Anda di halaman 1dari 10

KAIDAH UMUM PEREKONOMIAN DAN

KAJIAN MAKRO EKONOMI ISLAM

Disusun Oleh :
Kelompok VI

Ali Misbah : D2.1801406


Nita Kania Utami : D2.1801480
Nurlaila Shafarrinda : D2.1801483
Popi Hopipah : D2.1801486
Zihan Fera Fahira : D2.1801524
 
Dosen Pembimbing Suharna SE, M.M
 
Akuntansi C – Semester IV

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


SEBELAS APRIL SUMEDANG
2019/2020
KAIDAH UMUM PEREKONOMIAN
Hukum-hukum yang menyangkut masalah ekonomi dibangun atas tiga
kaidah :
1. Kepemilikan (Property)
Hakikatnya adalah dari Allah SWT, kemudian Allah menyerahkan hak
kepemilikan kepada manusia dalam bentuk :
• Kepemilikan Individu ( Private Property )
• Kepemilikan Negara (State Property)
• Kepemilikan Umum (Collective Property)

2. Pengelolaan Kepemilikan ( tasharruf)


• Pengelolaan kepemilikan individu (Private Property) terkaiat dengan
hukum-hukum bermuamalah.
• Pengelolaan kepemilikan Negara (State property) terkait dengan hukum-
hukum Baitul Maal dan Muamalah.
• Pengelolaan kepemilikan umum (Collective property) terkait dengan
hukum-hukum Baitul Maal secara khusus.

3. Distribusi kepemilikan ditengah-tengah masyarakat


Dilakukan dengan :
• Mengikuti sebab-sebab kepemilikan dan transaksi secara wajar.
• Mencegh perputaran harta hanya pada segelintir orang.
• Melarang penibunan harta emas dan perak (sebagai mata uang) meskipun
telah dikeluarkan zakatnya,dan melarang penimbunan bagi barang-barang
kebutuhan pokok.
MANUSIA DAN EKONOMI
Ekonomi di dalam bahasa Arab/Islam disebut “IQTITSAD”, arti dari kata
ini diambil dari Al-Qur’an dalam surat Al-Maidah yang berbunyi :

“Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat,


Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya
mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki
mereka. Di antara mereka ada UMAT YANG BERHEMAT (MELAKUKAN
EKONOMI). Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakkan oleh kebanyakan
mereka.” (QS. Al-Ma'idah: 66).
Maka dapat dikatakan, bahwa yang dimaksud dengan “IQTITSAD”
didalam Al-Quran ialah “Menggunakan rezeki yang ada disekitar kita dengan
cara berhemat agar kita menjadi manusia yang baik dan tidak merusak nikmat
apapun yang telah diberikan Allah kepada manusia”. Al-quran menggunakan
kata ini didalam berbagai kehidupan, seperti didalam melakukan perjalanan,
didalam melangkahkan kaki, didalam menegakkan ibadah dan lain
sebagainya.
EKONOMI KONVENSIONAL VS EKONOMI
ISLAM
Pertama, sudut pandang ekonomi konvensional yang
menyatakan bahwa sikap hemat mempunyai dua implikasi,
jika dilakukan oleh individu atau sekelompok kecil
masyarakat maka sikap tersebut akan meningkatkan
pendapatan ekuilibrium masyarakat itu sendiri, namun jika
dilakukan oleh sebagian besar masyarakat sikap hemat akan
menyebabkan tingkat pendapatan ekuilibrium menjadi
menurun dibandingkan dengan pendapatan nasional
sebelumnya.
Kedua, sudut pandang ekonomi islam bahwa,
menggunakan rezeki dengan cara berhemat adalah “
Melakukan Ekonomi”. Sikap hemat merupakan ajaran yang
harus dilaksanakan oleh seluruh seluruh komunitas muslim
diindonesia. Karena sikap tersebut mempunyai makna tidak
boros dan tidak kikir. Dengan sikap hemat maka pendapatan
nasional keseimbangan akan semakin meningkat, artinya
keseimbangan antara penawaran dan permintaan
menunjukan bahwa, setiap rupiah yang diinvestasikan akan
sama persis dengan tabungan yang digunakan dalam
penggunaan tenaga kerja penuh (saving full employment).
KURVA HEMAT DALAM KESEIMBANGAN PENDAPATAN
NASIONAL MAKRO EKONOMI KONVENSIONAL
KURVA HEMAT DALAM KESEIMBANGAN PENDAPATAN
NASIONAL MAKRO EKONOMI KONVENSIONAL

Penjelasan :

Dalam sikap hemat sebagian besar masyarakat, maka pendapatan


nasional keseimbangan akan bergerak ke sebelah kiri dari Yo ke YI, ditandai
dengan bergesernya (C o + I ) ke ( C I + I ), dan saving bergerser ke kiri atas
dari So ke SI.
Pergeseran kurva pendapatan nasional ekuilibrium kesebelah kiri
menunjukan menurunnya pendapatan nasional, diikuti dengan meningkatnya
tabungan masyarakat melebihi besarnya tingkat investasi ( SI > Io ), hal ini
menimbulkan celah deflasi ( deflationary gap ) sebagai gejala naiknya angka
pengangguran.
Apabila keseimbangan pendapatan nasional diketahui pada kapasitas
produksi yang maksimal (Yf), keadaan ini menyebabkan deplasi naik dari
semula sebesar AB menjadi AD, bertambah besarnya deplasi mengakibatkan
pemawaran akan barang dan jasa semakin menurun diikuti angka
pengangguran semakin meningkat.
Jadi Hemat pangkal Kaya hanya mungkin terjadi jika dilakukan secara
individu atau sebagian kecil masyarakat saja, mengapa tidak dapat berlaku
secara umum?
Sebab sikap hemat yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat
dalam konteks diatas, telah mengakibatkan menurunnya pendapatan nasional
yang diikuti oleh menurunnya permintaan dan penawaran akan barang dan
jasa, serta meningkatnya angka pengangguran.
HEMAT DALAM KURVA KESEIMBANGAN
PENDAPATAN NASIONAL EKONOMI ISLAM
HEMAT DALAM KURVA KESEIMBANGAN
PENDAPATAN NASIONAL EKONOMI ISLAM

Penjelasan :
Pengeluaran Zis bersama-sama dengan konsumsi (C1+Zis) akan
memperkecil saving yang berlebihan dan meningkatkan investasi I0
ke I1. Pendapatan nasional akan bergeser dan mencapai posisi
keseimbangan full employment Y0 ke Yf hal ini diperlihatkan dengan
bergesernya kurva (C0 + I) ke (C1+Zis+1), posisi keseimbangan ini
tercapai pada saat full employment saving Sf sama dengan besarnya
investasi masyarakat yang meningkat I0 ke I1.
Kurva diatas menunjukan bahwa, konsumsi dan Zis bekerja
bersama-sama dalam menaikan pendapatan nasional keseimbangan.
Dengan menekan tingkat penabungan dan memperbesar investasi,
sehingga investasi mencapai posisi yang sama dengan besarnya full
employment saving artinya kapasitas produksi telah dalam
penggunaan tenaga kerja penuh.
Zis bersama-sama dengan konsumsi berfungsi sebagai regulator
pendistribusian pendapatan yang adil bagi individu-individu yang ada
didalam masyarakat sehingga pendapatan nasional keseimbangan
meningkat kearah yang lebih tinggi.
PERBEDAAN KONSEP EKONOMI
KONVENSIONAL
DAN EKONOMI ISLAM
Ekonomi Konvensional Ekonomi Islam
• Kepemilikan harta individu • Kepemilikan harta tidak mutlak
maupun kelompok dianggap menjadi milik individu maupun
mutlak sebagai milik pribadi kelompok
• Bersaing adalah pertaruhan, • Bersaing merupakan moral force
kekalahan dalam bersaing adalah (dorongan moral), bagaimana agar
hal yang wajar sebagai setiap individu dan kelompok dapat
konsekwensi ketidaksiapan bersaing secara sehat untuk
didalam mengikuti persaingan menciptakan kondisi masyarakat yang
dipasar. adil dan sejahtera sehingga dalam
ekonomi islam tidak mengenal istilah
korban akibat kekalahan didalam
persaingan.
• Terserah pada manusia itu sendiri • Mempelajari aktivitas manusia untuk
secara individu atau kelompok memenuhi kebutuhan itu dengan jiwa
religius
• Tidak mempersoalkan secara • Dikendalikan oleh nilai dan tanggung
nyata, hanya sebatas tanggung jawab moral
jawab sosial
• Ketentuan-ketentuan yang dibuat • Pegangannya Al-Qur’an dan Assunnah
manusia
• Terserah pada diri sendiri • Tidak membenarkan adanya jiwa
Materialisme
• Tidak mempermasalahkan • Pemborosan merupakan suatu
penyakit jiwa
• Menghalalkan segala cara • Dilakukan secara halal
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai