Anda di halaman 1dari 16

Etika Komunikasi

Christiana Wulandari,SE.,M.I.Kom
Mengapa Perlu Etika Komunikasi?

• Informasi yang benar mencerahkan kehidupan

• Media adalah sarana utama untuk menyampaikan

dan mendapatkan informasi


Informasi sebagai Komoditi & Mimetisme

• Komoditi : dianggap sebagai barang dagangan

• Mimetisme : gairah yang tiba-tiba menghinggapi


media dan mendorongnya, sepertinya sangat
urgen, bergegas untuk meliput kejadian karena
media lain, terutama yang menjadi acuan,
menganggapnya penting.
• Contoh :

• Kasus korupsi Politisi Angelina Sondakh 2012

• Kasus virus corona 2020

• Kasus penculikan anak 2020


Dilema Media Masa

• Dua sisi yang berbeda :

• Satu sisi idealism menuntut peran sebagai sarana pendidikan agar pemirsa kritis, mandiri

& punya kedalaman berpikir

• Sisi lain media mengadopsi logika mode yang spektakuler, sensasional, dan pesan

beragam

• Hal ini terjadi karena masyarakat menuntut kebaruan. Media dituntut untuk memberi

informasi singkat & cepat saji.


• Contoh : Pilkada & Pemilu menampilkan artis dalam kampanye.

• Artis, hiburan yang lebih diberitakan. Sedangkan program dan

diskusi politik, lepas dari liputan media. Media tidak memberikan

pendidikan politik & tidak membawa kematangan politik kepada

calon pemilih.
• Media cenderung memberitakan sesuatu yang menarik semua orang ,

tetapi tidak menyentuh sesuatu yang penting. Pemirsa secara tidak

langsung dijauhkan dari informasi penting dalam kerangka perjuangan

nilai demokrasi, tetapi didekatkan dengan informasi yang tidak

penting.
• Dilema media datang dari tuntutan rating, di satu pihak
menginginkan banyaknya iklan, di lain pihak ada tuntutan untuk
memberi informasi yang benar & mendidik.

• Untuk menarik banyak pemirsa/ khalayak, berbagai teknik dipakai


sehingga orang tidak bisa lagi membedakan yang benar, palsu,
simulasi, riil dan yang hiperriil.

• Media memang menghibur, namun juga membentuk budaya ringan


Pencitraan Media

• Media gencar menyebarkan & menawarkan nilai hedonis. Bahkan


berbagai iklan semakin memacu konsumsi.

• Muncul masyarakat ringan yang tidak lagi memaksakan norma


melalui disiplin, tetapi melalui pilihan & rayuan.

• Contoh : aturan “dilarang merokok” diubah menjadi rayuan


“merokok merugikan kesehatan”

• Media terpacu untuk memberitakan langsung dari tempat kejadian.


• Perjuangan untuk mendapatkan informasi yang benar agar masyarakat

makin memiliki sikap kritis, kemandirian dan kedalaman berpikir, tidak

lepas dari perjuangan menegakkan etika komunikasi.

• Etika komunikasi tidak lagi bekerja melalui regulasi pelarangan. Ia harus

mengantar khalayak mampu mengambil jarak sehingga menjadi kritis serta

mengarahkan pada informasi yang mendidik & memperkaya.


Tiga syarat Kemungkinan Etika Komunikasi

• Etika komunikasi menghadapi tantangan yang tidak mudah

• Setidaknya ada 3 pertimbangan mengapa penerapan etika komunikasi


semakin mendesak ( Boris Libois)

• 1. etika komunikasi mau melindungi publik yang lemah

• 2. etika komunikasi berupaya menjaga keseimbangan antara


kebebasan berekspresi & tanggung jawab
• 3. etika komunikasi mencoba menghindari dampak negatif dari
logika instrumental ( determinisme ekonomi & teknologi)

• Oleh karena itu, dalam situasi dimana kecenderungan pelaku


komunikasi bersembunyi di balik determinisme ekonomi &
teknologi, etika komunikasi mempunyai peran penting. Etika
komunikasi memberikan prinsip dalam menentukan sitem acuan
media.
Tugas :

• Dimensi-Dimensi Etika Komunikasi


• 1. Agiest Kusuma
• 2. Aulia Iqlima Putri
• 3. Ajeng Ayu Wulandari
• 4. Bagus Dwi Bramantyo
Tugas :

• Media, Pelayanan Publik, dan Logika Politik


• 1. Citra Apriani
• 2. Fitrah Yanti
• 3. Innocentia Magda
• 4. Noviawan Rasyid Ohorelia
Tugas :

• Menghadapi Kekerasan Dalam Media :


• 1. Suci Putri Ramadhani
• 2. Yunita
• 3. Zalfa Zafira Rahmani
Referensi :

• Buku Etika Komunikasi


• Manipulasi Media , Kekerasan & Pornografi
• Dr. Haryatmoko

Anda mungkin juga menyukai