partikel makanan yang terjebak diantara lekukan
tonsil
Bila meradang  selulitis lokal  saluran yang
menghubungkan dengan permukaan tonsil makin
tersumbat  nekrosis jaringan dan terbentuknya
pus (abses peritonsil)
Abses Peritonsil
Manifestasi Klinis
 Demam, tidak enak badan,
nyeri tenggorokan
 Odinofagia
 Otalgia
 Foetor ex ore
 Hipersalivasi
 Hot potato voice
 Trismus
Dari kiri ke kanan: abses peritonsil dextra, abses
 Pembengkakan kelenjar peritonsil sinistra
submandibula disertai nyeri
tekan
Abses Peritonsil

DIAGNOSA

Gejala Tanda
Demam Eritematosa, bengkak di palatum molle
dengan deviasi uvula ke sisi kontralateral
dan pembesaran tonsil
Malaise Trismus
Nyeri tenggorok Drooling/ Hipersalivasi
Nyeri menelan Hot potato voice
Otalgia Nafas berbau
(ipsilateral)
Limfadenitis servikal

Sumber : Galioto, Nicholas J. Peritonsillar Abscess.


American Family Physician. 2008
Abses Peritonsil
Pemeriksaan Penunjang
• Darah lengkap, elektrolit dan C-reactive protein
• Tes monospot/tes antibodi heterofil
• dilakukan pada pasien dengan tonsillitis dan bilateral
cervical lymphadenopathy.
• menyingkirkan infeksi mononucleosis jika etiologi tidak
jelas
• Throat culture atau throat swab and culture
diperlukan
• Identifikasi organisme yang infeksius.
• Hasilnya dapat digunakan untuk pemilihan antibiotik yang
tepat dan efektif, untuk mencegah timbulnya resistensi
antibiotik.
Abses Peritonsil
Pemeriksaan Penunjang
• USG transkutan/intraoral
 membedakan antara abses dan selulitis
 cost-effective dan cepat

• Plain radiographs (Lateral soft tissue views) dari


nasopharyng dan oropharyng dapat membantu
dokter dalam menyingkirkan diagnosis abses
retropharyngeal.
Abses Peritonsil
Pemeriksaan Penunjang
• CT scan
• Biasanya tampak kumpulan
cairan hypodense di apex tonsil
yang terinfeksi menandakan
adanya cairan pada tonsil yang
terkena disamping itu juga dapat
dilihat pembesaran yang
asimetris pada tonsil.
• Pemeriksaan ini dapat
membantu untuk rencana
operasi.
Abses Peritonsil

Diagnosa Banding

1. Abses retrofaring

2. Abses parafaring

3. Abses submandibula

4. Angina ludovici
Abses Peritonsil

Diagnosa Banding
Abses Peritonsil
Prinsip Penatalaksanaan

• ANTIBIOTIK
• PROSEDUR PEMBEDAHAN
• SUPORTIF
Abses Peritonsil
Antibiotik
• Antibiotik
• Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis
tinggi, dan obat simtomatik. Juga perlu kumur-
kumur dengan cairan hangat dan kompres dingin
pada leher.
• Penisilin merupakan drug of choice pada abses
peritonsil dan efektif pada 98% kasus jika
dikombinasikan dengan metronidazole.
Abses Peritonsil
Antibiotik
• Antibiotik
• Dosis untuk Penisilin pada dewasa adalah 600 mg IV
tiap 6 jam selama 12-24 jam
• dan anak 12.500-25.000 U/kg tiap 6 jam.
• Metronidazole dosis awal untuk dewasa 15 mg/kg
dan dosis penjagaan 6 jam setelah dosis awal
dengan infus 7,5 mg/kg selama 1 jam diberikan
selama 6-8 jam dan tidak boleh lebih dari 4 gr/hari.
Abses Peritonsil
Prosedur Pembedahan
Aspirasi Jarum
• Prosedur lini pertama yang efektif untuk pasien
dengan abses peritonsil
Abses Peritonsil
Prosedur Pembedahan
Insisi Drainase
• Tempat insisi ialah di daerah yang paling
menonjol dan lunak, atau pada pertengahan
garis yang menghubungkan dasar uvula
dengan geraham atas terakhir.
• Intraoral incision dan drainase dilakukan
dengan mengiris mukosa overlying abses,
biasanya diletakkan di lipatan supratonsilar.
Abses Peritonsil
Prosedur Pembedahan
Tonsilektomi
Tonsilektomi dianjurkan pada pasien yang memiliki indikasi : tonsilitis
berulang, sleep apnea, abses peritonsil berulang/menetap

• Tonsilektomi “a’ chaud”


bersamaan dengan drainase
• Tonsilektomi “a’ tiede”
3-4 hari setelah drainase
• Tonsilektomi “a’ froid
4-6 minggu setelah drainase
Pada umumnya tonsilektomi dilakukan sesudah infeksi tenang, yaitu 2-3
minggu sesudah drainase abses.
Abses Peritonsil

Suportif
• Antipiretik
• Analgetik
• Kortikosteroid
Mempercepat penyembuhan, namun masih
diperlukan penelitian lanjutan
Kombinasi drainase PTA, antibiotik IV, dan 10 mg
Dexamethasone IV menghasilkan skor nyeri yang
lebih kecil pada 24 jam dibandingkan plasebo,
tanpa efek samping serius
Abses Peritonsil
KOMPLIKASI
• Abses pecah spontan, mengakibatkan perdarahan, aspirasi paru, atau piemia.
• Penjalaran infeksi dan abses ke daerah parafaring, sehingga terjadi abses
parafaring. Kemudian dapat terjadi penjalaran ke mediastinum menimbulkan
mediastinitis.
• Bila terjadi penjalaran ke daerah intrakranial, dapat mengakibatkan thrombus
sinus kavernosus, meningitis, dan abses otak.
• Sekuele post streptokokus seperti glomerulonefritis dan demam rheumatik
apabila bakteri penyebab infeksi adalah Streptococcus Group A.
• Kematian walaupun jarang dapat terjadi akibat perdarahan atau nekrosis septik
ke selubung karotis atau carotid sheath.
• Akibat tindakan insisi pada abses, terjadi perdarahan pada arteri supratonsilar.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai