Anda di halaman 1dari 45

CASE REPORT SESSION

SMF MATA
Preseptor : Djonny Djuarsa, dr., SpM

Indah Nur Maulida 12100118009


Khaerunnisa Nurfadhilah 12100118044
Pranadya Chandradewi 12100118157
IDENTITAS PASIEN
■ Nama : Tn. A
■ Usia : 50 tahun
■ Jenis Kelamin : Laki-laki
■ Status : Menikah
■ Pekerjaan : Buruh
■ Alamat : Lembang
■ Tanggal Pemeriksaan : 27 November 2019
■ Ruangan : Poliklinik Mata RSAU dr Salamun
Keluhan Utama

Penglihatan mata kanan seperti ada lingkaran hitam


yang menghalangi
ANAMNESIS
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Al-Ihsan dengan mata buram
pada mata sebelah kanan seperti ada tirai yang menghalangi
penglihatan pasien. Keluhan buram dirasakan mendadak dan terus
menerus sejak 4 hari yang lalu. Keluhan semakin bertambah buruk
seiring berjalan waktu. Mata buram pertama kali dikeluhkan pasien. Mata
buram disertai dengan seperti ada titik-titik yang berterbangan. Keluhan
disertai dengan adanya melihat kilatan cahaya
Keluhan disertai penglihatan mata kanan seperti ada lingkaran hitam
yang menghalangi sejak 4 hari yang lalu. Keluhan dirasakan mendadak.
Awalnya keluhan pasien melihat bayangan hitam berukuran kecil yang
melayang, lalu penglihatan pasien terlihat seperti ada lingkaran hitam
yang menghalangi yang semakin lama semakin menutupi sebagian
penglihatan pasien. Keluhan pertama kali dirasakan oleh pasien.
Keluhan tidak disertai adanya sekret, air mata berlebih, dan mual
muntah. Pasien menyangkal adanya nyeri pada mata, sekitar mata dan
nyeri saat bola mata digerakkan. Keluhan gatal dan kemerahan pun
disangkal oleh pasien. Keluhan tidak disertai dengan adanya pelangi saat
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit buram pada kedua mata
dan pasien tidak pernah melakukan operasi pada mata pasien.
Tidak ada riwayat keluhan keluarga dengan keluhan yang sama.
Pasien tidak memiliki riwayat kencing manis, penyakit jantung,
dan darah tinggi. Pasien tidak pernah memiliki riwayat mata rabun
ketika melihat jauh. Pasien tidak pernah mengalami benturan
pada mata dan kepala. Pasien tidak memiliki alergi obat,
mengkonsumsi obat dalam jangka waktu yang lama, dan sering
mengkonsumsi jamu-jamuan.
Pemeriksaan Umum
■ Keadaan Umum : Sakit ringan
■ Kesadaran : Compos mentis
■ BP : 110/70 mmHg
■ PR : 75 x/m
■ RR : 20 x/m
■ T : 36,6 oC
Status ophthalmology
OD OS
Visus 1/60 1/300
Muscle Balance esotropia ortotropia
Gerak Bola Mata Nystagmus (+) Nystagmus (+)
Duksi
Versi
TIO Palpasi normal, TIO 17,3 Palpasi normal, TIO 15,9
OD OS
Palpebra Edema (-) Edema (-)
Superior hiperemis (-) hiperemis (-)
benjolan (-) massa benjolan (-) massa
(-) (-)
Palpebra
Inferior Edema (-) Edema (-)
hiperemis (-) hiperemis (-)
benjolan (-) massa benjolan (-) massa
Bulu Mata (-) (-)

Trichiasis (-) Trichiasis (-)


Conjunctiva Distichiasis (-) Distichiasis (-)
Tarsal Madarosis (-) Madarosis (-)
- Superior
Hiperemis (-), folikel (-), papil Hiperemis (-), folikel (-), papil
- Inferior (-) (-)

Hiperemis (-), folikel (-), papil Hiperemis (-), folikel (-), papil
Conjuctiva Bulbi (-) (-)

Cornea
Injeksi (-), sekret (-) Injeksi (-), sekret (-)
OD OS
COA Kedalaman dalam, jernih Kedalaman dalam, jernih,

Pupil
- Bentuk Bulat Bulat
- Diameter 3 mm 3 mm
- Refleks (+) (+)

Iris Sinekia (-) Sinekia (-)

Lensa Afakia(+) Afakia(+)


Shadow (-) Shadow (-)
Funduskopi
OD OS
papil Bentuk bulat, batas Bentuk bulat, batas
tegas, merah kekuningan tegas, merah kekuningan
A/V ratio 0,3 0,3
C/D ratio 2 :3 Sulit dinilai
Retina Perdarahan (-), ablasio (-) Retinal detachment (+),
retinal tear medial (+)
RESUME
RESUME
Pasien datang dengan keluhan penglihatan buram pada mata kiri sejak 1
minggu yang lalu, onset mendadak. Pasien merasa melihat bayangan hitam yang
kecil seperti melayang, lalu pandangannya terlihat seperti ada tirai yang
menghalangi dan menutupi lapang pandang pasien.
Riwayat benda asing masuk ke mata pasien (+), gatal (+), riwayat mengucek
mata (+). Pasien merasa mata kirinya menjadi kemerahan dan nyeri.
Riwayat katarak pada kedua mata dan sudah dilakukan operasi saat usia 6
tahun. Belum berobat ke dokter untuk keluhan saat ini. Riwayat penggunaan obat
tradisional yaitu rebusan daun sirih dan daun jambu yang diteteskan ke mata,
namun keluhan semakin memburuk.
Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit sedang, tanda-tanda
vital dalam batas normal. Pemeriksaan oftalmologi menunjukkan visus OD 1/60, OS
1/300, esotropia OD, nystagmus pada kedua mata, COA dalam dan afakia ODS.
pemeriksaan funduskopi ditemukan adanya retinal detachment (+) dan retinal tear
medial (+) pada mata kiri
DIAGNOSIS KERJA

afakia ods + Ablasio retina


regmatogenosa OS
Diagnosis Banding

■ Ablasio retina
■ Uveitis posterior
TATA LAKSANA
Umum :
■ Pasien menggunakan pelindung mata

Pembedahan :
Scleral buckling
PROGNOSIS
■ Ad vitam : Bonam
■ Ad functionam : dubia ad malam
■ Ad sanationam : ad bonam
ABLASI RETINA /
RETINAL
DETACHMENT
Anatomi Retina
■ Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi
transparan dan multilapis yang melapisi bagian
dalam dua per tiga posterior dinding bola mata
■ Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya
dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata
■ Permukaan luar retina sensorik bertumpuk dengan
lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga
tertumbuk dengan membrane Bruch, khoroid dan
sclera.
Lapisan retina
1. Membrana limitans interna, merupakan membrana
hialin antara retina dan badan kaca.
2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson –
akson sel ganglion yang berjalan menuju nervus
optikus. Di dalam lapisan – lapisan ini terletak
sebagian besar pembuluh darah retina.
3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan
sel daripada neuron kedua.
4. Lapisan fleksiform dalam,yang mengandung
sambungan – sambungan sel ganglion dengan sel
amakrin dan sel bipolar.
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan
sel horizontal.
6. Lapisan pleksiform luar, yang
mengandung sambungan –
sambungan sel bipolar dan sel
horisontal dengan fotoreseptor.
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor,
merupakan susunan lapis nukleus
sel kerucut dan batang. Ketiga
lapisan dibawahnya avaskular dan
mendapat metabolisme dari kapiler
koroid.
8. Membrana limitans eksterna yang
merupakan membrana ilusi.
9. Lapisan fotoreseptor, merupakan
lapis terluar retina terdiri atas
selbatang yang mempunyai bentuk
ramping, dan sel kerucut.
10. Epitelium pigmen retina
Fisiologi

■ Sel – sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor


mampu mengubah rangsangan cahaya menjadi suatu
saraf impuls yang dihantarkan lapisan serat saraf
retina melalui saraf optikus dan akhirnya ke korteks
penglihatan
■ Makula bertanggung jawab untuk ketajaman
penglihatan yang terbaik dan untuk penglihatan
warna, dan sebagian besar selnya adalah sel kerucut.
■ fovea centralis : perbandingan 1:1 antara
fotoreseptor kerucut, sel ganglionnya dan serat saraf
yang keluar penglihatan paling tajam
■ makula  penglihatan sentral dan warna
(penglihatan fototopik)
■ bagian retina lainnya(batang) penglihatan perifer
dan malam (skotopik)
ABLASIO RETINA

■ Terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel


pigmen retina. Secara embriologis pada lapisan ini tidak
terdapat perlengketan, sehingga merupakan titik lemah
dan suatu celah potensial untuk lepas.
■ Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid
atau sel epitel pigmen mengakibatkan gangguan nutrisis
retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung
lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap
Epidemiologi

■ Setiap tahunnya, sekitar 1-2 orang per 10.000 penduduk mengalami


ablasi retina
FAKTOR RISIKO

■ Rabun jauh merupakan faktor risiko penting untuk ablasi retina: 67%
orang dengan ablasi retina mengalami rabun jauh sebelumnya.
■ Faktor risiko lain :
■ operasi katarak
■ riwayat keluarga detasemen retina
■ diabetes yang tidak terkontrol
■ trauma tumpul pada mata
TANDA DAN GEJALA

