Anda di halaman 1dari 31

Dispersi Kasar

(Suspensi &
Emulsi) Nurul fausia (19.154.AF)
Nurul fauziah fitri (19.155.AF)
Nurul jumaeni (19.156.AF)
Rahmadani safitri
(19.158.AF)
Riska alfianitasari
(19.159.AF)
Non Reguler
Reskiana D'19 (19.160.AF)
Grace
Akademi Farmasi Yamasi Makassar
Pengertian
Dispersi
Sistem Dispersi adalah
suatu sistem yang terdiri
dari satu atau lebih fase
terdispersi (diskontinyu)
didalam fase pendispersi
( kontinyu)
Berdasarkan ukuran partikel fase dispersi maka
sistem dispersi dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Dispersi Kasar
Ukuran partikel lebih besar lebih dari 0.5 µm

2. Dispersi koloid
Ukuran partikel 1 nm- 0.5µm

3. Dispersi molekuler
Ukuran partikel kurang 1 nm

Maka kelompok kami hanya akan menjelaskan


Dispersi kasar
Dispersi kasar

Ukuran partikel 0.5µm


Terlihat oleh mikroskop biasa
Tidak dapat melewati kertas saring atau
berdialisis melalui membran semipermeabel
atau partikel tidak berdifusi

Contoh suspensi, emulsi, sel sel darah merah


Sistem dispersi
Kasar
(Suspensi)
Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersion kasar dimana partikel zat
padat yang telah larut terdispersi dalam suatu medium cair

Untuk tujuan farmasi kestabilan fisik dari suspensi bisa didefinisikan sebagai keadaan
dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata di selurub sistem
dispersi

Faktor yang harus diperhatikan pada suspensi :

Sifat antar muka dari partikel yang tersuspensi


Pengendapan dalam suspensi (sedimentasi)
Faktor antarmuka partikel tersuspensi
• Hanya sedikit yang diketahui tentang keadaan energi pada permukaan padat
an, tetapi pengetahuan mengenai syarat termodinamik diperlukan untuk stabili
tas yang baik dari partikel tersuspensi.
• Usaha harus dilakukan untuk mereduksi padatan menjadi partikel partikel kec
il dan mendispersikannya dalam suatu medium kontinu. Luas permukaan parti
kel yang besar yang merupakan hasil dari pengecilan padatan berkaitan deng
an energi bebas permukaan yang membuat sistem menjadi tak stabil secara t
ermodinamik, yang berarti partikel tersebut berenergi tinggi dan cenderung unt
uk mengelompok kembali sehingga mengurangi luas permukaan dan energi b
ebas permukaan. Oleh sebab itu partikel dalam suspensi cair cenderung berflo
kulasi yaitu membentuk gumpalan yang lunak dan ringan yang tergabung bers
ama karena gaya van der waals yang lemah. Contoh pada gumpalan padat pa
rtikel dapat menyatu dengan gaya Yang lebih kuat dan membentuk agregat
Lanjutan.....
1. Sifat antar muka dari partikel yang
tersuspensi
Ukuran partikel terdispersi kecil  energi bebas tinggi  tidak stabil 
terjadi penggabungan kembali
Partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi.
Flokulat :
- gumpalan yang lunak dan ringan dari partikel-partikel yang
bersatu karena gaya Van Der Waals.
Aggregates :
- partikel yang melekat pada suatu lempeng padat dengan gaya
yang lebih kuat.
Caking :
- terjadi karena pertumbuhan dan peleburan kristal bersama-
sama dalam endapan membentuk suatu agregat padat.
2. Pengendapan dalam Suspensi
(sedimentasi)

Stabilitas fisika suspensi terjaga : bila partikel tetap terdistribusi secara


merata ke seluruh media.
Kecepatan pengendapan dinyatakan oleh:
v : d2 (ρs-ρ0)g
Hukum Stokes:

Keterangan: 18 η0
v = kecepatan pengendapan akhir (cm/detik)
d2 = diameter partikel (cm)
ρs dan ρ0 = kerapatan dari fase terdispers dan media pendispers
g = percepatan gravitasi
η0 = viskositas dari medium pendispers (poise)
Lanjutan.....
Efek gerak brown

Untuk partikel yang memiliki diameter sekitar 2 sampai 5 µm ( bergantung pada densitas
partikel serta viskositas mediium pensuspensi) gerak brown meniadakan sedimentasi
hingga tingkat yang dapat dikur pada suhu kamar dengan menjaga bahan terdispersi
tetap berada dalam gerakan acak

Sendimental partikel terflokulasi

Dapat diamati bahwa flokulat cenderung jatuh bersamaan dan menghasilkan bahasa
yang jelas antara sedimen dan cairan suoernatan
Menurut Hiestand kecepatan awal pengendapat partikel terflokulasj ditentukan oleh
ukuran flokulasi dan porositas massa teragregasi
Faktor yang mempengaruhi
kecepatan pengendapan :
1. Ukuran partikel terdispers
Tentukan pada praformulasi
Hindari ukuran partikel terlalu besar atau terlalu kecil
Ukuran partikel besar akan cepat mengendap dasar wadah.
Sedangkan ukuran partikel kecil akan mudah terbentuk caking pada dasar wadah.

