Anda di halaman 1dari 26

Dakwah bil Mujadalah

Oleh :
Muhammad Ardin Rosadi (UAD)
Muhammad Nizar Aldi Saputra (UMY)
Ringkasan
Dakwah bil Mujadalah adalah salah satu metode dakwah yang telah dilakukan sejak zaman Rasulullah.
Sebagaimana firman Allah pada surah An-Nahl 16:125 :
‫َن‬
ْ ‫لع‬ َّ ‫ض‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ُ َ ‫و اَع ْل‬
َ ِ‫م ب‬ َ َّ ‫ن َرب‬
َ ُ‫ك ه‬ َّ ِ ‫ن ا‬
ُ ‫س‬ ْ َ‫ي ا‬
َ ‫ح‬ َ ِ ‫م بِالَّتِيْه ه‬
ْ ُ‫جادِلْه‬
َ َ‫سنَةِ و‬ َ ْ ‫عظَةِال‬
َ ‫ح‬ َ ْ ‫مةِ وَال‬
ِ ْ‫مو‬ َ ْ ‫حك‬ِ ْ ‫ك بِال‬َ ِّ ‫ل َرب‬ َ ‫اُدْع ُ اِلَي‬
ِ ْ ‫سبِي‬
‫ن‬
َ ْ ‫مهْتَدِي‬ُ ْ ‫م بِال‬ ُ َ ‫سبِيْلِهِ وَهُوَ اَعْل‬
َ
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dakwah bil Mujadalah juga memiliki 2 macam, yaitu Al-Hiwar dan As’ilah wa Ajwibah.
Metode Dakwah bil Mujadalah pada masa Rasulullah memerhatikan beberapa aspek, antaranya
memberikan begitu besar perhatian kepada diskusi dan metode dalam menghadapi serta menjelaskan
terhadap lawan, dan meerespon lawan yang kita hadapi dengan bantahan yang baik akan tetapi di sisi
lain kita membantahnya dengan bantahan yang tegas dan lugas demi mematahkan pendapat lawan.
Latar Belakang
Dakwah adalah suatu aktivitas atau kegiatan yang dilakuka secara sadar dalam
rangka menyampaikan pesan-pesan agama Islam pada orang lain agar mereka
menerima ajaran Islam tersebut dan menjalankannya dengan baik dalam kehidupan
maupun bermasyarakat untuk mencapai kebahagiaan manusia baik di dunia
maupun di akhirat, dengan menggunakan media dan cara-cara tertentu. Berbicara
mengenai dakwah, dakwah dalam praktiknya merupakan kegiatan yang sudah cukup
tua, yaitu sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban oleh manusia di
belantara kehidupan dunia ini. Oleh sebab itu, eksistensi dakwah tidak dapat
dipungkiri oleh siapa pun, karena kegiatan dakwah sebagai proses penyelamatan
umat manusia dari berbagai persoalan yang merugikan kehidupannya, merupakan
bagian dari tugas dan fungsi manusia yang sudah direncanakan sejak awal
penciptaan manusia sebagai khalifah fi al-ardh. (Enjang dan Aliyudin 1: 2009)
Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan
garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar
(kata benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan
atau ajakan.
Diantara banyak metode dakwah, terdapat salah satunya yaitu
metode mujadalah. Mujadalah merupakan upaya dakwah melalui
bantahan, diskusi atau berdebat dengan cara yang baik. Mujadalah
adalah berdiskusi, berdialog, bertukar pendapat yang di lakukan oleh
dua pihak atau lebih, yang tidak melahirkan 3 permusuhan dengan
tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan
memberikan argumentasi dan bukti yang kuat yang berpengang teguh
pada ajaran Allah SWT.
Problematika
Seiring berkembangnya zaman, Aktivitas dakwah bil mujadalah ini
kurang diketahui oleh masyarakat baik maksud, metode, dan
implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat.