■ penurunan visus mendadak


■ floater (benda kecil berterbangan)
■ photopsia (pijaran kilat terang)
■ Awan gelap atau tirai di depan mata.
KLASIFIKASI ABLASI RETINA

RHEGMATOGEN

TRAKSI

EKSUDATIF
ABLASI RHEGMATOGEN
Ablasio retina Rhegmatogen merupakan ablasio retina yang sering
terjadi, yang disebabkan oleh adanya robekan pada retina . sehingga
melalui ronekan ini viterous humor dapat masuk kedalam celah
potensial.
FAKTOR RISIKO

■ miopia,
■ afakia,
■ degenerasi lattice
■ trauma okular
Manifestasi klinik

■ Fotopsia : transient flash of light


■ Floaters : adanya benda hitam kecil yang melayang
■ Defek lapang pandang
■ Distorsi objek penglihatan
Jenis robekan
pemeriksaan
Pemeriksaan fundus ( direk dan
indirek )
■ Retina yang terlepas bewarna
ke abuan (greyish white) dan
menonjol diatas surface,
■ pembuluh darah bagian retina
yang terlepas terlihat lebih
gelap,
■ retina yang terlepas membuat
lipatan lipatan yang akan ikut
berosilasi bersama gerakan
mata
Terapi

Goals :
tujuan utama dari terapi ablasio retina adalah untuk
menimbulkannya adhesi antara epitel berpigmen
dan area sensorik retina sehingga mencehan influks
cairan yang lebih jauh.
Retinopeksi pneumatik :

dengan cara memasukan udara atau gas untuk menjaga retina pada
posisinya kemudian di adhesikan dengan menggunkan cryoterapi agar
luka robekan tertutup permanen
Scleral buckling

mempertahankan retina diposisinya sementara itu dengan melekukan


sklera yang di jahitkan pada daerah robekan retina.
Ablasio retina tarikan / traksi

■ Yaitu lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut


pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan
penglihatan menurun tanpa rasa sakit
■ Pada vitereous body terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan
diabetes mellitus proliferatif, trauma dan perdarahan vitreous body
akibat bedah atau infeksi
Tanda – tanda ablasio retina traksi :
■ Biasanya tidak memperlihatkan tanda – tanda perobekan retina.
■ Permukaan reina lebih berbentuk konkaf
■ Cenderung lebih terlokalisir
■ Tidak meluas ke ora serata
Tatalaksana ablasio retina traksi
1. Vitrektomi
 menungkinkan pengangkatan unsur penyebab traksi
 dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau
fibrosis di dalam badan kaca
2. Retinotomi dan/atau penyuntikan perfluorocarbon
 Mungkin perlu dilakukan untuk meratakan retina
Komplikasi

■Vitreoretinopati proliferatif
 Komplikasi tersering dari ablasio retina
regmatogenosa
 Penyebab tersering kegagalan tindakan
bedah
ABLASIO RETINA EKSUDATIF
■ Merupakan ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya
eksudat di bawah retina dan mengangkat retina.
Penimbunan cairan subretina sebagai akibat
keluarnya cairan dari pembuluh darah retina dan
koroid (ekstravasasi). Hal ini disebabkan penyakit
koroid. Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis,
koroiditis, tumor retrobulbar, radang uveaidiopati,
toksemia gravidarum.
TANDA

■ Tidak ada robekan retina.


■ Konfigurasi dari ablasi retina konvek. Permukaan
retina yang lepas licin, non – corrugated dan bullos
dan dapat melekat pada belakang lensa.
■ Shifting of fluid merupakan tanda khas dari ablasio
retina eksudatif.
GEJALA

■ Gejala yang ditunjukkan adalah sebagai berikut:


■ Terkadang terdapat floaters.
■ Tidak ada fotopsia karena tidak terjadi traksi vitreo-retinal.
■ Penurunan lapang pandang yang mendadak dan cepat.
TATALAKSANA

■ Vitrektomi
■ Drainage of subretinal fluid (SRF)
mengeluarkan cairan subretina dengan pungsi
yang dilakukan dari daerah yang paling tinggi
ablasinya, sehingga retina melekat kembali.
Prognosis

1. Baik sekali , Jika operasi pertama berhasil : 50-60%


penglihatan pulih
2. Bila operasi pertama tidak berhasil, dan dilakukan
operasi ke-2 : 15% penglihatan pulih
3. Buruk sekali jika operasi berulang 3x atau ablasi
yang lama
4. Buruk pada myopia yang tinggi kare na ada proses
degenerasi retina
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai