Anda di halaman 1dari 7

Homo Floresiensis

Kelompok 2 :
Afani Syakir R. R
Christin
Mahatma Kk
M. Reza
Rahul Pangeranta
Arti homo floresiensis

Homo floresiensis ("Manusia Flores", dijuluki Hobbit) adalah nama yang diberikan oleh kelompok


peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh dan volume otak kecil, berdasarkan
serial subfosil (sisa-sisa tubuh yang belum sepenuhnya membatu) dari sembilan individu yang
ditemukan di Liang Bua, Pulau Flores, pada tahun 2001. Kesembilan sisa-sisa tulang itu (diberi kode
LB1 sampai LB9) menunjukkan postur paling tinggi sepinggang manusia moderen (sekitar 100 cm).

Para pakar antropologi dari tim gabungan Australia dan Indonesia berargumen


menggunakan berbagai ciri-ciri, baik ukuran tengkorak, ukuran tulang, kondisi kerangka
yang tidak memfosil, serta temuan-temuan sisa tulang hewan dan alat-alat di
sekitarnya. Usia seri kerangka ini diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang
lalu.
Disamping penemuannya, ditemukan juga tingkat peradaban penghuninya.
Para ilmuwan peneliti Homo floresiensis menggunakan alat-alat batu seperti pisau, beliung,
mata panah, arang, serta tulang yang terbakar, yang menunjukkan nemukan petunjuk baru
berdasarkan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang ditemukan. Penemuan
tersebut menunjukkan bahwa Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern
melainkan merupakan spesies yang berbeda. Homo floresiensis secara nyata memiliki ciri-
ciri berbeda dari manusia modern dan lebih dekat kepada hominin purba
Hasil budaya Homo Floresiensis berupa alat-alat dari tulang.
Sejarah Ditemukannya Homo
Floresiensis
Homo Floresiensis ditemukan pada bulan September 2003 di daerah Liang
Bua,yaitu sebuah gua yang tinggi di permukaan tanah datar yang merupakan
tempat nyaman bagi manusia pra-aksara. Daerah Liang Bua terletak di pulau Flores,
Nusa Tenggara Timur. Homo floresiensis ditemukan setelah penggalian sedalam 5
meter. Ini adalah penggalian terdalam dari ekspedisi-ekspedisi terdahulu.

Homo Floresiensis ditemyukan oleh kerja sama tim peneliti dari Australia
yang dipimpin oleh Mike J. Morwood dari New England University dan tim
peneliti Indonesia yang dipimpin oleh R.P. Soejono dari Puslitbang Arkeolog
Nasional. Penelitian ini telah dimulai dari tahun 2001. Homo
floresiensis diperkirakan hidup di zaman pleistosen (2 juta-12.000 SM).
Ciri-ciri Homo Floresiensis
1. Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m
2. Massa tubuh diperkirakan 25 kg
3. Berbadan tegap
4. Berjalan secara bipedal
5. Volume otak antara 380 cc - 417 cc atau sebesar
buah jeruk
6. Tidak memiliki dagu
7. Memiliki rahang yang sedikit menonjol
8. Berdahi sempit
Penemuan-penemuan Homo
Florensiensis
Liang bua, tempat ditemukannya sisa - sisa kerangka ini, (seri fosil H.Florensiensis), sudah
sejak masa penjajahan menjadi tempat eskauasi arkeologi & paleontologi.
Hingga 1989, telah di temukan banyak kerangka HomoSapiens dan berbagai mamalia
( seperti makhluk mirip gajah stegodon, blawak, serta tikus besar) yang barangkali menjadi
bahan makanan mereka . Disamping itu di temukan pula alat - alat batu seperti pisau,
beliung, mata panah, arang, serta tulang yg berakar, yang menunjukkan tingakat peradaban
penghuninya.

Kerjasama penggalian Indonesia Australia di mulai tahun 2001 utk mencari jejak peninggalan
migrasi nenek moyang orang Aborigan Australia di Indonesia. Tim Indonesia di pimpin oleh
Raden Panji Soejono dari Puslitbang Arkeilogi Nasional (dulu puslit arkenas) dan tim Australia
di pimpin oleh Mike Morwood dari University New England. Pada bulan September 2003,
setelah penggalian pada kedalaman 5 m (ekpedisi sebelumnya tidak pernah mencapai
kedalaman itu), di temukannya kerangka mirip manusia tetepi luar biasa kerdil, yang
kemudian disebut Homo Florensiensis.
Tulang - tulang itu tidak membatu (bukan fosil) tetapi rapuh dan lembap.
Terdapat 9 individu namun tidak ada yg lengkap. Diperkirakan, Liang Bua di pakai sebagai
tempat pekuburan, utk pemindahan, dilakukan pengeringan & perekatan terlebih dahulu.
Individu terlengkap, LB1, diperkirakan adalah betina, di temukan pada lapisan berusia sekitar
18.000 tahun, terdiri dari tengkorak, 3 tungkai, serta beberapa tulang badan .
Pembawa Kebudayaan Homo
Floresiensis

Homo Floresiensis atau manusia flores yg dijuluki hobbit yang


diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus homo yg
memiliki tubuh sangat kerdil. Homo floresiensis pertama kali diteliti
oleh kelompok peneliti gabungan Indonesia-Australia yang
menelusuri jejak migrasi nenek moyang orang australia, yaitu suku
aborigin.

Anda mungkin juga menyukai