Sehingga kami rasa perlu untuk dibahsa dan dimunculkan kembali ke
permukaan sebagai sarana pengenalan kepada masyarakat apa yang
dimaksud dengan dakwah, khususnya dakwah bil mujadalah
Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah dan problematikanya, maka muncul
beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
• Apa yang dimaksud dengan Dakwah bil Mujadalah?
• Apa macam-macam Dakwah bil Mujadalah?
• Apa saja metode Dakwah bil Mujadalah pada masa Rasulullah?

Tujuan Pembahasan
• Mengetahui apa yang dimaksud dengan Dakwah bil Mujadalah
• Mengetahui macam-macam Dakwah bil Mujadalah
• Mengetahui metode Dakwah bil Mujadalah pada masa Rasulullah
Kajian Pustaka
• Dari pengamatan yang kami peroleh, terdapat literatur primer yang
menjadi sumber utama dalam kajian ini yaitu buku Metode Dakwah
karya M. Munir, S.Ag, M.A. Buku inilah yang menjadi pegangan kami
selama mengkaji.
• Dan dalam megkaji, kami juga dibantu juga oleh beberapa literatur
yang kami temukan dari berbagai sumber seperti buku lain dan
beberapa artikel.
Metode Pembahasan
• Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini berdasarkan studi pustaka atau Library research , dengan cara
mengumpulkan dan menelaah sumber-sumber tertulis yang sesuai dengan topik
pembahasan.
• Sumber Data
Kajian ini menggunakan dua sumber data, yaitu primer dan sekunder. Data primer
dalam kajian ini adalah buku karya M. Munir, S.Ag, M.A. Sedangkan Data sekunder
berasal dari buku, situs, atau jurnal yang berkaitan dengan topik pengkajian.
• Analisis Data
Data yang terkumpul kemudan dianalisis secara kualitatif, kemudian disajikan secara
sistematik dan menambah penjelasan-penjelasan yang berhubungan sehingga mudah
untuk dipahami.
Pembahasan
A.    Pengertian Metode Al-Mujadalah
Dari segi etimologi (bahasa) lafazh mujadalah berasal dari kata
“Jadala” yang bermakna memintal, melilit. Apabila ditambahkan Alif
pada huruf jim yang mengikuti wazan Faaala, “jaa dala” dapat
bermakna berdebat, dan “Mujadalah” perdebatan.
Kata “Jaadala” dapat bermakna menarik tali dan mengikatnya guna
menguatkan sesuatu. Orang yang berdebat bagaikan menarik dengan
ucapan untuk menyakinkan lawannya dengan menguatkan
pendapatnya melalui argumentasi yang disampaikan.
Menurut Ali al-Jarisyah, dalam kitabnya Adab al-Hiwar wa-
almunadzarah, mengartikan bahwa “al-jidal” secara bahasa dapat
bermakna pula “datang untuk memilih kebenaran” dan apabila
berbentuk isim “al-Jadlu” maka berarti pertentangan atau perseteruan
yang tajam. Al-Jarisyah menambahkan bahwa,
lafadz musytaqdarilafazh “al-Qatlu” yang berarti sama-sama terjadi
pertentangan, seperti halnya terjadinya perseteruan antara dua orang
yang saling bertentangan sehingga saling melawan/menyerang dan
salah satu menjadi kalah.
Dari segi istilah (terminologi) terdapat beberapa pengertian al-Mujadalah
(al-Hiwar). Al-Mujadalah (al-Hiwar) berarti upaya tukar pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya susunan yang
mengharuskan lahirnya permusuhan di antara keduanya. Sedangkan
menurut Dr. Sayyid Muhammad Thantawi ialah, suatu upaya yang bertujuan
untuk mengalahkan pendapat lawan dengan cara menyajikan argumentasi
dan bukti yang kuat.
Menurut tafsir an-Nasafi, kata ini mengandung arti:
Berbantahan dengan baik yaitu dengan jalan yang sebaik-baiknya dalam
bermujadalah, antara lain dengan perkataan yang lunak, lemah lembut,
tidak dengan ucapan yang kasar atau dengan mempergunakan sesuatu
(perkataan) yang bisa menyadarkan hati membangunkan jiwa dan
memerangi akal pikiran, ini merupakan penolakan bagi orang yang enggan
melakukan perdebatan dalam agama
B.     Macam-macam Al-Mujadalah
Mahmudah membagi al Jidal/al-Mujaadalah menjadi dua bagian,
yaitu Al-Khiwar dan As Ilah wa Ajwibah. Dari pembagian segi bahasa
tersebut terlihat, bahwa terdapat perbedaan pendapat antara al-
Hiwar (Dialog) dan as-ilah wa ajwibah (tanya jawab). Al-Hiwar (dialog)
dikemas dalam bentuk dua orang berbicara dalam tingkat kesetaraan.
Tidak ada dominasi yang satu dengan yang lainnya. Dalam kerangka ini,
metode ini dapat digunakan apabila antara da’I dan mad’u berada pada
tingkat kecerdasan yang sama. Sedangkan as-ilah wa ajwibah (tanya
jawab) dikemas dalam bentuk dua orang berbicara dalam tingkat yang
berbeda. Salah satu sisi bertanya dan salah satu sisi menjawab.
1.      Al-Hiwar (Dialog)
Redaksi al-Mujadalah Allah menyebutkan sebanyak 16 kali di dalam
Al-Quran. Akan tetapi, redaksi Al-Qur’an yang mempergunakan lafadz
al-Mujadalah tidaklah menunjukkan al-hiwar/dialog. Ayat-ayat yang
mempergunakan redaksi al-mujaadalah, secara keseluruhan
menunjukkan dalam kontek pembicaraan yang tidak menghendaki
munculnya debat (membantah/bantahan).
dialog yang dalam redaksi al-Quran menggunakan lafadz “al-Hiwar” dan disebutkan
sebanyak 7 kali dalam al-Qur’an juga tidak mengisyaratkan dialog yang diharapkan dalam
pendekatan sebuah metode dakwah.
Dalam hal ini al-Quran menyikapinya ternyata bukan mempergunakan redaksi al-
Mujadalah/ al-Hiwar akan tetapi memakai lafadz “Qaala” (dia telah berkata), “Yaquulu”
(dia sedang/ akan berkata), “Qul” (katakanlah), “Qaalu” (mereka telah berkata),
“yaquuluna” (mereka sedang/akan berkata) dan “Quuluu” (katakanlah oleh kamu semua)
diturunkan dari kata dasar “al-Qawl” yang berarti pendapat, karena dalam dialog tersebut
kedua pihak saling mengemukakan pendapatnya, dan hal ini telah diungkapkan oleh al-
Quran secara berulang-ulang lebih dari 1700. Firman Allah SWT. surat An-Nahl 16:125 :
‫ن‬
ْ ‫م‬ َ ِ‫م ب‬ُ َ ‫ك هُوَ اَعْل‬ َ َّ ‫ن َرب‬
َّ ِ ‫ن ا‬
ُ ‫س‬
َ ‫ح‬ْ َ‫ي ا‬
َ ِ ‫م بِالَّتِيْه ه‬
ْ ُ‫جادِلْه‬
َ َ‫سنَةِ و‬ َ ْ ‫عظَةِال‬
َ ‫ح‬ َ ْ ‫مةِ وَال‬
ِ ْ ‫مو‬ ِ ْ ‫ك بِال‬
َ E‫ح ْك‬ َ ِّ ‫ل َرب‬ َ ‫اُدْع ُ اِلَي‬
ِ ْ ‫سبِي‬
‫ن‬َ ْ ‫مهْتَدِي‬ُ ْ ‫م بِال‬
ُ َ ‫سبِيْلِهِ وَهُوَ اَعْل‬َ ‫ن‬ ْ َ‫ل ع‬ َّ ‫ض‬
َ
Artinya :
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.
a.      Landasan dan Etika Berdialog
1)      Kejujuran
2)      Tematik dan objektif
3)      Argumentatif dan logis
4)      Bertujuan untuk mencapai
5)      Memberi kesempatan kepada pihak lawan.

b.      Metode Dalam Berdialog


Langkah-langkah dalam berdialog:
1)      Mempersiapkan Materi
2)      Mendengarkan pihak lawan dengan arif, bijak, dan seksama
3)      Menggunakan ilustrasi/kiasan/gambaran
4)      Mematahkan pendapat/alasan dengan serang balik
5)      Jangan marah
2.      As-Ilah Wa Ajwibah (Tanya Jawab)
Pada dasarnya As-Ilah Wa Ajwibah artinya tanya jawab. Yang
merupakan salah satu metode dalam berdakwah yakni metode dialogis
dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Kesan yang di timbulkan
melalui metode tanya jawab ini lebih kuat bila dibandingkan hanya
dengan berkomunikasi satu arah (One Way Communication).
a.)      Ta’rif As-ilah wa Ajwibah
Lafadz As-ilah merupakan bentuk jama’ dari lafadz  ‫ل‬E‫سؤا‬
E‫ ال‬ yang berarti
pertanyaan-pertanyaan. Begitu pula dengan kata Ajwibah juga merupakan
bentuk jama’ dari lafadz ‫جابة‬E‫ ا‬ yang artinya adalah jawaban-jawaban.
Maka, pengertian dari Mujadalah As-ilah wa Ajwibah adalah
“perdebatan yang dilakukan oleh dua orang maupun sekelompok orang
untuk berusaha memunculkan sesuatu yang paling bagus atau yang paling
baik, dalam bentuk mengajukan pertanyaan dan jawaban yang
merupakan argumennya masing-masing”.
As-ilah wa Ajwibah dalam Al-Qur’an, pada dasarnya sebuah jawaban itu
harus sesuai dengan pertanyaan, dengan bunyi kaidah:
‫”ا”الصل فى الجواب ان يكون مطابقا السؤال‬
Artinya: “Asalnya suatu jawaban adalah harus sesuai dengan pertanyaan.”
Terkadang, jawaban lebih umum dari apa yang ditanyakan, karena hal itu yang di anggap
perlu. Misalnya dalam QS. Al-An’am ayat 64 sebagai jawaban dari pertanyaan QS. Al-An’am
ayat 63.
 
Pertanyaan:
‫ن‬
َ ‫م‬ َّ َ ‫ن هَذِهِ لَنَكُوْن‬
ِ ‫ن‬ ْ ‫م‬ َ ْ ‫ن اَن‬
ِ ‫جانَا‬ ْ ِ ‫ لَئ‬.‫ة‬
ً َ ‫خفْي‬
ُ ‫ًاو‬
َّ ‫ض ُّرع‬َ َ‫ه ت‬
ُ َ ‫حرِ تَدْع ُْون‬ ْ َ ‫ت الْب َ ِّر َوالْب‬ِ ‫م‬َ ُ ‫ن ظُل‬ْ ‫م‬ِ ‫م‬ ْ ُ ‫جيْك‬ ِّ َ ‫ن يُّن‬ْ ‫م‬
َ ‫ل‬ْ ُ‫ق‬
َ ْ ‫الشّ اكِرِي‬.
‫ن‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari
bencana di darat dan di laut, ketika kamu berdoa kepadanya dengan rendah hati dan dengan
suara yang lembut?” (Dengan mengatakan), “Sekiranya Dia menyelamatkan kami dari
(bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur”.” (QS. Al-An’am: 63)
Jawaban:
‫ن‬ ْ ُ ‫شرِك‬
َ ‫و‬ ْ ُ‫م ت‬ ْ ُ ‫م اَنْت‬
َّ ُ ‫ب ث‬ٍ ‫ل ك َ ْر‬ ِّ ُ ‫ن ك‬
ْ ‫م‬ِ َ‫منْهَا و‬
ِ ‫م‬ْ ُ ‫جيْك‬ِّ َ ‫ه يُن‬ ِ ُ‫ ق‬.
