Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kasus:

Tuberkulosis Paru

Pembimbing: dr. Sadarita Sitepu, Sp. P


Identitas Pasien

Nama : Tn. I
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status :-
Bangsa/Suku :-
Agama :-
Pekerjaan :-
Kegemaran :-
Alamat :-
Anamnesa
• Keluhan Utama:
Sesak napas
• Keluhan Tambahan:
Batuk berdahak berwarna kehijauan , demam.
• Telaah:
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas dialami sejak ± 2 minggu yang lalu, batuk
berdahak dialami sejak 1 minggu, dahak berwarna kehijauan. Pasien juga mengalami demam,
memiliki riwayat merokok selama 20 tahun sebanyak 1 bungkus/hari.
▪ Riwayat Penyakit:
-
▪ Riwayat Penyakit Keluarga:
-
▪ Riwayat Pemakaian Obat:
-
▪ Riwayat Alergi Obat:
-
▪ Riwayat Merokok:
+
Vital Sign
Status Generalisata
▪ Suhu Badan : 37,8 ºC
▪ Nadi : 80 x/i
▪ Tek. Darah : 120/80 mmHg
▪ Pernapasan : 36 x/i
▪ Berat Badan : 50 kg
▪ Tinggi Badan : 160 cm
▪ IMT : 19,53 (Normal)
Pemeriksaan Fisik
▪ Keadaan umum : Sadar dan orientasi baik
▪ Sensorium : Compos Mentis
▪ GCS : E4V5M6

Status Lokalisata Thorax


▪ Inspeksi : Simetris, Emfisematous
▪ Palpasi : Stren fremikus kanan < kiri
▪ Perkusi : Hipersonor lapangan paru kanan < kiri
▪ auskultasi :Ekspirasi memanjang. seluruh lapangan paru
kiri. Suara tambahan wheezing di seluruh lapangan paru.
Resume
Pasien laki-laki usia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan sesak
nafas yang sudah dialami sejak ± 2 minggu yang lalu, batuk berdahak
sudah dialami sejak 1 minggu yang lalu, dimana dahak berwarna
kehijauan. Pasien juga mengalami demam. Pasien sudah merokok selama
20 tahun sebanyak 1 bungkus / hari. 
Dari vital sign ditemukan TD : 120/80 mmHg, RR : 80 x/menit, HR : 
36x/menit, T : 37,8 C, BB : 50 kg, TB : 160 cm. Dari pemeriksaan fisik
pada inspirasi dijumpai bentuk dada simetris, emfisematous. Palpasi
dijumpai stem fremitus lapangan paru kanan lebih kecil dari lapangan
paru kiri. Perkusi dijumpai hipersonor pada lapangan paru kanan lebih
kecil dari lapangan paru kiri. Auskultasi dijumpai ekspirasi memanjang
dan didapatkan suara tambahan wheezing pada seluruh lapangan paru.
Diagnosa banding

1. PPOK
2. Asma
3. Bronkiektasis
4. Gagal Jantung Kongestif
Diagnosa kerja

PPOK Eksaserbasi akut


Pemeriksaan Penunjang
• Uji Faal Paru
Dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator). Penderita PPOK secara
khas akan menunjukkan penurunan dari FEV1 dan FVC serta nilai FEV1/FVC <
70%.
Klasifikasi berdasarkan GOLD kriteria adalah:
1. Stage I : Ringan
Pemeriksaan spirometri post-bronchodilator menunjukan hasil rasio FEV1/FVC <
70% dan nilai FEV1 ≥ 80% dari nilai prediksi.
2. Stage II : Sedang
Rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1 diantara 50-80% dari nilai
prediksi.
3. Stage III : Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan FEV1 diantara 30-50% dari nilai
prediksi.
4. Stage IV : Sangat Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang dari 30% ataupun kurang
dari 50% dengan kegagalan respirasi kronik.
• FOTO THORAX
• Pada bronchitis kronik secara radiologis
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
▫ Tubular shadows atau farm lines
terlihat bayangan garis-garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks
paru. Bayangan tersebut adalah
bayangan bronkus yang menebal.
▫ Corak paru yang bertambah

Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk
kelainan foto dada yaitu:
▫ Gambaran defisiensi arteri, terjadi
overinflasi, pulmonary oligoemia dan
bula. Keadaan ini lebih sering terdapat
pada emfisema panlobular dan pink
puffer.
▫ Corakan paru yang bertambah.
▫ Pemeriksaan faal paru
• Analisa Gas Darah (AGD)
Pada PPOK tingkat lanjut, pengukuran analisa gas darah
sangat penting dilakukan dan wajib dilakukan apabila nilai
FEV1 pada penderita menunjukkan nilai < 40% .
• Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan bakteriologi Gram pada sputum diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan memilih antibiotik yang tepat.
• Pemeriksaan Darah rutin
Pemeriksaan darah digunakan untuk mengetahui adanya faktor
pencetus seperti leukositosis akibat infeksi pada eksaserbasi
akut, polisitemia pada hipoksemia kronik.
• Pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan Electrocardiogram (EKG) digunakan untuk
mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh kor
pulmonale atau hipertensi pulmonal.
Terapi
 Salbutamol 2mg : 3x1
 Ipratropium Inhaller
 Ambroxol 30 mg : 3x1
 Paracetamol 500mg : 3x1
 Eritromycin 500 mg 2x1
 Prednison 5 mg : 3x1

Anda mungkin juga menyukai