Anda di halaman 1dari 77

SEORANG WANITA 30 TAHUN G2P1A0 HAMIL 40+1 MINGGU

DENGAN PRE EKLAMPSIA BERAT, PRESENTASI BOKONG, JANIN


SUSPEK MAKROSOMIA, DAN OBESITAS KELAS III PRO SCTP
EMERGENCY PLAN REGIONAL ANESTESI SUBARACHNOID BLOCK
DENGAN STATUS FISIK ASA IIIE

pembimbing
Dr. Dr. RTh. SUPRAPTOMO, Sp.An.
✘ Azka Amana Rosyida G991902009

2
1.

PENDAHULUAN

3
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
✘ AKI 228 per 100.000 kelahiran hidup
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
✘ AKI 359 per 100.000 kelahiran hidup
Penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia yaitu:
Perdarahan, hipertensi selama kehamilan (preeklampsia-eklampsia), dan
infeksi \

4
18% dari seluruh kematian ibu hamil di dunia terjadi akibat preeklampsia
Risiko = 1 : 1.700 kelahiran hidup
2010  AKI karena preeklampsia mencapai 21,5%

5
Pilihan anestesi untuk preeklampsia dalam sectio secaria:
✘ General anesthesia
✘ Regional anesthesia

6
2.

STATUS PASIEN

7
Anamnesis
(19 Desember 2019)
Identitas pasien: ✘  No.RM : 0149xxxx
✘ Nama : Ny. DN ✘ Berat badan : 125 Kg
✘ Tanggal lahir : 26 Februari 1989 ✘ Tinggi Badan : 160 cm
✘ Umur : 30 tahun ✘ IMT : 48.8 kg/
✘ Jenis Kelamin : Perempuan
✘ Pekerjaan : IRT
✘ Agama : Islam
✘ Alamat : Surakarta

8
Riwayat penyakit sekarang: Anamnesis
✘ G2P1A0, 230tahun, UK 40+1 minggu rujukan dari RS swasta dengan keterangan
pre eklampsia berat dan obesitas
✘ Pasien merasa hamil 9 bulan
✘ Pasien mengeluh kenceng-kenceng teratur (+), gerakan janin aktif dirasakan (+),
lendir darah (+), air ketuban rembes (-),
✘ Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, mual muntah, pandangan kabur, nyeri
ulu hati, sesak napas, berdebar-debar, dan batuk disangkal

9
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
✘ Riwayat Abortus : disangkal
✘ Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
✘ Riwayat diabetes mellitus : disangkal
✘ Riwayat sakit jantung : disangkal
✘ Riwayat asma : disangkal
✘ Riwayat alergi obat/makanan : disangkal
✘ Riwayat operasi sebelumnya : disangkal
✘ Riwayat mondok : disangkal
10
Anamnesis
Riwayat Penyakit Keluarga :
✘ Riwayat hipertensi : disangkal
✘ Riwayat penyakit Jantung : disangkal
✘ Riwayat diabetes mellitus : disangkal
✘ Riwayat asma : disangkal
✘ Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

11
Anamnesis
Riwayat kebiasaan :
✘ Merokok : disangkal
✘ Mengonsumsi alkohol : disangkal
✘ Konsumsi obat : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
✘ Pasien berobat menggunakan fasilitas BPJS
Riwayat Menstruasi
✘ Hari Pertama Menstruasi Terakhir (HPMT) tanggal 5 Mei2019
12
Anamnesis
Riwayat kehamilan
1. laki-laki, 12 tahun, 2700 gram, vacuum di RS Kasih Ibu ai KPD
2. Hamil ini
Riwayat pernikahan
Pasien menikah 1 kali, selama 12 tahun
Riwayat keluarga berencana
Pasien menikah 1x, selama 12 tahun

13
Anamnesis
Resume AMPLE

A : Tidak ada riwayat alergi obat-obatan, makanan


M : Pasien tidak mengonsumsi obat rutin
P : Riwayat DM (-), hipertensi (-), HIV (-), Hbs Ag(-) asma (-), operasi
sebelumnya (-)
L : Pasien terakhir makan 6 jam, minum 4 jam sebelum operasi
E : Tekanan darah pasien tinggi, pasien tidak merokok dan mengkonsumsi alcohol