ُ ‫ل الل‬
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “Allah yang menyelamatkan kamu dari bencana itu dan
dari segala macam kesusahan, namun kemudian kamu (kembali) mempersekutukan-Nya”.”
(QS. Al-An’am: 64)
b.)      As-Ilah wa Ajwibah Sebagai Metode Dakwah
Berdasarkan al-Qur’an surat An Nahl ayat 125
َ َّ ‫ن َرب‬
َ‫ك هُو‬ َّ ِ ‫ن ا‬
ُ ‫س‬ ْ َ‫ي ا‬
َ ‫ح‬ َ ِ‫م بِالَّتِيْه ه‬
ْ ُ‫جادِلْه‬
َ َ‫سنَةِ و‬
َ ‫ح‬ َ ْ ‫عظَةِال‬ ِ ْ ‫مو‬ َ ْ ‫ة وَال‬
ِ ‫م‬ ِ ْ ‫ك بِال‬
َ ْ ‫حك‬ َ ِّ ‫ل َرب‬ َ ‫اُدْعُ اِلَي‬
ِ ْ ‫سبِي‬
‫ن‬ ُ ْ ‫م بِال‬
َ ْ ‫م ْهتَدِي‬ ُ َ ‫سبِيْلِهِ وَهُوَ اَعْل‬ َ ‫ن‬ ْ َ‫ل ع‬ َّ ‫ض‬َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ ُ َ ‫اَعْل‬
َ ِ‫م ب‬
Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Ayat ini menjelaskan tentang metode dakwah, yakni dengan hikmah,
pelajaran yang baik dan membantah dengan cara yang baik. Namun,
pembahasan kali ini terfokus pada metode yang ketiga, yakni mujadalah.
Jadilhum billati hiya ahsan dilakukan apabila terpaksa timbul perbantahan atau
pertukaran pikiran, maka harus dengan cara yang baik sehingga orang yang
dibantah itu tidak merasa sakit hati dan mau mengikuti jalan yang baik dan benar
sesuai al Qur’an dan as Sunnah.
c.)      Obyek As-Ilah wa Ajwibah
Adapun permasalahan-permasalahan yang dijadikan objek As-ilah
Wa Ajwibah adalah sangat bervariatif. Diantaranya tentang hari kiamat,
bulan, peperangan pada bulan haram, khamr dan judi, pembagian
harta rampasan perang, ruh, masalah-masalah khusus kewanitaan,
hukum waris, sedekah dan masalah-masalah lain yang berhubungan
dengan urusan kehidupan dunia.
Metode Dakwah pada masa
Rasulullah
Di dalam perjalanan dakwah Rasulullah, Bagaimana Rasul Berdialog dengan orang-orang kafir Quraisy.
Menjelang wafatnya paman Nabi SAW, Beliau di datangi serombongan musrykin Quraisy yang terdiri dari; Abu
sufyan, abu jahl, al-Nadhr bin al-Harts, Umayyah bin khalf, Ubay bin khalaf uqbah bin Abu Muayyit, Amr bin Ash
dan al aswad bin Bukturi. Kepada Abu Thalib mereka berkata hey Abu Thalib anda adalah pemimpin kami,
Sementara  Muhammad selalu menyakiti kami dan tuahn tuhan kami. Kami mohon agar anda memanggilnya
sehingga kita dapat melarangnya untuk tidak lagi menyebut-nyebut tuhan kita”.
