Anda di halaman 1dari 91

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
Jl. George Obos No. 30/32 Palangka Raya 73111 - Kalimantan Tengah - Telp/Fax. (0536) 3221768, 3230730
Website : www.poltekkes-palangkaraya.ac.id E-mail : poltekkespalangkaraya@gmail.com

PEMERIKSAAN SISTEM
NEUROLOGI

Ns. Gad Datak,M.Kep,Sp.MB

Disampaikan pada perkuliahan Keperawatan Medikal Bedah


Prodi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan
Pengkajian Sistem Neurologi
 Anamnesa
 Pemeriksaan Kesadaran
 Pemeriksaan Tanda Rangsangan Meningeal
 Pemeriksaan Saraf Kranial
 Pemeriksaan Sistem Motorik
 Pemeriksaan Sistem Sensorik
 Pemeriksaan Refleks
Anamnesa
 keluhan utama
 waktu, sifat & berat
 lokasi & penjalarannya,
 faktor yg membuat berat/ringan &
pengobatan
 riwayat penyakit sebelumnya dan keluarga
 pembedahan
 faktor risiko, dll
Pemeriksaan Kesadaran

Kualitatif

Kuantitatif
Pemeriksaan Kesadaran Kualitatif

 Compos mentis (CM) : kesadaran normal


 Somnolen : keadaan mengantuk. Kesadaran dpt pulih
penuh bila dirangsang, mudah dibangunkan, mampu
memberi jawaban verbal & menangkis rangsang nyeri.
Disebut juga letargi/obtundasi
 Sopor : kantuk yg dalam. Pasien msh dpt dibangunkan
dgn rangsang yg kuat, namun kesadarannya sgr menurun
lagi. Msh dpt mengikuti perintah singkat & msh terlihat
gerakan spontan. Dgn rangsang nyeri, pasien tdk dpt
dibangunkan sempurna. Reaksi terhdp perintah tdk
konsisten & samar. Tdk dpt diperoleh jawaban verbal
dari pasien. Gerak motorik menangkis rangsang nyeri
msh baik.
 Koma-ringan (semi-koma) : tidak ada respon terhdp
rangsang verbal. Refleks kornea, pupil, dllnya masih baik.
Gerakan timbul sbg respon terhdp rangsang nyeri. Reaksi
terhdp nyeri tdk terorganisasi, merupakan jawaban primitif.
Pasien tdk dpt dibangunkan.
 Koma (dalam atau komplit) : tidak ada gerakan spontan.
Tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri
bagaimanapun kuatnya.
Pemeriksaan Kesadaran Kuantitatif
Glasgow Coma Scale (GCS)

Respon yg dinilai membuka mata (E), bicara (V), gerakan


motorik (M)

1. Membuka mata (E)


4 =membuka spontan
3 = membuka dgn rangsangan
perintah/verbal/suara
2 = membuka dengan rangsangan nyeri
1 = tidak dapat membuka mata
Lokasi Stimulasi Nyeri Pada
Pemeriksaan GCS
Lokasi Stimulasi Nyeri Pada
Pemeriksaan GCS
2. Motorik (M)

6 = dapat melakkan gerakan sesuai perintah


5 = dapat mengetahui arah datangnya
rangsangan (lokalisasi)
4= dapat menghindari rangsangan
with drawl/ adduksi
3 = abnormal fleksi(dekortikasi) bila dirangsang
2 = ekstensi (deserebrasi) bila dirangsang
1 = tidak respon
3. Bicara (V)

5= orientasi baik, normal


4 = kacau/confused,disorientasi, dapat bicara
dalam kalimat
3 = kalimat tidak tepat & mampu berkata
2 = mengerang, meracau
1 = tidak respon
Respon postur tubuh
Pemeriksaan GCS
 Jika aphasia atau terpasang intubasi,
kemampuan verbal tidak dapat dinilai
& jika lumpuh yang dinilai anggota
gerak yang sehat diberi tanda T
untuk komponen verbal (V)
 Pasien cedera lokal pada mata & mata
tidak dapat dibuka diberi tanda C
(eye closed) untuk komponen mata (E)
- Nilai Tertinggi : 15
- Nilai Terendah : 3
Score GCS < 8 Koma
Tanda Rangsangan Meningeal
(TRM)

a. Tanda Kaku- Kuduk


Pasien berbaring tanpa bantal, dilakukan
anterofleksi leher. Bila (+), adanya kekakuan
dan tahanan disertai rasa nyeri dan spasme otot,
dagu tidak dapat disentuh ke dada
b. Tanda Laseque

Pasien baring telentang, lakukan


fleksi pada sendi panggul pada
waktu tungkai dalam sikap lurus
(+) bila timbul nyeri di lekuk
iskhiadikus atau tahanan pada
waktu fleksi < 70 derajat
c. Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, paha
diangkat dan fleksi pada sendi
panggul, kemudian ekstensi
tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa nyeri
(+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135 derajat
disertai nyeri
d. Tanda Brudzinski I
Pasien baring terlentang,
gerakan anterofleksi leher
sampai dagu menyentuh
sternum akan disusul fleksi
involunter pada kedua
tungkai Brudzinski I (+)
e. Tanda brudzinski II
Pasien baring terlentang,
satu tungkai difleksikan pd
persendian panggul,
sedangkan tungkai yg satu
lagi dlm keadaan ekstensi
(lurus). Bila tungkai yg
satu ini ikut terfleksi
Brudzinski II (+)
Pemeriksaan Saraf Kranialis
Saraf Otak I (Nervus Olfactorius)

Tes penciuman pasien dgn mata


tertutup diberikan bau yang sudah
dikenal pasien seperi teh, kopi
bergantian hidung kiri dan kanan
Normal penciuman: normosmi
Berkurang : hiposmi
Tidak dapat mencium sama
sekali : anosmi
Saraf Otak II ( Nervus Optikus)
Ketajaman penglihatan (visus)
Dengan tabel Snellen, hitung jari,
gerakan tangan, penglihatan dekat
dengan membaca buku
Lapangan Penglihatan
Pasien dan pemeriksa duduk/
berdiri berhadapan jarak 60-100
cm, pasien menutup satu mata dan
pemeriksa menutup juga satu
mata yang berlawanan dengan
mata pasien ditutup, pemeriksa
menggerakkan tangan dari arah
luar lapang pandang atas,
bawah,dari kedua sisi
 Dengan alat kampimetri/
perimetri
Lanjutan saraf otak II ........

Pemeriksaan opthalmoskopik
Saraf Otak III (N.Okulomotorius), Saraf Otak
IV (N.Trochklearis), Saraf Otak VI (N.
Abducens)

1. Pemeriksaan kelopak mata


2. Pemeriksaan gerakan bola mata
3. Pemeriksaan pupil
1. Pemeriksaan Kelopak Mata

Menilai m.levator palpebrae pasien


disuruh memejamkan matanya &
lalu membukanya.
Pada saat membuka mata, kita tahan
gerakannya dgn jalan menekan
enteng pd kelopak mata ptosis,
eksoftalmus, enoftalmus &
strabismus
Ptosis Eksoftalmus

Enoftalmus Strabismus
2.Pemeriksaan gerakan bola mata

Pasien disuruh mengikuti jari-jari pemeriksa ke atas-


lateral, bawah medial, atas medial & bawah lateral
Nistagmus (gerakan bola mata yg involunter &
ritmik) : lihat arahnya horizontal, vertikal, atau
rotatoar
3. Pemeriksaan Pupil
Pupil. Normal ukuran 4-5 mm bentuk bulat, isokor
(sama kanan & kiri), posisi di tengah.
Direk/langsung : cahaya ditujukan seluruhnya kearah pupil.
Normal , akibat adanya cahaya maka pupil akan mengecil
( miosis ).Perhatikan juga apakah pupil segera miosis, dan
apakah ada pelebaran kembali yang tidak terjadi dengan segera.
Indirek/tidak langsung: refleks cahaya konsensual. Cahaya
ditujukan
Pada satu pupil, dan perhatikan pupil sisi yang lain. Refleks
pupil konsensual/ tidak langsung
Refleks pupil thd cahaya
Saraf Otak II (N.Optikus) & III
(N.Okulomotorius)
Refleks akomodasi, konvergensi
Pasien melihat jauh kemudian liat tangan
pemeriksa 30 cm didepan hidung respon
normal pupil akan mengecil, kedua mata
bergerak kearah nasal
Refleks akomodasi
Saraf Otak V (N.Trigeminus)

1. Sensorik wajah dalam 3 cabang optalmik,


maksilaris, mandibularis

2. Motorik  otot pengunyah (m.masster,


m.temporalis, m.pterigoid medialis &
m.pterigoid lateralis)
Pemeriksaan sensorik (N.Trigeminus)

Sensorik wajah dalam 3


cabang optalmik,
maksilaris, mandibularis
Sensibilitas wajah
Pemeriksaan Motorik (N. Trigeminus)
M. Masster & M. temporalis :
Pasien diminta merapatkan
giginya sekuat mungkin atau
mengatupkan mulut kuat-kuat dan
dipalpasi ototnya
M. Pterigoideus: pasien diminta
membuka mulut lihat apakah ada
deviasi, gerakan rahang ke kanan
dan kiri
Pemeriksaan Refleks Kornea
( N. Trigeminus)

Sentuh kornea dengan


kapas lihat kedipan
secara reflek dan rasa
nyeri yang timbul ( N.
V & N.VII)
Pemeriksaan Refleks Rahang ( N.
Trigeminus)
Refleks Rahang (Jaw
refleks)
Letakan jari telunjuk di
atas dagu pasien secara
horizontal, mulut pasien
sedikit terbuka lalu
telunjuk diketok dengan
hammer. Normal timbul
elevasi rahang
Saraf Otak VII (Nervus Fasialis)
1. Serat motorik untuk otot wajah
Observasi wajah pasien waktu diam, tertawa,
meringis, bersiul, menutup mata
Minta pasien mengerutkan dahi, menutup mata
kuat-kuat, menggembungkan pipi, memperlihatkan
gigi, tersenyum
Normal : simetri pada semua gerakan kanan kiri.
2. Sensorik pengecapan
Untuk lidah 2/3 depan rasa manis, asam, asin
Pemeriksaan serat motorik wajah

Mengerutkan dahi Memperlihatkan gigi

Mengembungkan pipi
Menutup mata kuat-kuat
 

                           

                                  
. Sensorik pengecapan
Saraf Otak VIII
(N. Vestibulo koklearis)
1. Koklearis
Tes pendengaran ; mendengarkan gesekan tangan
pemeriksa, detik arloji
Tes Rinne, Webber, Schwabach
Dengan garpu tala 128, 256, 512

Rinne Test : garpu tala ditempel di tulang mastoid,


bila tidak mendengar lagi dipindahkan ke depan
liang telinga
Webber Test
Garpu tala diletakkan dipuncak kepala atau dahi
pasien
Normal tidak ada lateralisasi telinga kanan kiri
Tuli konduktif : lateralisasi kesisi sakit
Tuli saraf :lateralisasi ke sisi sehat

Schwabach Test
Membandingkan garpu tala yang digetarkan didepan
telinga pasien dengan telinga pemeriksa
Tes Pendengaran
Rhine test Webber test
Schwabch Test
Saraf Otak VIII
(N. Vestibulo koklearis)
2. Nervus vestibularis
Lihat nistagmus pada mata, keluhan vertigo
Pemeriksaan : tes kalori
Saraf Otak IX
(N.Gloso faringeus)
1. Saraf pengecapan lidah 1/3 belakang untuk rasa pahit.
2. Pasien suruh membuka mulut , liat palatum dan uvula.
Ucapkan aaa,
Normal dinding pharing terangkat simetris, uvula
ditengah bekerja sama dengan N X
Saraf Otak IX
(N.Gloso faringeus)
Saraf Kranial Nervus X
(N.Vagus)

Tes menelan bersama N. IX


Denyut jantung pasien
Reflek muntah
Tes artikulasi, suara serak
Saraf Otak X (N.Vagus)
Refleks muntah Tes menelan
Saraf Otak XI ( N. Aksesorius)
1. Otot sternokleidomastoideus
Pasien diminta menoleh ke satu sisi melawan tangan
pemeriksa
2. Otot trapezius
Pasien disuruh mengangkat bahu pemeriksa menahan
ke bawah.
Pemeriksaan
Pemeriksaan m.trapezius
m.sternokleidomastoideus
Saraf Otak XII (N. Hipoglosus)

Untuk otot intrinsik dan ekstrinsik lidah


Pasien diminta untuk menjulurkan lidah kemudian
menarik dan menjulurkan lidah dengan cepat lihat
deviasi
Lesi unilateral lidah akan membelok kesisi lesi
waktu dijulurkan & pada posisi diam di dalam
mulut deviasi ke sisi sehat
Lihat atrofi lidah dan gerakan fasikulasi
Lihat cara pasien bicara apakah ada disartri
Parese N. Hipoglossus
DIDALAM MULUT
TONUS SISI SEHAT MENARIK LIDAH
JADI AKAN TERTARIK DAN MIRING KESISI SEHAT

DILUAR MULUT BILA DIJULURKAN


AKAN KELUAR DAN MIRING KE SISI SAKIT
                           

                                  

http://images.google.com/imgres?imgurl=http://www.tu-dresden.de/mednch/nhome/
spezial/peripher/images/Figure10klein.jpg&imgrefurl=http://www.tu-dresden.de/mednch/
nhome/spezial/peripher/gesichtsnerv.htm&h=388&w=400&sz=35&hl=en&start=2&tbnid=
cilDwoKm5TZVeM:&tbnh=120&tbnw=124&prev=/images%3Fq%3Dhypoglossus%
2Bparese%2B%26gbv%3D2%26svnum%3D10%26hl%3Den%26sa%3DG
Pemeriksaan Koordinasi

1. Observasi pada saat pasien melakukan gerakan


2. Tes hidung jari-hidung
3.Tes pronasi supinasi
Gerakan tangan yang bergantian pronasi &
supinasi, taping dgn jari tangan, taping jari kaki
4. Tes tumit lutut
Sikap berbaring pasien diminta menjalankan tumit
diatas lutut dan menyusuri ke bawah atas berulang-
ulang.
Finger-nose-finger
Finger to finger
TES PRONASI-SUPINASI
PRONASI SUPINASI
Tes tumit lutut
5. Tes romberg
Pasien diminta berdiri kaki dirapatkan liat
apakah goyang kemudian mata tertutup liat
apakah gorang
6. Tes steping (jalan ditempat) mata tertutup,
liat deviasi atau maju kedepan
Abnormal deviasi > 30 derajat, maju 1 m
7. Tes Tandem Gait muka belakang
Romberg tes Tes steping
Gait / Cara Berjalan

1. Jalan diatas tumit


2. Jalan diatas jari kaki
3. Jalan mundur
4. Jalan lurus lalu berputar
5. Berdiri 1 kaki
Pemeriksaan Sensibilitas
1. Sensibilitas Permukaan : rasa raba, nyeri, suhu
2. Sensibilitas Dalam : rasa sikap, getar, nyeri dalam
(dari struktur otot, ligamen, fasia, tulang
3. Fungsi kortikal untuk sensibilitas : stereognosis ,
pengenalan rabaan, pengenalan 2 titik, lokalisasi
stimulus
Rangsang suhu
Tes vibrasi
Pengenalan 2 titik Rasa sikap
Graphethesia Sterognosis
Sensibilitas
 Alat pemeriksaan
1. Kapas yang digulung, jarum, rader, 2
botol berisi air dingin (10 derajat C)
air panas (43 derajat)
2. Garpu tala
3. Kliper/ jangka
Pemeriksaan Motorik
1. Bentuk otot
2. Tonus otot
3. Kekuatan otot
4. Cara berdiri / berjalan
5. Gerakan spontan abnormal
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

1. Bentuk otot observasi apakah ada


hipotrofi, atrofi, hipertrofi

2. Tonus otot (ketegangan otot dalam


keadaaan istirahat)diraba otot
bandingkan kanan kiri. Tonus meninggi
akan dirasakan ada tahanan
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

Kekuatan otot
Dinilai dalam derajat kekuatan:

5 : Normal seluruh gerakan dapat dilakukan dengan


tahanan maksimal
4 : Dapat melawan gaya berat dan melawan tahanan
ringan dan sedang dari pemeriksa
3 : Dapat melawan gaya berat tetapi tidak dapat melawan
tahanan dari pemeriksa
Lanjutan Pemeriksaan Motorik ..........

2 : otot hanya dapat bergerak bila gaya berat dihilangkan


1 : kontraksi otot minimal dapat terasa pada otot
bersangkutan tanpa mengakibatkan gerakan
0 : tidak ada kontraksi otot sama sekali. Paralisis total
Pemeriksaan Refleks
Reflek tendon dalam
Derajatnya : 0 = absen reflek
1= Menurun
2 = Normal
3 = Hiperreflek
4 = Hiperreflek dgn klonus
Refleks Fisiologis

Triceps  Radialis
Biceps  Patella
Ulnaris  Achilles
Refleks Fisiologis
Biceps
Ketokan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m. biseps brachii, posisi lengan setengah
ditekuk pada sendi siku, muncul respon fleksi lengan
pada sendi siku
 Triceps
Ketukan pada tendon otot triseps brachii, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi, muncul
respons ekstensi lengan bawah disendi siku
 Ulnaris
Ketukan pada periosteum procesus styloigeus ulnea,
posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi –
supinasi, akan muncul respons pronasi tangan akibat
kontraksi m. pronator quadratus
REFLEKS FISIOLOGIS
Radialis
Ketukan pada periosteum ujung distal os radii, posisi
lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, muncul
respons : fleksi lengan bawah di sendi siku dan
supinasi karena kontraksi m. brachioradialis.
 Patella
Ketukan pada tendon patella, akan muncul respons
ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps
Femoris.
 Achilles
Ketukan pada tendon achilles, akan muncul respons
plantar fleksi kaki karena kontraksi m. Gastrocnemius.
Refleks patella Refleks patella
Refleks Biceps Refleks Biceps
Refleks Triceps Repleks Tricpes
Refleks tendon achiless Refleks tendon achiless
Reflek patologis
Babinski
Telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian
lateral menuju pangkal ibu jari, timbul dorso fleksi ibu
jari dan pemekaran jari-jari lainnya.
Chadock
Tanda babinski akan timbul dengan menggores
punggung kaki dari arah lateral ke depan
Openheim
Mengurut tibia dengan ibu jari, jario telunjuk, jari
tengah dari lutut menyusur kebawah (+ = babinski)
Babinski
Chadock

Openheim

Anda mungkin juga menyukai