14
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:
✘ Baik, CM, obesitas
Derajat kesadaran
✘ E4V5M6
Tanda vital :
✘ Tensi : 220/125 mmHg
✘ Nadi : 98 x/menit ✘ BB : 125 kg
✘ Frekuensi nafas: 20 x/menit ✘ TB : 160 cm
✘ Suhu : 36,5oC ✘ IMT : 48.8 (Obese III)
15
Pemeriksaan fisik
Primary survey
✘ Airway: bebas, patensi baik, deviasi septum (-/-), buka mulut >3 jari, mallampati
2, gerak leher bebas, thyromental distance > 6 cm
✘ Breathing: thoraks bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
retraksi (-/-), otot bantu nafas (-/-), sonor/sonor, suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-), frekuensi nafas 20 x/menit.
✘ Circulation : bunyi jantung I-II reguler, bising (-). Tekanan darah 220/125 mmHg,
nadi 98 x/menit, irama teratur, isi cukup, CRT <2 detik, akral hangat
✘ Disability : GCS E4V5M6, pupil isokor dengan diameter 2mm /2mm, reflek
cahaya (+/+).
✘ Exposure : suhu 36,5 0C

16
Pemeriksaan fisik Hidung
napas cuping hidung (-/-), sekret
Secondary survey (-/-), darah (-/-), deviasi septum
(-/-), patensi jalan napas (-/-)
Kulit
Kuning langsat, turgor menurun
(-), ikterik (-) Telinga
Sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Kepala
Mesocephal, rambut warna
hitam Leher
trakea di tengah, kelenjar getah
bening tidak membesar, gerakan
Mata Tenggorok leher bebas, leher pendek (+),
oedem palpebra (-/-), bulu mata rontok uvula di tengah, tonsil T1-T1, thyromental distance > 6 cm
(-/-), konjunctiva pucat (-/-), cekung (-/-),
hiperemis (-), faring hiperemis (-)
sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+ 2 mm/ +
2mm), lensa keruh (-/-) 17
Jantung Pulmo
Inspeksi :
Inspeksi : • Pengembangan dinding dada
• ictus cordis tidak tampak
kanan = kiri
Palpasi :
Palpasi :
• ictus cordis tidak kuat angkat
• Fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi :
Perkusi :
• batas jantung kesan tidak
• Sonor di seluruh lapang paru
melebar
Auskultasi :
Auskultasi : • SDV (+/), ST (-/-)
• BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)

18
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi : Akral dingin (-/-/-/-)
• Dinding perut lebih tinggi Edema (-/-/-/-)
daripada dinding dada ADP kuat
Auskultasi: CRT < 2 detik
• Bising usus (+), normal
Perkusi:
• timpani
Genital
Palpasi : VT: v/u tenang dinding
• Supel, nyeri tekan (-), teraba vaginan dalam batas normal,
janin tunggal IU, portio lunak mendatar,
memanjang, presentasi pembukaan (+) 2 cm, eff
bokong, belum masuk 50%, teraba bokong di HII,
panggul, his 1-2 x dalam 10 KK (+), penunjuk belum
menit selama 40 detik, DJJ
dapat dinilai, STLD (+)
(+) 140x/ menit, regular, TFU
40 cm, TBJ 4185 gram 19
Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
HEMATOLOGI
Hemoglobin 12.6 g/dl 11.7-15.5
Hematokrit 39 % 35-47
Leukosit 12.9 ribu/ul 3.6-11.0
Trombosit 326 ribu/ul 150-440
Eritrosit 4.44 juta/ul 3.80-5.20
KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 93 mg/dl 80-110

20
Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
HEMOSTATIS
PT 11.4 detik 10.0-15.0

APTT 30.1 detik 20.0-40.0

INR 0.850    

KIMIA KLINIK
Glukosa Darah Sewaktu 93 mg/dl 80-110
SGOT 16 u/l <31

SGPT 9 u/l <34

Albumin 3.2 g/dl 3.5-5.2

Creatinine 0.4 mg/dl 0.6-1.1

Ureum 11 mg/dl <50

LDH 21
489 u/l 140-300
Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN RUJUKAN
ELEKTROLIT
Natrium darah 138 mmol/L 136-145

Kalium darah 3.1 mmol/L 3.3-5.1

Klorida darah 104 mmol/L 98-106

SEKRESI
Protein Kualitatif +/ Positif 1 mg/dl Negatif

SEROLOGI

HBsAg Non-Reactive Non-Reactive CMIA

22
USG
✘ Tampak janin tunggal intrauterine, DJJ (+)
✘ Fetal biometri:
○ BPD 9.50 cm ~ 38+5 minggu
○ HC 33.87 cm ~ 38+6 minggu
○ AC 37.84 cm ~ 41+6 minggu
○ FL 7.58 cm ~ 38+5 minggu
○ EFW : 4157 gram
✘ Tampak plasenta insersi di corpus
✘ Tampak air ketuban kesan cukup (SDP 3.04 cm)
✘ Tidak tampak jelas kelainan kongenital mayor
✘ Kesan saat ini janin dalam keadaan baik
23
Ctg
✘ Variabilitas : 5-15
✘ Baseline : 130x
✘ Akselerasi : (+)
✘ Deselerasi : (-)
✘ Fetal movement : (+)
✘ Kontraksi : (+)
✘ NST kategori :I

24
tatalaksana
✘ Terminasi kehamilan pro SCTP-EM +Ins IUD
✘ Protab PEB
✘ O2 3 LPM
✘ IVFD RL 12 tpm
✘ Injeksi MgSO4 20% 4 gram dalam 15 menit (initial dose) dilanjutkan 1 gram/jam selama 24 jam
✘ Nifedipin 3 x 10 mg
✘ Awasi KUVS, BC, DJJ, dan tanda eklampsia
✘ Metildopa 3x 500 mg
✘ Injeksi cefazoline 2 gram (profilaksis)
✘ Konsultasi TS anestesi
✘ Konsultasi TS jantung
✘ Konsultasi TS perinatologi

25
Diagnosis anestesi

Wanita 30 tahun dengan pre eklampsia berat, presentasi bokong, janin suspek
makrosomia, dan obesitas kelas III dengan status fisik ASA IIIE plan RA-
SAB

26
PROBLEM
✘ Kehamilan
✘ Morbid obese
POTENSIAL PROBLEM
✘ Perdarahan
✘ Eklampsia
✘ Nyeri post op

27
Pelaksanaan operasi

✘ Operasi dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2020 di OK CITO IBS

28
Primary survey
✘ Airway: bebas, patensi baik, deviasi septum (-/-), buka mulut >3 jari, mallampati
2, gerak leher bebas, thyromental distance > 6 cm
✘ Breathing: thoraks bentuk normochest, simetris, pengembangan dada kanan=kiri,
retraksi (-/-), otot bantu nafas (-/-), sonor/sonor, suara dasar vesikuler (+/+), suara
tambahan (-/-), frekuensi nafas 20 x/menit.
✘ Circulation : bunyi jantung I-II reguler, bising (-). Tekanan darah 220/125 mmHg,
nadi 98 x/menit, irama teratur, isi cukup, CRT <2 detik, akral hangat
✘ Disability : GCS E4V5M6, pupil isokor dengan diameter 2mm /2mm, reflek
cahaya (+/+).
✘ Exposure : suhu 36,5 0C

29
Secondary survey Hidung
napas cuping hidung (-/-), sekret
(-/-), darah (-/-), deviasi septum
(-/-), patensi jalan napas (-/-)
Kulit
Kuning langsat, turgor menurun
(-), ikterik (-) Telinga
Sekret (-/-), tragus pain (-/-)
Kepala
Mesocephal, rambut warna
hitam Leher
trakea di tengah, kelenjar getah
bening tidak membesar, gerakan
Mata Tenggorok leher bebas, leher pendek (+),
oedem palpebra (-/-), bulu mata rontok uvula di tengah, tonsil T1-T1, thyromental distance > 6 cm
(-/-), konjunctiva pucat (-/-), cekung (-/-),
hiperemis (-), faring hiperemis (-)
sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+ 2 mm/ +
2mm), lensa keruh (-/-) 30
Jantung Pulmo
Inspeksi :
Inspeksi : • Pengembangan dinding dada
• ictus cordis tidak tampak
kanan = kiri
Palpasi :
Palpasi :
• ictus cordis tidak kuat angkat
• Fremitus raba sulit dievaluasi
Perkusi :
Perkusi :
• batas jantung kesan tidak
• Sonor di seluruh lapang paru
melebar
Auskultasi :
Auskultasi : • SDV (+/), ST (-/-)
• BJ I-II intensitas normal,
reguler, bising (-)

31
Abdomen Ekstremitas
Inspeksi : Akral dingin (-/-/-/-)
• Dinding perut lebih tinggi Edema (-/-/-/-)
daripada dinding dada ADP kuat
Auskultasi: CRT < 2 detik
• Bising usus (+), normal
Perkusi:
• timpani
Genital
Palpasi : VT: v/u tenang dinding
• Supel, nyeri tekan (-), teraba vaginan dalam batas normal,
janin tunggal IU, portio lunak mendatar,
memanjang, presentasi pembukaan (+) 2 cm, eff
bokong, belum masuk 50%, teraba bokong di HII,
panggul, his 1-2 x dalam 10 KK (+), penunjuk belum
menit selama 40 detik, DJJ
dapat dinilai, STLD (+)
(+) 140x/ menit, regular, TFU
40 cm, TBJ 4185 gram 32
Pelaksanaan operasi

Anestesi dimulai pukul 22.00 berlangsung 60 menit, sampai pukul 23.00.


Dilakukan regional anestesi subarachnoid block dengan Fentanyl 25 mg dan
Lidocain 75 mg secara intratekal. Setelah menunggu beberapa saat, perlahan
pasien teranestesi. Kemudian dilakukan tindakan Sectio Caesaria dengan
posisi supine pada pasien. Durante operasi diberikan O2 4 lpm dengan nasal
kanul dan infus Ringer laktat.

33
Pelaksanaan operasi

Maintenence anestesi :
✘ B1 (Breathing) : RR 20x/menit, SpO2 98% posisi supine dengan O2 2
lpm, SDV (+/+), ST (-/-)
✘ B2 (Bleeding) : perdarahan ± 200 cc
✘ B3 (Brain) : GCS E4V5M6, pupil isokor (2mm/2mm)
✘ B4 (Bladder) : kateter terpasang, urin 100 cc
✘ B5 (Bowel) : supel, bising usus (+)
✘ B6 (Bone) : oedem superior (-/-), inferior (+/+)
34
Pelaksanaan operasi

Proses sectio caesaria selesai pada pukul 23.00. Pada pemeriksaan 2 jam
setelah operasi didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan darah 130/90
mmHg, nadi 90 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit, Sp02 99% dengan nasal
kanul 3 lpm.
Setelah operasi, pasien dirawat di HCU Obsgyn melati 1 untuk mendapat
perawatan lebih lanjut.

35
Pelaksanaan operasi
Tatalaksana post operasi meliputi
✘ Pengawasan KUVS dan tanda impending
✘ Puasa hingga bising usus (+)
✘ Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
✘ Metildopa 3x500 g
✘ Vitamin C 50 mg/12 jam
✘ Protap PEB
○ Oksigen 3 lpm
○ IVFD RL 12 tpm
○ Injeksi MgSO4 20% 1 gram/jam selama 24 jam
○ Nifedipine 3 x 10 mg
○ Awasi BC dan tanda impending eklampsia
36
3.

TINJAUAN PUSTAKA

37
DEFINISI
Pre Hipertensi pada kehamilan yang terjadi setelah
eklampsia usia kehamilan mencapai 20 minggu disertai
dengan proteiuria dan timbulnya masalah pada
berbagai sistem organ

38
Faktor risiko
✘ Ibu yang memiliki usia berisiko, yaitu usia >30 tahun
✘ BMI berlebih ( ≥ 35 kg/m²)
✘ Kehamilan ganda
✘ Obesitas sebelum kehamilan
✘ Primigravida (kehamilan pertama)
✘ Nullipara (persalinan pertama)
✘ Riwayat preeklampsia dalam keluarga
✘ Riwayat preeklampsia sebelumnya
✘ Ibu dengan riwayat tekanan darah tinggi kronis, diabetes gestasional, gangguan
ginjal, dan gangguan jantung
39
klasifikasi
Berdasarkan onset
✘ Preeklampsia onset dini  UK < 34 minggu
✘ Preeklampsia onset lambat  ≥34 minggu
Berdasarkan derajat keparahan
✘ Preeklampsia tanpa gejala berat : TD sistolik 140-160 mmHg, diastolik 90-110 mmHg, disertai
proteinuria
✘ Preeklampsia dengan gejala berat:
○ TD sistolik ≥160 mmHg, diastolik ≥110 mmHg
○ Insufisiensi ginjal
○ Trombositopenia
○ Gangguan fungsi hati
○ Nyeri epigastik
○ Edem pulmo
40
○ Timbul gejala neurologis
komplikasi
Komplikasi pada ibu Komplikasi pada janin
✘ Edema pulmo ✘ Kelahiran prematur
✘ Acute respiratory distress
syndrome
✘ Koagulopati
✘ Gagal ginjal berat
✘ Retinal injury

41
tatalaksana
Tujuan
✘ Mencegah terjadi eklampsia
✘ Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup besar
✘ Persalinan harus dengan trauma yang sesedikit-sedikitnya
✘ Mencegah hipertensi yang menetap

42
tatalaksana
Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.
Indikasi:
Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini
✘ Ibu :
○ Kehamilan lebih dari 37 minggu
○ Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia
○ Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.
✘ Janin :
○ Adanya tanda-tanda gawat janin
○ Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.
✘ Laboratorium :
○ Adanya partial sindroma HELLP .
43
Pengelolaan Konservatif tatalaksana
Pengelolaan konservatif ini berarti bahwa kehamilan tetap dipertahankan
Indikasi
Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending eklamsi dengan
keadaan janin baik
Medikamentosa
✘ Pemberian obat: MgSO4 20% 4 g, diikuti dengan infus maintenance 1 sampai 2 g / jam
✘ Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
✘ Diuretikum diberikan bila ada edema paru, payah jantung kongestif, atau anasarka.
Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
✘ Pemberian antihipertensi apabila TD ≥160/110 mmHg. Anti hipertensi lini pertama adalah
nifedipin dosis 10-20 mg per oral, diulangi setiap 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24
jam.

44
DEFINISI
Sectio suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk
secaria mengeluarkan janin dengan cara melakukan
sayatan pada dinding abdomen dan dinding
uterus.

45
Indikasi mutlak
Indikasi Ibu Indikasi janin
✘ Panggul sempit absolut ✘ Kelainan letak
✘ Kegagalan melahirkan secara ✘ Gawat janin
normal karena kurang ✘ Prolapsus placenta
adekuatnya stimulasi
✘ Perkembangan bayi yang
✘ Tumor-tumor jalan lahir yang terhambat
menyebabkan obstruksi
✘ Mencegah hipoksia janin,
✘ Stenosis serviks atau vagina misalnya karena preeklampsia.
✘ Placenta previa
✘ Disproporsi sefalopelvik
✘ Ruptur uteri 46
Indikasi relatif
✘ Riwayat Sectio Caesarea sebelumnya
✘ Presentasi bokong
✘ Distosia
✘ Fetal distress
✘ Preeklampsia berat, penyakit kardiovaskuler dan diabetes
✘ Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

47
kontraindikasi
✘ Janin mati
✘ Syok
✘ Anemia berat
✘ Kelainan kongenital berat
✘ Infeksi piogenik pada dinding abdomen
✘ Minimnya fasilitas operasi sectio caesarea.

48
Pemeriksaan penunjang
✘ Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
✘ Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
✘ Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
✘ Urinalisis / kultur urine
✘ Pemeriksaan elektrolit

49
Tatalaksana medis post sc
✘ Monitor tanda-tanda vital
✘ Analgesik
✘ Terapi cairan dan makanan
✘ Pengawasan fungsi vesika urinaria dan usus
✘ ambulasi
✘ Perawatan luka
✘ Pemeriksaan laboratorium
✘ Menyusui
✘ Pencegahan infeksi pasca operasi

50
Anestesi spinal pada kasus sectio secaria
Anestesi regional dengan tindakan penyuntikan
Anestesi spinal
obat anestetik lokal ke dalam ruang subaraknoid
(subarchnois)

analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal


kutis  subkutis  lig. Supraspinosum  lig.
Interspinosum  lig. Flavum  ruang epidural 
durameter  ruang subarachnoid

51
indikasi
✘ Bedah ekstremitas bawah
✘ Bedah panggul
✘ Tindakan sekitar rektum perineum
✘ Bedah obstetrik-ginekologi
✘ Bedah urologi
✘ Bedah abdomen bawah
✘ Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan

52
Kontraindikasi absolut
✘ Pasien menolak
✘ Infeksi pada tempat suntikan
✘ Hipovolemia berat, syok
✘ Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
✘ Tekanan intrakranial meningkat
✘ Fasilitas resusitasi minim
✘ Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.