2. Density pendispers/pembawa
Density pendispers pada suspensi dapat ditingkatkan dengan menambah:
Polyethylenglycol (PEG), Polyvinylpirolidone (PVP), gliserin, sorbitol, gula (saccharum album).

3. Viskositas pendispers/pembawa
Viskositas pada suspensi ditingkatkan dgn menambah Suspending Agent.
EVALUASI
SUSPENSI

Suspensi dievaluasi dengan menentukan stabilitas fisiknya.


Dua parameter yang penting pada evaluasi suspensi :
1. Volume sedimentasi
Keterangan : F= Vu/Vo
F = Volume sedimentasi
Vu = Volume akhir endapan
Vo = Volume awal suspensi
2. Derajat flokulasi

β = Volume sedimentasi suspensi yg terflokulasi

Volume volume sedimentasi suspensi yg terdeflokulasi


Formulasi suspensi

Pendekatan yang sering digunakan dalam


pembuatan suspensi yang stabil Secara fisik
terbagi ke dalam dua kategori, yaitu penggunaan
pembawa terstruktur untuk menjaga partikel
terdeflokulasi dalam suspensi penerapan prinsip
flokulasi dalam suspensi dan penerapan prinsip
flokulasi untuk menghasilkan flokulat yang
meskipun flokulat tersebut mengedap dengan
cepat mudah disusoensikan kembali dengan
sedikit pengocokan.
PENERAPAN SUSPENSI DALAM BIDANG
FARMASI

1. Campuran yang digunakan peroral


2. Cairan (lotion) yang digunakan untuk obat luar
3. Sediaan yang dapat disuntikkan
Sistem dispersi
kasar (emulsi)

Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara


termodinamik yang mengandung paling sedikit dua fase cair
yang tidak saling campur di mana salah satu di antaranya
didispersikan sebagai bola bola dalam fase cair lain.

Sistem dibuat stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi


(emulsifying agent/emulgator)
TIPE
EMULSI

Emulsi tipe minyak dalam air (m/a):


Fase minyak didispersikan dalam fase air.
Biasa untuk sediaan farmasi oral

Emulsi air dalam minyak (a/m):


Fase air didispersikan dalam fase minyak.
TEORI
EMULSIFIKASI

Teori umum emulsifikasi tidak ada karena emulsi


dapat dibuat dengan menggunakan beberapa tipe
bahan pengemulsi berbeda, yang masing masing
memiliki prinsip yang berbeda untuk menghasilkan
produk yang stabil dan prinsip itu bergantung pada
mekanisme masing masing pengemulsi tersebut
dalam emulsi
Teori yang baik harus dapat menjelaskan
(a) stabilitas produk
(B) tipe emulsi yang terbentuk
STABILITAS FISIK
EMULSI
Pertimbangan yang mungkin paling peting dalam stabilitas emulsi farmasetik
ditandai dengan tidak adanya penggabungan fase internal, pengkriman, dan
tidak berubahnya keelokan tampilan, bau, warna, dan sifat fisiknya

Emulsi merupakan suatu sistem dinamik Dan flakolasi serta pengkriman


menyebabkan tidak meratanya distribusi obat dan kecuali sediaan tersebut
dikocok sedemikian rupa sebelum diberikan.
Berdasarkan instabilitas emulsi dapat diklafikasikan sebagai berikut
A. Flokulasi Dan pengkriman
B. Penggabungan dan pemecahan
C. Perubahan fisika dan kimia lainnya
D.. inversi fase
PENGAWETAN
EMULSI

Emulsi adalah sistem heterogen yang didalamnya pengawet akan


berpartisipasi di antara fase minyak dan air, bakteri terutama
tumbuh dalam fase air sistem emulsi sehingga pengawet yang
berpartisipasi ke dalam fase minyak mungkin hampir tidak
berguna pada tingkat konsentrasi normal karena rendahnya
konsetrasi yang tinggal dalam fase air

• Oleh sebab itu pengawet harus berada dalam keadaan


takterion agar dapat berpenetrasi ke dalam membran bakteri
hingga aktifitas pengawet asam lemah menurun dengan
meningkatkan PH fase air
SIFAT REOLOGI
EMULSI

Produk emulsi dapat mengalami berbagai


tegangan geser selama proses
pembuatan atau saat penggunaan. Pada
kebanyakan proses ini sifat alir produk
menjadi faktor vital untuk tampilan emulsi
yang baik pada kondisi saat penggunaan
atau saat proses pembuatan.
MIKROEMULSI
Istilah mikroemulsi bisa jadi merupakan istilah yang
tidak cocok karena mikroemulsi terdiri atas misel misel
yang besar atau " mengembang" yang mengandung
fase internal sangat mirip dengan yang ditemukan
dalam suatu larutan terlarut, tidak seperti mikroemulsi
biasa, mikroemulsi tampak seperti larutan jernih dan
transparan

Seperti yang sering dianjurkan dalam pembuatan


emulsi biasa atau makroemulsi suatu bahan
pengemulsi tambahan atau kosurfaktan digunakan
dalam pembuatan mikroemulsi
SEMIPADAT
GEL

Merupakan suatu sistem padat atau semipadat yang


sedikitnya mengandung dua konstituen, yang terdiri
atas massa terkondensasi yang dilingkupi dan di inter
penetrasi oleh cairan. Jika cairan banyak
mengandung matriks koheren produknya sering
disebut jeli, jika cairannya dihilangkan dan
hanyabtinggal kerangkanya gel ini disebut xerogen

F = M1 = ktn
M0
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
STABILITAS EMULSI
1. Suhu :
a. Kelarutan emusifying agent distribusi fase
b. Degradasi
c. Perubahan komposisi, reologi
d. Deformasi dan reformasi struktur
2. Gravitasi
Centrifugasi dapat menyebabkan pemisahan fase
(FAKTOR EKSTERNAL)
PENERAPAN EMULSI DALAM BIDANG FARMASI

1. Senyawa yang larut dalam lemak seperti vitamin,


diabsorsi lebih sempurna jika diemulsikan Dari pada
dibuat dalam larutan berminyak
2. Emulsi secara luas digunakan dalam produk farmasi
Dan kosmetik untuk pemakaian luar berupa lotion Dan
krim
3. Emulsifikasi digunakan dalam produk aerosol untuk
menghasilkan busa
CONTOH SOAL PENGENDAPAN DALAM SUSPENSI
MENGGUNAKAN
Soal
TEORI SEDIMENTASI
1. Diameter partikel rata rata kalsium karbonat dalam suspensi berair adalah 54µm. densitas CaCO3 dan
air masing masing adalah 2,7g/cm3 dan 0,997 g/cm3. Viskositas air adalah 0.009 poise pada suhu 25oC.
Hitunglah kecepatan turun v sampel CaCO3 pada dua porositas yang berbeda €1= 0,95 dan €2= 0,5
Nilai n adalah 19,73
Berdasarkan hukum stokes, persamaan (18-2)

v =(54 x 10-4)2 (2,7 – 0,997)981 =0,30 cm/det

18 x 0,009

Dengan melogaritmakan kedua sisi persamaan (18-3), kita peroleh In v’ = In v + n In £


untuk £1 = 0,95

Ln v’ = 1,204 + [19,73 (-0,051)] = 2,210


v = 0,11 cm/det
Demikian pula, untuk £2 = 0,5, v = 3,5 x 10-7 cm/det. Ingat bahwa pada nilai porositas yang rendah (yaitu 0,5,
yang sesuai dengan konsentrasi padatan yang tinggi dalam suspensi), sedimentasi terhalang, menyebabkan
kecilnya harga v ‘. Sebaliknya, jika suspensi diencerkan tak terhingga (yaitu £ = 1.

v = 0,3 x 119,73 =0,3 cm/det


2. Hitunglah volume sedimentasi suatu suspensi magnesium carbonat 5% b/v dalam air. Volume awal Vo=100 ml d
an volume akhir sedimen Vu=30 ml. Jika derajat flokkulasi adalah ß = FIF∞ =1,3 , berapakah volume sedimentasi te
rdeflokulasi, F∞ ?

Diperoleh :

F = 30/100 = 0,30

F∞ = F/ß = 0,30/1,3 = 0,23


3. Fraksi pelepasan, F1 indometasin adalah 0,49 pada t = 240 menit. Hitunglah eksponen difusi, n, dengan mengetahui k = 3,155
% menit”.

Karena konstanta kecepatan k dinyatakan sebagai persentase, pelepasan fraksional, F 1 juga dinyatakan dalam stuan persentase
dalam persamaan (18-9), yaitu 49%, dengan mengambil In kedua sisi persamaan (18-9), kita peroleh

In F = In k + n In t

n = In F – In k = In 49 – In 3,155

In t In 240

n = 3,892-1,149 = 0,5

5,481

oleh sebab itu, dengan eksponen t = 0,5, persamaan (18-9) menjadi F=kt1/2 , yang merupakan suatu difusi hukum frek.
CONTOH SOAL TEORI EMULSIFIKASI

4.

Sv = 6 = 6 x 106 cm2 = 600 m2

10-6

Input kerja atau peningkatan energi bebas permukaan diperoleh dengan persamaan w = Y ow x ΔA, dan tegangan antarmuka Yo
w antara minyak mineral dan air adalah 57 dyne/cm (erg/ cm ).
2

Jadi,
W= 57 erg/cm2 x ( 6 x106 cm2 )

= 34 x 107 erg = 34 joule

dan karena 1 kal= 4,184 joule

34 joule : 4,184 = 8 kalori


THANKS
Stay Positive
Work Hard
Dream Big
Never Give Up
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai