Anda di halaman 1dari 35

Komponen Penting

Penunjang
Keberlangsungan Hidup
Sel Hayati
Kelompok 7
Desya Pramadhanti Jessica Balgani
Hafizh Fadhullah Putri Ratna Sari
Ivan Markus
Dikatan bahwa reaktor sangat berperan dalam
menopang kehidupan sel dan juga kultur
jaringan. Menurut anda, hal apa sajakah yang
harus dipertimbangkan dalam upaya
perancangannya?

2
PERTIMBANGAN PERANCANGAN
BIOREAKTOR
Parameter Perancangan
Bioreaktor
Jenis Mikroba yang Parameter Proses
Digunakan Suhu Aerasi
 Galur stabil yang pH Agitasi
cocok Substrat
 Sifat Mikroba
 Jenis dan Ukuran Sel
Faktor Produksi Sifat Media
Biaya  Gas
Fasilitas  Cair
Tenaga Kerja  Padat
Keadaan Pasar
Ketersediaan Energi
Keselamatan
Persyaratan Bioreaktor

1. Wadah yang cukup kuat 2. Wadah disterilisasi dan


untuk menahan berbagai dirawat dalam kondisi aseptik
perlakuan selama proses fermentasi atau
kultur yang cukup lama
▹ Bioreaktor umumnya terbuat
dari bahan stainless steel 3. Wadah dilengkapi dengan
ataupun bahan baja 316. pengaduk dan pencampur
untuk memastikan proses
▸ Bioreaktor skala laboratorium perpindahan massa
(berukuran 1.5 – 2.5 L) berlangsung secara efisien.
umumnya terbuat dari bahan Agitator yang digerakkan oleh
kaca atau borosilikat. rotor berperan dalam agitasi
dengan mengaduk campuran
substrat dan sel
Persyaratan Bioreaktor

4. Memiliki sensor untuk 5. Dilengkapi dengan katup


memonitor dan mengontrol pengambilan sampel uji
proses fermentasi yang untuk analisis lebih lanjut
berlangsung.
Komponen yang dikontrol 6. Dilengkapi dengan baffle
dapat berupa: (sekat yang mencegah
▹ Kontrol fisika: Suhu, terjadinya efek pusaran
tekanan, agitasi, buih, dan air akibat agitasi yang dapat
kecepatan aliran mengganggu proses) untuk
kasus bioreaktor
▹ Kontrol kimia: pH, kadar berpengaduk.
oksigen, dan perubahan
komposisi medium
Persyaratan
Bioreaktor
7. Dilengkapi dengan fasilitas penambahan senyawa anti
buih (antifoam agent) dan untuk proses fermentasi
aerobik terendam (submerged), sebaiknya dilengkapi dengan
fasilitas aerasi

8. Dilengkapi dengan lubang masuk (man hole) di bagian


atasnya untuk akses kedala tujuan tertentu. Untuk
mencegah kontaminasi, pada bagian atas biorektor dapat
ditambahkan segel aseptis (aseptic seal) yang terbuat
dari campuran metal-kaca atau metal-metal, seperti O-ring
dan gasket
BIOREAKTOR
Metode pembiakan sel kultivasi juga dapat
dibedakan berdasarkan cara kerja sistem
bioreaktornya, seperti curah (bulk), kontinyu
dan semi kontinyu. Bagaimana anda
menjelaskan ketiga sistem reaktor tersebut?
Bagaimana keuntungan dan kelemahan dari
ketiganya?

3
CARA KERJA SISTEM BIOREAKTOR
BIOREAKTOR
BATCH
Bioreaktor Batch – Sistem
Kerja
▹ Operasi pada proses batch dilakukan secara
tertutup

▹ Substrat ditambahkan pada awal proses dan


produk diambil saat proses berakhir.

▹ Untuk reaksi aerobic, tetap ada sirkulasi udara


secara kontinyu meskipun prinsip dasar dari
reaktor ini adalah tertutup.

▹ Biaya menjalankan reaktor bergantung pada


waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
konsentrasi produk atau tingkat konversi
Bioreaktor Batch - Komponen
 Badan reaktor: tempat
Kompone
berlangsungnya operasi. Biasanya di
n pada bawahnya diberikan pemanas untuk
Reaktor setrilisasi.
Batch  Agitator: pengaduk.
 Corong input: memasukkan
bahan/media.
 Valve output: memanen hasil dalam
reaktor.
 Sensor: menerima sinyal mengenai
kesetimbangan pH.
 Sumber udara: untuk aerasi.
Sumber: https://www.slideshare.net/Awaischaudhary/batch-reactor-34739669
Bioreaktor banyak digunakan
untuk:

• Produk yang harus dihasilkan dengan risiko minimal


dari kontaminasi.
• Proses yang menggunakan satu reactor untuk
menghasilkan produk berbeda.
Contoh: bioreactor penghasil asam sitrat dan penisilin
(tray fermenter) (Williams, 2002 Cinar, 2003)
Bioreaktor Batch - Aplikasi
• Digunakan untuk suspense sel, kultur dipelihara
dalam media dengan volume tetap tetapi dengan
konsentrasi hara yang berubah sesuai dengan
pertumbuhan sel. Pada sistem, biomassa akan
bertambah sesuai dengan kurva sigmoid dan
setelah mencapai masa tertentu sel akan berhenti
membelah karena kehabisan hara atau akumulasi
senyawa metabolic yang bersifat toksik. Setelah
mencapai fase ini biakan harus diperbaharui dengan
cara mensubkultur ebagian sel pada media baru.
• Fermentasi etanol dari molasses dengan
Zymomonas Mobilis A3 yang diamobilasasi pada К-
karaginan
Bioreaktor Batch
Keunggulan Kelemahan
▹ Konsentrasi tiap titik dalam ▹ Produktivitas rendah
reaktor sama pada waktu yang ▹ Proses batch hanya satu
sama siklus
▹ Fleksibel dalam perencanaan
▹ Pengendalian suhu yang
produksi
▹ Resiko kontaminasi rendah sering bemasalah dan
▹ Konsentrasi produk akhir lebih pengendalian kualitas dari
produk jelek atau susah.
tinggi
▹ Tidak perlu mikroba dengan ▹ Lebih banyak pekerja karena
kestabilan tinggi diperlukan untuk monitoring.
▹ Dapat digunakan untuk fase ▹ Tidak efektif untuk waktu
fermentasi yang berbeda yang lama.
▹ Lebih murah ongkos
BIOREAKTOR
KONTINYU
Bioreaktor Kontinyu – Sistem
Kerja ▹ Aliran masuknya substrat dan
keluarnya produk berlangsung
Reaktor secara terus menerus setelah
Kontinyu diperoleh konsentrasi produk yang
maksimum ataupun substrat
pembatasnya telah mencapai
konsentrasi yang setimbang
▹ Substrat dan inokulum dimasukan
kedalam reaktor secara bersamaan dan
penambahannya juga dilakukan secara
terus menerus
▹ Metode kontinu memungkinan
organisme tumbuh pada kondisi
Bioreaktor Kontinyu
Keunggulan Kelemahan
▹ Peningkatan potensi untuk ▹ Biaya investasi yang lebih
mengotomatisasi proses tinggi dalam kontrol dan
▹ Mengurangi biaya tenaga otomatisasi peralatan
kerja ▹ Resiko yang lebih tinggi dari
▹ Waktu non-produktif kontaminasi dan mutasi sel
berkurang ▹ Variasi produk atau sistem
▹ Kualitas produk yang biologis tidak banyak
konsisten ▹ Komposisi dan kondisi
▹ Penurunan risiko toksisitas media harus selalu
pada pekerja seragam untuk menjaga
▹ Mengurangi stress pada kualitas dan kontinuitas
instrumen karena
BIOREAKTOR
SEMI
KONTINYU
Bioreaktor Semi Kontinyu –
Sistem Kerja semi-kontinyu adalah
▹ Bioreaktor reaktor di
mana nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan sel atau ekstraksi produk
dilakukan secara terus menerus tetapi
tidak terjadi secara bersamaan.

▹ Bioreaktor semi-kontinyu banyak digunakan


jika fase sel menghasilkan produk berbeda
dengan fase pertumbuhan.
▹ Tahap awal pengaplikasian bioreaktor semi-
kontinyu adalah dengan menumbuhkan sel
pada reaktor mode batch. Ketika sel telah
siap menghasilkan produk, reaktan
ditambahkan ke dalam bioreaktor untuk
Bioreaktor Semi Kontinyu –
Sistem Kerja
▹ Memulai bioreaksi/fermentasi dalam mode batch, sampai substrat
untuk pertumbuhan sel telah dikonsumsi.
▹ Periode kulturnya bisa diperpanjang untuk memproduksi
metabolit sekunder, di mana pertumbuhan sel dan pembentukan
produk sering terjadi di fase terpisah
▹ Kecepatan pertumbuhan mikroorganisme dan konsentrasi
biomassa dapat dikontrol dengan penambahan nutrisi saat fase
tertentu.
▹ Proses ini dapat diulang (repeated fed-batch) beberapa kali jika
sel sepenuhnya layak dan produktif
▹ Sumber karbon, nitrogen, fosfat, nutrisi, prekursor, atau induser
diberikan baik sesekali atau terus menerus ke dalam kultur
dengan memanipulasi banyaknya umpan selama running.
▹ Produk dipanen hanya pada akhir running. Oleh karena itu,
volume kultur meningkat selama operasi sampai volume penuh.
Bioreaktor Semi Kontinyu

