Anda di halaman 1dari 38

FARMAKOKINETIK ;

METABOLISME DAN EKSKRESI 

Dr. Linggom Kurniaty, SpFK


TUJUAN PEMBELAJARAN 

Mahasiswa memahami : 
1. Farmakokinetik metabolisme dan ekskresi obat 
2. Tahapan metabolisme obat
3. First pass metabolisme 
4. Tahapan ekskresi obat
5. Faktor yang mempercepat ekskresi obat 
FARMAKOKINETIK  Nasib Obat di dalam Tubuh 

1. Absorpsi 
3. Metabolisme 
2. Distribusi 
4. Ekskresi 
FARMAKOKINETIK METABOLISME-EKSKRESI 
• Pada dasarnya obat
merupakan zat asing bagi
tubuh sehingga tubuh
akan berusaha untuk
merombaknya menjadi
metabolit yang tidak aktif ,
bersifat lebih hidrofil
    --> Metabolisme/ 
          Biotransformasi, 
   agar  memudahkan proses
   ekskresinya oleh ginjal.
• Obat yang telah diserap usus ke dalam sirkulasi -->
diangkut melalui sistim pembuluh porta ke hati.
Dalam hati seluruh atau sebagian obat mengalami
perubahan kimiawi secara enzimatis. 
• Enzim yang berperan pada proses biotransformasi
ini adalah enzim mikrosom di retikulum
endoplasma sel hati.
TUJUAN METABOLISME OBAT 
• Mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)  menjadi polar (larut
air)  agar dapat diekskresikan ginjal atau empedu. 
METABOLISME FASE I DAN FASE II 

• Metabolisme fase I ; reaksi fungsional


• Rx oksidasi, reduksi, dan hidrolisis.
• Pada fase I obat dibubuhi gugus polar seperti gugus
   hidroksi, gugus amino, karboxil, sulfhidril dll 
METABOLISME FASE I 
• Pemasukan gugus fx pada molekul induk-> menghilangnya
aktivitas  farmakologis obat namun ada juga yang
memperlihatkan peningkatan aktivitas.
  
   Prodrug menjadi aktif  dgn mll hidrolisis ester atau ikatan 
   amida.

• Hasil biotransformasi fase 1 akan bereaksi dg senyawa


endogen membentuk konjugat yang sangat larut air. 
METABOLISME FASE II 
• Metabolisme fase 2; reaksi biosintesis (konjugasi)
• Rx konjugasi dengan substrat endogen seperti : asam
glukoronat, asam sulfat, asam asetat, atau
   asam amino--->hasilnya sangat polar dengan demikian
   hampir selalu tidak aktif.
• Konjugat yang sangat polar ini umumnya tidak aktif dan 
dgn cepat diekskresi mll urin dan feces.
• Obat dapat mengalami fase 1 saja atau fase 2 saja,
atau fase 1 diikuti fase 2.
• Rx metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim cytochrome P450 (CYP),
yang disebut juga enzim monooksigenase atau MFO (mixed function oxidase) , dalam
endoplasmic retikulum( mikrosom) hati. -->  memetabolisme sebagian besar obat
didunia--> enzim ini berperan penting dalam metabolisme dan eliminasi lintas
pertama obat.

• Rx fase II yang terpenting adalah glukuronidsasi mll enzim UDP glukuronil transferase


(UGT) yg tu/ tjd dalam mikrosom hati., dan juga jaringan ekstrahepatik ( usus halus,
ginjal, paru, kulit).
• Bila enzim metabolisme mengalami kejenuhan pada kisaran dosis terapi, maka
peningkatan dosis obat akan terjadi lonjakan kadar obat dalam plasma, yang disebut
farmakokinetik nonlinear. 
• Tempat biotransformasi 
• Konversi metabolit obat umumnya bersifat enzimatik.
• Sistem enzim yang terlibat dalam biotransformasi obat terletak di hati, walaupun
setiap jaringan yang diperiksa mempunyai aktivitas metabolisme
• Organ lain yang mempunyai kapasitas metabolisme yang significant adalah saluran
gastrointestinal, ginjal, dan paru2. 
• Stlh pemberian obat nonparenteral , sejumlah obat dapat men
galami inaktivitas serta metabolik di epitalium usus halus atau 
di hati sblm obat mencapai aliran darah. 
• Metabolisme lintas 1 ini secara signifikan membatasi
ketersediaan oral obat2 yang metabolismenya tinggi.
FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
METABOLISME OBAT 
• Sifat khas metabolisme obat adalah variabilitas antar individu yang
menghasilkan laju eliminasi obat dan profil khas konsentrasi
obat dalam plasma darah. 
• Hal ini menyebabkan perbedaan respon antar pasien yang berbeda
terhadap suatu dosis yang sama shg mjd pertimbangan dalam
menentukan dosis optimal bagi pasien ttt. 
• Kombinasi faktor : 1. genetik, 2. lingkungan, 3. penyakit
mempengaruhi proses metabolisme obat.
Variasi genetik Lingkungan  Penyakit  Usia dan jenis kelamin
Biologi molekuler   Aktivitas enzim pemetabolisme Hati merupakan t4 utama Sitokrom P450 fungsional dan dalam tingkat yang
obat kemungkinan dimodulasi metabolisme enzimatik obat, ggn pd orgsn lebih kecil enzim pemetabolisme obat fase II
 Keberagaman genetik pasti tjd utk semua oleh pajanan terhadap senyawa tsbt  ( hepatitis, sirosis empedu, penyakit berkembang lebih awal dalam perkembangan
protein; termask enzim2 yang mengkatalisis eksogen tertentu. hati akibat alkohol, perlemakan di hati, janin , ttp kadarnya, bahkan saat lahir lebih
reaksi metabolisme obat (polymorfism) kanker hati) apat mengganggu metabolisme rendah dibandingkan stlh lahir. 
obat 

Variasi genetik; fenotif atau genotif. Kemungkinan pada pemberian  Gagal jantung gr 3-4 dan keadaan syok Enzim fase I maupun fase II mulai matang pada
obat yang bersamaan dpt  dapat menyebabkan penurunan aliran darah usia 2 mgg –4 mgg stlh lahir. Kemampuan
menyebabkan interaksi obat. dalam hati dan gangguan metabolisme.  metabolisme lebih efisien namun lebih lambat
dibandingkan org dewasa. 
Kematangan penuh setelah usia 20
tahun.kemudian menurun dengan pertambahan
usia.

4 fenotif metabolisme obat; Selain itu diet  mikronutrien dab


Lemah, sedang, ekstensif, ultra cepat. faktor lingkungan dpt
meningkatkan kerja enzim /induksi
atau menghambat kerja
enzim/inhibitor 

Individual terapi obat terutama yang memilik


indeks terapi sempit 
EKSKRESI 

• Obat dieliminasi dari tubuh 
dalam bentuk molekul utuh 
atau bentuk metabolitnya mela
lui ekskresi
• Ginjal adalah organ penting 
untuk ekskresi obat dan 
metabolitnya. 
EKSKRESI 

• Senyawa yang dieksresi melalui feces terutama ; senyawa


yang tidak diabsorpsi pada pemberian oral atau metabolit
yang dieksresi mll empedu atau diekskresi lgsg ke dlm saluran
pencernaan dan tidak direabsorpsi. 
• Ekskresi obat ke air susu juga penting krn dapat menjadi
sumber efek farmakologi yang tidak dikehendaki  tu/ utk bayi
yang sedang menyusui. 
• Ekskresi obat mll paru-paru tu/ eliminasi zat anestesi berupa
    gas/zat yang menguap. 
Ekskresi ginjal 
3 tahapan ; Pada bagian  tubulus Perubahan PH urin menjadi asam
1. filtrasi glomerulus, 2. Sekresi proksimal ginjal, sekresi aktif atau basa mempunyai dampak
aktif mll tubulus, 3. reabsorpsi di tubulus diperantarai oleh berlawanan dlm ekskresi obat basa
tubulus ginjal.   perantara dapat menambah juml atau asam. 
obat ke dalam cairan tubulus. 

Reabsorpsi di dari lumen tubulus Contoh pada penanganan


kembali ke sirkulasi sistemik dg keracunan obat
proses non ionik

Jml obat yang masuk ke lumen Pada bagian tubulus proksimal dan Cat:
tubulus mll proses filtrasi distal; asam dan basa lemah dalam Ginjal bayi baru lahir blm bfx baik. 
bergantung pada laju filtrasi btk tak terionisasi akan Pada usia lanjut fx ginjal berkurang
glomerulus dan juml obat yang direabsorpsi secara pasif.  
berikatan dg protein plasma. Proses reabsorpsi aktifnya tgtg PH, 
Hanya obat yang tdk berikatan
dapat di filtrasi.
Ekskresi ginjal 
3 tahapan ; Pada bagian  tubulus Perubahan PH urin menjadi asam
1. filtrasi glomerulus, 2. Sekresi proksimal ginjal, sekresi aktif atau basa mempunyai dampak
aktif mll tubulus, 3. reabsorpsi di tubulus diperantarai oleh berlawanan dlm ekskresi obat basa
tubulus ginjal.   perantara dapat menambah juml atau asam. 
obat ke dalam cairan tubulus. 

Reabsorpsi di dari lumen tubulus Contoh pada penanganan


kembali ke sirkulasi sistemik dg keracunan obat
proses non ionik

Jml obat yang masuk ke lumen Pada bagian tubulus proksimal dan Cat:
tubulus mll proses filtrasi distal; asam dan basa lemah dalam Ginjal bayi baru lahir blm bfx baik. 
bergantung pada laju filtrasi btk tak terionisasi akan Pada usia lanjut fx ginjal berkurang
glomerulus dan juml obat yang direabsorpsi secara pasif.  
berikatan dg protein plasma. Proses reabsorpsi aktifnya tgtg PH, 
Hanya obat yang tdk berikatan
dapat di filtrasi.
Ekskresi empedu dan usus 

Sistim transport yang mirip dengan ginjal Sindroma dubin Johnson; Daur ulang enterohepatik tsbt,
juga terdapat pada membran kanalikuli kel genetik krn tdk adanya  jika tjd ekstensif dapat
hepatosit dan transport ini secara aktif transporter MRP. memperpanjang keberadaan
mensekresikan obat dan metabolit ke obat dan efek obat dalam
dalam empedu.  tubuh. 

P glikoprotein mentransport kebanyakan  Obat dan metabolit yang


obat larut lipid, berada dlm empedu
MRP 2 terlibat dlm sekresi metabolit yang dilepaskan ke usus selama
 terkonjugasi dan senyawa endogen.  proses pencernaan berjalan. 
setelah itu , obat dapat
diabsorpsi kembali ke dalam
tubuh dari usus. 
Ekskresi melalui rute lainnya
Keringat, air liur, air mata  Konsentrasi obat di air liur Senyawa non elektrolit spt etanol,
berbanding lurus dg konsentrasi urea mudah masuk ke dlm air
Secara kuntitas tdk tll penting. obat pada plasma darah. susu dan akan mencapai
konsentrasi  yang sama dg di dlm
Ekskresi mll rute ini ; dipengaruhi Air liur dapat menjadi cairan plasma  tdk tgtg PH  air susu. 
difusi obat larut lipid yg tdk biologis yg berguna utk
terionisasi mll sel epitel kel tsbt menetapkan konsentrasi obat jika
dan tgtg PH. ada kesulitan pengambilan obat
dari darah. 
Obat yg dieksresi mll air liur --> Ekskresi mll air susu, air susu Ekskrei ke rambut dan kulit juga
tertelan masuk ke pencernaan. PHnya lebih asam dibdg dg PH ptg dalam kuantitatif, mendeteksi
plasma shg senyawa basa bisa obat yang sensitif dalam
lebih terkonsentrasi  didalam air jaringan … --> forensik 
susu dibanding dg di plasma. 
CONTOH ORGAN EKSKRESI BEBERAPA OBAT
 
• Kulit, bersama keringat, misalnya paraldehide dan bromida
• Paru-paru, dengan pernafasan keluar, misalnya pada anestesi umum,
anestesi gas / anestesi terbang seperti halotan dan siklopropan. 
•  Hati, melalui saluran empedu, misalnya , obat untuk infeksi saluran
empedu, penisilin, eritromisin dan rifampisin. 
•  Air susu ibu (ASI), misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan
alkaloid lain. Harus diperhatikan karena dapat menimbulkan efek
farmakologi atau toksis pada bayi.
• Usus, bersama tinja, misalnya sulfa dan preparat besi. 
• Turunnya kadar plasma obat dan lamanya efek
tergantung pada kecepatan metabolisme dan ekskresi.
Kedua faktor ini menentukan kecepatan eliminasi obat,
yang dinyatakan dengan pengertian masa-paruh
(plasma–t ½ atau half-life eliminasi), yaitu rentang
waktu dimana kadar obat dalam plasma pada fase
eliminasi menurun sampai setengahnya.
• Obat dengan metabolisme cepat maka half-life juga singkat,
misalnya insulin yang diberikan secara sub kutan, t ½ -nya dalam
waktu 40 menit. Sebaliknya zat yang tidak mengalami
biotransformasi , atau obat dengan siklus enterohepatis, atau juga
obat yang diabsorpsi kembali oleh tubuli ginjal, dengan sendirinya t
½ nya juga panjang. Obat-obat yang terikat dengan protein plasma
yang tinggi juga akan mempunyai t ½ yang panjang dibandingkan
dengan obat yang sedikit terikat dengan protein plasma
• Fungsi organ-organ eliminasi penting sekali, karena kerusakan hati dan
ginjal dapat mempengaruhi t ½ obat (meningkat sampai 20 kali). Cara
pemberian obat juga dapat mempengaruhi waktu t ½ obat, misalnya t ½
penisilin pada pemberian secara intra vena adalah 2-3 menit, sedangkan
pada pemberian oral dapat mencapai 1-2 jam
KESIMPULAN 
• Proses perjalanan obat dalam tubuh (nasib obat) meliputi absorbsi, distribusi,
metabolism dan ekskresi. 
• Metabolisme adalah proses yang sangat penting dalam mengubah molekul obat
menjadi hasil metabolisme (metabolit) obat.
•  Sebagian besar proses metabolism ini terjadi di organ hati oleh enzim
retikuloendotelial. 
• Perubahan molekul obat yang terjadi dapat berupa: bioinaktivasi, detoksifikasi,
atau perubahan kepolaran.
• Ekskresi merupakan proses yang sangat penting untuk eliminasi (pengeluaran)
obat dan metabolitnya dalam tubuh.
• Ginjal melalui urin, merupakan organ yang sangat penting dalam pengeluaran
metabolit obat dalam tubuh
DAFTAR PUSTAKA 
1. Pengantar Farmakologi. In Gunawan GS, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth, eds. Farmakologi dan Terapi.
5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.2012. 
 2. Katzung BG, Trevor Aj. 2015. Basic and Clinical Pharmacology 13th. edition.USA: McGraw Hill Companies.
3. Brunton L, Chabner B, Goodman LS, Knollman B. 2011. Goodman and Gilman’s Pharmacological Basis of
Therapeutics. 12th edition. USA: McGraw-Hill Companies.
4. Craig CR, Stitzel RE. 2004. Modern Pharmacology with Clinical Applications. USA: Lippincott William and
Wilkins.
4. Nila A, Halim M.  In Ian Sulanjani, eds. Dasar-dasar farmakologi 2. Kementrian Pendidikan
Kebudayaan.2013
• Terima kasih dan selamat belajar 

Anda mungkin juga menyukai