            Abu Thalib kemudian memanggil nabi Muhammad, kemudian berkata; ‘’Mereka itu kaum kamu dan
anak anak paman kamu,’’ mau apa mereka? ‘’tanya Nabi’’ Secara serempak mereka menjawab, ‘’Kami
menghendaki agar kamu tidak lagi mengajak kami untuk menyembah tuhanmu dan kamu tidak akan menyebut-
nyebutnya lagi berhala-berhala tuhan kami. Kami juga tidak akan menghalagi kamu untuk menyembah tuhanmu.”
            Abu Thalib menyela , “Kaum kamu itu telah melakukan kompromi dengan kamu itu telah melakukan 
kompromi dengan kamu . Oleh karenanya terima sajalah usulan mereka itu,’’Tahukah kalian semua, apabila usulan
saya itu terima, maukah kalian mengatakan satu kalimat yg dapat menjadikan kalian semua menguasai Bahasa
Arab,Sementara bangsa-bangsa asing akan tunduk kepada kalian?’ “Mau…,” Abu jahal langsung berkata, “Demi
Ayahmu, Kami mau mengatakan sepuluh kalimat itu”. Kalimat apakah  itu? (Abu jahal penasaran). Nabi SAW.
Kemudian menjawab, “Katakanlah kalimat La Ilaaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain  Allah).”
Di dalam perjalanan dakwah Rasulullah, Bagaimana Rasul Berdialog dengan orang-orang kafir Quraisy.
Menjelang wafatnya paman Nabi SAW, Beliau di datangi serombongan musrykin Quraisy yang terdiri dari; Abu
sufyan, abu jahl, al-Nadhr bin al-Harts, Umayyah bin khalf, Ubay bin khalaf uqbah bin Abu Muayyit, Amr bin Ash dan
al aswad bin Bukturi. Kepada Abu Thalib mereka berkata hey Abu Thalib anda adalah pemimpin kami, Sementara 
Muhammad selalu menyakiti kami dan tuahn tuhan kami. Kami mohon agar anda memanggilnya sehingga kita
dapat melarangnya untuk tidak lagi menyebut-nyebut tuhan kita”.
 Abu Thalib kemudian memanggil nabi Muhammad, kemudian berkata; ‘’Mereka itu kaum kamu dan anak anak
paman kamu,’’ mau apa mereka? ‘’tanya Nabi’’ Secara serempak mereka menjawab, ‘’Kami menghendaki agar
kamu tidak lagi mengajak kami untuk menyembah tuhanmu dan kamu tidak akan menyebut-nyebutnya lagi
berhala-berhala tuhan kami. Kami juga tidak akan menghalagi kamu untuk menyembah tuhanmu.”
            Abu Thalib menyela , “Kaum kamu itu telah melakukan kompromi dengan kamu itu telah melakukan 
kompromi dengan kamu . Oleh karenanya terima sajalah usulan mereka itu,’’Tahukah kalian semua, apabila usulan
saya itu terima, maukah kalian mengatakan satu kalimat yg dapat menjadikan kalian semua menguasai Bahasa
Arab,Sementara bangsa-bangsa asing akan tunduk kepada kalian?’ “Mau…,” Abu jahal langsung berkata, “Demi
Ayahmu, Kami mau mengatakan sepuluh kalimat itu”. Kalimat apakah  itu? (Abu jahal penasaran). Nabi SAW.
Kemudian menjawab, “Katakanlah kalimat La Ilaaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain  Allah).”
Di dalam perjalanan dakwah Rasulullah, Bagaimana Rasul Berdialog dengan orang-orang kafir Quraisy.
Menjelang wafatnya paman Nabi SAW, Beliau di datangi serombongan musrykin Quraisy yang terdiri dari; Abu
sufyan, abu jahl, al-Nadhr bin al-Harts, Umayyah bin khalf, Ubay bin khalaf uqbah bin Abu Muayyit, Amr bin Ash dan
al aswad bin Bukturi. Kepada Abu Thalib mereka berkata hey Abu Thalib anda adalah pemimpin kami, Sementara 
Muhammad selalu menyakiti kami dan tuahn tuhan kami. Kami mohon agar anda memanggilnya sehingga kita
dapat melarangnya untuk tidak lagi menyebut-nyebut tuhan kita”.
             Abu Thalib kemudian memanggil nabi Muhammad, kemudian berkata; ‘’Mereka itu kaum
kamu dan anak anak paman kamu,’’ mau apa mereka? ‘’tanya Nabi’’ Secara serempak mereka
menjawab, ‘’Kami menghendaki agar kamu tidak lagi mengajak kami untuk menyembah tuhanmu
dan kamu tidak akan menyebut-nyebutnya lagi berhala-berhala tuhan kami. Kami juga tidak akan
menghalagi kamu untuk menyembah tuhanmu.”
            Abu Thalib menyela , “Kaum kamu itu telah melakukan kompromi dengan kamu itu telah
melakukan  kompromi dengan kamu . Oleh karenanya terima sajalah usulan mereka itu,’’Tahukah
kalian semua, apabila usulan saya itu terima, maukah kalian mengatakan satu kalimat yg dapat
menjadikan kalian semua menguasai Bahasa Arab,Sementara bangsa-bangsa asing akan tunduk
kepada kalian?’ “Mau…,” Abu jahal langsung berkata, “Demi Ayahmu, Kami mau mengatakan
sepuluh kalimat itu”. Kalimat apakah  itu? (Abu jahal penasaran). Nabi SAW. Kemudian menjawab,
“Katakanlah kalimat La Ilaaha Illallah (Tidak ada Tuhan selain  Allah).”
          
Dengan ayat-ayat dan hadits tersebut di atas, Terlihat dengan jelas bahwa al Qur’an dan al-
sunnah memberikan begitu besar perhatiaanya kepada diskusi dan metodenya dalam menghadapi
serta menjelaskan terhadap lawan. Bagaimanapun bentuk lawan yang kita hadapi dengan bantahan
yang baik akan tetapi di sisi lain kita membantahnya dengan bantahan yang tegas dan lugas demi
mematahkan pendapat lawan. Oleh karena itu islam pun mengajarkan agar dalam mempergunakan
dialog dapat terarah dan berhasil dengan baik.
Kesimpulan
Dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis
aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata
benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.
Diantara banyak metode dakwah, terdapat salah satunya yaitu metode
mujadalah. Mujadalah merupakan upaya dakwah melalui bantahan, diskusi
atau berdebat dengan cara yang baik. Mujadalah adalah berdiskusi,
berdialog, bertukar pendapat yang di lakukan oleh dua pihak atau lebih,
yang tidak melahirkan 3 permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima
pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang
kuat yang berpengang teguh pada ajaran Allah SWT.
Daftar Pustaka
M. Munir, S.Ag.M.A, Metode Dakwah (Jakarta, Prenadamedia, 2015), cet. 15.
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta, Rajawali Pers, 2012), cet. 1.
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta, Lentera Hati, 2000), Cet. Ke-1.
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah. (Jakarta, Prenamedia Group. 2015), cet. 5.
Asmuni Syukir. Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam. (Surabaya, Al-Ikhlas. 1983).
Munzier Suparta, Metode Dakwah.
Hamzah Tualeka. Pengantar Ilmu Dakwah. (Surabaya: Alpha. 2005), cet. 1.
Curriculum Vitae
Nama : Muhammad Ardin Rosadi
Tempat Tanggal Lahir : Bali, 13 juni 2000
Alamat: Gondol,Penyabangan,Gerokgak,Buleleng,Bali.
No. Hp : 081239477215

Nama : Muhammad Nizar Aldi Saputra


Tempat Tanggal Lahir : Pekalongan, 25 Desember 2000
Alamat : Jl. Angkatan 66 Kav.26, Kramatsari, Pekalongan Barat, Kota Pekalongan.
No. Hp : 087834155703

Anda mungkin juga menyukai