Keunggulan Kelemahan
▹ Yield produk tinggi. Sel terus- ▹ Tingkat produktivitas
menerus bereaksi dengan rendah karena prosedur
adanya penambahan bahan yang memakan waktu
baku. untuk mengisi, pemanasan,
▹ Optimal. Proses produksi sterilisasi, pendinginan,
sangat memanfaatkan mengosongkan dan
kondisi sel pada fase membersihkan reaktor.
pertumbuhan (log phase). ▹ Biaya lebih besar dalam
▹ Proses mendekati konstan. tenaga kerja dan / atau
Proses produksi akan terus kontrol proses dinamis
berlangsung selama bahan untuk proses tersebut.
Bagaimana anda menentukan neraca massa sel
dari ketiga sistem reaktor tersebut?

4
NERACA MASSA SEL REAKTOR
BIOREAKTOR
BATCH
sel
Neraca Massa
Sistem substrat
Operasi Batch
produk

NERACA MASSA
BIOREAKTOR BATCH
 

  mass
of component in the vessel Persamaan umum sistem
mass rate of generation reaksi:
mass rate of consumption

  volumetric
volumetric rate growth
volumetric rate of cell death
liquid volume
cell concentration

  specific
specific death constant
  𝑑𝑥
 

Jika konstan = ( 𝜇 − 𝑘 ) x
specific growth rate 𝑑
𝑑𝑡
NERACA MASSA
BIOREAKTOR BATCH
• Waktu kultivasi pada sistem batch
 batch culture time
biomass concentration after batch
• Jika laju kematian sel lebih kecil culture time
dibandingkan dengan pertumbuhan, initial biomass concentration
maka

NERACA MASSA
BIOREAKTOR BATCH
 Persamaan umum sistem reaksi:  Untuk , V konstan

  specific
growth rate
  substrate
true biomass yield from substrate
concentration
specific rate of product formation
volumetic rate of substrate
true product yield from substrate
uptake
maintenance coefficient

NERACA MASSA BIOREAKTOR BATCH -


SUBSTRAT
 Waktu kultivasi sistem batch

Jika tidak ada produk yang terbentuk atau jika produksi berhubungan langsung
dengan metabolisme energy, pada kasus ini persamaan untuk laju konsumsi substrat
tidak mengandung pemisahan untuk sintetis produk maka persamaan di atas menjadi:

 Jika maintenance requirement diabaikan maka

NERACA MASSA BIOREAKTOR BATCH -


SUBSTRAT
 Persamaan umum sistem reaksi:  Jika V konstan

  product concentration
volumetric rate of product formation
specific rate of product formation

 Waktu Kultivasi,
  final
products concentration
initial products concentration

NERACA MASSA BIOREAKTOR BATCH -


PRODUK
BIOREAKTOR
KONTINYU
NERACA MASSA BIOREAKTOR
KONTINYU
 

Neraca massa sel:


  𝜇𝑡 𝑑 (𝑉𝑋 )
𝑄 𝑋 0 +𝑉 𝑟 𝑥=𝑄𝑋 +
Neraca massa substrat: 𝑑𝑡

  𝜇𝑡 𝑑 (𝑉𝑆)
𝑄 𝑆 0 − 𝑉 𝑟 𝑥=𝑄𝑆+
Neraca massa produk: 𝑑𝑡

  𝜇𝑡 𝑑 (𝑉𝑃 )
𝑉 𝑟 𝑝=𝑄𝑃 +
𝑑𝑡
BIOREAKTOR
SEMI
KONTINYU
NERACA MASSA BIOREAKTOR SEMI
KONTINYU   Debit dapat ditentukan:
▹  

Karena µ=µ nilai konstan pada S = St


Maka integrasi persamaan tersebut :
NERACA MASSA BIOREAKTOR SEMI
KONTINYU
▹▹ Karena
  debit adalah dV/dt maka volume media kultur dapat
ditentukan dengan persamaan:

▹ Konsentrasi Biomassa dapat ditentukan:


REFERENSI

▹ Shuler, M. dan Kargr, F. (1992). Bioprocess


Engineering., Prentice Hall International
Editionu hal. 58-78, 159-16
▹ Villadsen J, Liden G. 2003. Bioreactor
Engineering Principles. New York: Plenum
Press. Hal 11-15
▹ Williams, J.A. (2002). Chemical Engineering
Progress. Keys to Bioreactor Selections.
March, pp. 34-41.

Anda mungkin juga menyukai