53
Kontraindikasi relatif
✘ Infeksi sistemik
✘ Infeksi sekitar tempat suntikan
✘ Kelainan neurologis
✘ Kelainan psikis
✘ Bedah lama
✘ Penyakit jantung
✘ Hipovolemia ringan
✘ Nyeri punggung kronik

54
Evaluasi dan persiapan pra anestesi
✘ Evaluasi pre anestesi adalah langkah awal tindakan anestesi yang
dilakukan terhadap pasien yang direncanakan untuk menjalani
tindakan operatif.
✘ Tujuan:
■ Mengetahui status fisik pasien pra operatif
■ Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
■ Memilih jenis anestesi yang sesuai
■ Menentukan problem dan potensial problem yang mungkin
akan terjadi selama operasi atau pasca bedah

55
Evaluasi pra anestesi
✘ riwayat kesehatan maternal
✘ riwayat anestesi yang berhubungan dengan kehamilan
✘ tekanan darah
✘ pemeriksaan laboratorium
✘ tatalaksana jalan nafas dan
✘ riwayat pemeriksaan untuk anestesi regional lain.

56
Peralatan anestesi spinal
✘ Jarum spinal permukaan rata dengan stilet di dalam lumennya,
ukuran 16G sampai dengan 30G
○ Quincke-babcock atau greene  ujung runcing seperti ujung
bambu runcing
○ Whitacre  ujung seperti ujung pensil
✘ Obat anestetik spinal prokain, tetrakain, lidokain, bupivakain
✘ Perlengkapan lain
○ Kasa steril
○ Povidone iodine
○ Alkohol
○ Duk steril
57
Teknik anestesi spinal
1. Posisi duduk atau posisi tidur lateral dekubitus dengan tusukan pada garis
tengah ialah posisi yang paling sering dikerjakan. Biasanya dikerjakan di
atas meja operasi tanpa dipindah lagi dan hanya diperlukan sedikit
perubahan posisi pasien. Perubahan posisi berlebihan dalam 30 menit
pertama akan menyebabkan menyebarnya obat.
2. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalkan dalam posisi lateral dekubitus.
Beri bantal kepala, selain enak untuk pasien juga supaya tulang belakang
stabil. Buat pasien membungkuk maximal agar processus spinosus mudah
teraba. Posisi lain adalah duduk.
3. Perpotongan antara garis yang menghubungkan kedua garis Krista iliaka,
misal L2-L3, L3-L4, L4-L5. Tusukan pada L1-L2 atau diatasnya berisiko
trauma terhadap medulla spinalis.
58
Teknik anestesi spinal
4. Sterilkan tempat tusukan dengan betadine atau alkohol.
5. Beri anastesi lokal pada tempat tusukan,misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml
6. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22G, 23G, 25G dapat
langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27G atau 29G dianjurkan menggunakan
penuntun jarum yaitu jarum suntik biasa semprit 10cc. Tusukkan introduser sedalam kira-
kira 2cm agak sedikit kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut mandrinnya ke
lubang jarum tersebut. Jika menggunakan jarum tajam (Quincke-Babcock) irisan jarum
(bevel) harus sejajar dengan serat duramater, yaitu pada posisi tidur miring bevel mengarah
keatas atau kebawah, untuk menghindari kebocoran likuor yang dapat berakibat timbulnya
nyeri kepala pasca spinal. Setelah resensi menghilang, mandarin jarum spinal dicabut dan
keluar likuor, pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan
(0,5ml/detik) diselingi aspirasi sedikit, hanya untuk meyakinkan posisi jarum tetap baik.

59
Teknik anestesi spinal
7. Posisi duduk sering dikerjakan untuk bedah perineal misalnya bedah
hemoroid (wasir) dengan anestetik hiperbarik. Jarak kulit-
ligamentum flavum dewasa ± 6cm.

60
Anestetik lokal yang sering digunakan
✘ Lidokaine(xylobain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobaric,
dosis 20- 100mg (2-5ml)
✘ Lidokaine (xylobain,lignokaine) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis
1.003, sifat hyperbaric, dose 20-50mg(1-2ml)
✘ Bupivakaine(markaine) 0.5 % dalam air: berat jenis 1.005, sifat
isobaric, dosis 5-20mg
✘ Bupivakaine(markaine) 0.5 % dalam dextrose 8.25%: berat jenis
1.027, sifat hiperbarik, dosis 5-15mg(1-3ml)

61
Komplikasi anestesi spinal
✘ Hipotensi berat
✘ Bradikardi
✘ Hipoventilasi
✘ Trauma saraf
✘ Mual-muntah
✘ Gangguan pendengaran

62
Komplikasi pasca tindakan
✘ Nyeri tempat suntikan
✘ Nyeri punggung
✘ Nyeri kepala karena kebocoran likuor
✘ Retensio urine
✘ Meningitis

63
Pencegahan komplikasi anestesi spinal
✘ Pakailah jarum lumbal yang lebih halus
✘ Posisi jarum lumbal dengan bevel sejajar serat duramater
✘ Hidrasi adekuat,minum/infuse 3L selama 3 hari

64
Pengobatan komplikasi anestesi spinal
✘ Posisi berbaring terlentang minimal 24 jam
✘ Hidrasi adekuat
✘ Hindari mengejan

Bila cara diatas tidak berhasil berikan epidural blood patch yakni
penyuntikan darah pasien sendiri 5-10ml ke dalam ruang epidural.

65
4.

pembahasan

66
✘ G2P1A0, 230tahun, UK 40+1 minggu rujukan dari RS swasta dengan
keterangan pre eklampsia berat dan obesitas
✘ Pasien merasa hamil 9 bulan
✘ Pasien mengeluh kenceng-kenceng teratur (+), gerakan janin aktif
dirasakan (+), lendir darah (+), air ketuban rembes (-),
✘ Pasien menyangkal adanya nyeri kepala, mual muntah, pandangan kabur,
nyeri ulu hati, sesak napas, berdebar-debar, dan batuk disangkal

67
Pemeriksaan fisik
✘ TD 220/125 mmHg, nadi 98x/menit, RR 20x/menit, suhu 36.50C
✘ Pemeriksaan mata, hidung, leher, dada, dan perut dalam batas normal
✘ VT: darah (+), discharge (-)
✘ Lab darah leukosis ↑, protein kualitatif positif, LDH ↑, albumin ↓,
kreatinin ↓, kalium darah ↓.
✘ Kesimpulan ASA IIIE

Anestesi: spinal

68
Pada sectio secaria, umumnya dipilih anestesi regional sub arachnoid block/spinal,
karena:
✘ Teknik sederhana
✘ Onset cepat,
✘ Risiko keracunan
✘ Pencegahan perubahan fisiologi dan penanggulangan sudah diketahui dengan baik
✘ Analgesia dapat diandalan
✘ Sterilitas terjamin
✘ Pengaruh terhadap bayi sangat minimal
✘ Mengurangi risiko aspirasi
✘ Ibu dapat kontak langsung dengan bayinya setelah melahirkan

69
Risiko anestesi spinal:
✘ Mual muntah
✘ Bradikardi
✘ Cardiac arrest

70
✘ Pada kasus ini obat anestesi yang digunakan adalah Lidodex 75 mg dan
fentanyl 25 mcg secara intratekal.
✘ Fentanyl  turunan phenylpiperidine opioid poten analgesik
bekerja dengan mengikat beberapa reseptor opiod di sistem saraf pusat
yang akan meurunkan kemampuan pasien untuk merasakan sakit serta
bereaksi terhadap rasa sakit.
✘ Lidokain  lama kerja 60-75 menit

71
5.
penutup

72
kesimpulan
1. Wanita 30 tahun dengan pre eklamsia berat pada Sekundigravida hamil aterm kala I
fase laten disertai presentasi bokong dan obesitas kelas III, pro SCTP- EM plan
regional anestesi spinal dengan status fisik ASA III E. Dilakukan tindakan sectio
caesaria pada tanggal 10 Februari 2020 atas indikasi pre-eklampsia berat.
2. Prinsip tatalaksana dari preeklampsia berat adalah penanganan aktif yaitu terminasi
kehamilan se-aterm mungkin, kecuali apabila ditemukan penyulit
3. Teknik anestesi yang dilakukan adalah spinal anestesi (subarachnoid blok) merupakan
teknik anestesi sederhana dan cukup efektif. Anestesi dengan menggunakan lidodex
dan untuk maintenance dengan oksigen 4 liter/menit. Untuk mengatasi nyeri digunakan
Fentanyl 25 mcg. Perawatan post operatif dilakukan di HCU Obsgyn Melati 1 dan
dilakukan pengawasan pada tanda-tanda vital serta tanda-tanda impending eclampsia.

73
saran
Bagi Institusi
✘ Diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi untuk
peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang.
Bagi Mahasiswa
✘ Diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan serta keterampilan
dalam melakukan tindakan khususnya pada bagian anestesiologi dan
terapi intensif pada pasien dengan pre eklampsia.

74
Daftar pustaka
✘ Abalos, E., Cuesta, C., Grosso, A. L., Chou, D. and Say, L. (2013). Global and regional estimates of preeclampsia and
eclampsia: A systematic review. European Journal of Obstetrics Gynecology and Reproductive Biology. Ireland: Elsevier,
170(1), pp: 1–7. doi: 10.1016/j.ejogrb.2013.05.005.
✘ ACOG (2013). HYPERTENSION in PREGNNANCY. https://www.acog.org/~/media/Task Force and Work Group
Reports/public/HypertensioninPregnancy.pdf - Diakses Maret 2018.
✘ Bilano, V. L., Ota, E., Ganchimeg, T., Mori, R. and Souza, J. P. (2014). Risk Factors of Pre-Eclampsia/Eclampsia and Its
Adverse Outcomes in Low- and Middle- Income Countries: A WHO Secondary Analysis. PLoS ONE. Edited by R. C.
Young. Public Library of Science, 9(3), pp: e91198. doi: 10.1371/journal.pone.0091198.
✘ Dewi Y (2007). Indikasi Sectio Caesaria. Tingkat Kecemasan suami menghadapi section cesarean pada istri di RSU
Sembiring Medan. Skripsi : Medan.
✘ English, F. A., Kenny, L. C. and McCarthy, F. P. (2015). Risk factors and effective management of preeclampsia. Integrated
blood pressure control. Dove Press, 8, pp: 7–12. doi: 10.2147/IBPC.S50641.
✘ Fauziyah Yulia (2012). Obstetri Patologi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika

75
Daftar pustaka
✘ Hikmah EV, Maryanto S, Ariesti ND.(2014) Hubungan Kejadian Preeklampsia Dengan Tindakan Sectio Caesarea Di
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Tahun 2014.Skripsi : STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
✘ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Angka Kematian Ibu.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf - Diakses Maret 2018.
✘ Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2016). PROFIL KESEHATAN INDONESIA 2015.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan indonesia/profil-kesehatan-Indonesia-2015.pdf.
✘ Lim, K.-H. and Steinberg, G. (2018). Preeclampsia. Medscape, pp: 1–28.
✘ Phipps, E., Prasanna, D., Brima, W. and Jim, B. (2016). Preeclampsia: Updates in
✘ pathogenesis, definitions, and guidelines. Clinical Journal of the American Society of Nephrology, 11(6), pp: 1102–1113.
doi: 10.2215/CJN.12081115.
✘ Primatika AD, Marwoto, Sutiyono D (2010). Teknik Anestesi Spinal dan Epiural in Anestesiologi. IDSAI. 19 : 325-330.
✘ Shrestha AB dan Sharma KR. (2012) Spinal Anesthesia for Cesarean section in Preeclampsia. Postgraduate Medical
Journal of NAMS. 12(2), pp: 30 – 35.

76
Terima kasih

77

Anda mungkin juga menyukai