1805025027 4A TUBERCULOSIS Definisi Tuberculosis Penyakit Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi paru yang disebabkan oleh infeksi Mikobakterium tuberculosis. Kuman ini bertebaran di udara dan mudah sekali penularannya, seperti kuman flu ataupun influenza, kadang kala penderita tidak tahu jika terjangkit penyakit ini. Dahulu penyakit ini sering diidentikkan dengan kemiskinan, pemukiman kumuh, kurangnya ventilasi dan lain-lain. Namun sekarang penyakit ini menyerang dewasa dan anak dengan status gizi baik. Indonesia menjadi peringkat ke-5 negara dengan penyakit TB terbesar di dunia. Patofisiologi TB • Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan mikrobakteri, yaitu yang utama adalah microbakterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang belakang, saluran kemih dan Penyebarannya melalui udara • waktu inkubasinya yang diperlukan sejak masuknya bakteri hingga terbentuknya komplek primer berlangsung dalam waktu 4-8 minggu. Dalam waktu inkubasi tersebut kuman tumbuh cepat dan merangsang respon imun seluler. Tubuh melalui system imunitasnya mencoba untuk mematikan bakteri ini, jika kalah maka bakteri akan hidup di dalam tubuh. • Sebagian besar orang yang terpapar bakteri TB tidak menimbulkan sakit pada saat hidupnya kecuali jika orang tersebut misalnya menderita gizi kurang, HIV, dan diabetes militus. Bakteri ini didalam tubuh akan memproduksi sitokin, meningkatkan kadar gamma interferon, Interlukin- 10 dan interlukin -6 yang diikuti dengan peningkatan kadar kortisol, prolaktin, dan hormone thyroid dan menurunkan kadar testosterone dan dehidropiandrosteron (Bottasco et.al. 2009). Efek dari ini kebutuhan energi tubuh meningkat. Klasifikasi TB • Lokasi atau organ tubuh yang sakit : paru atau ekstra paru • Bakteriologi (hasil pemeriksaan dahak secara mikroskopis) : BTA positif atau BTA negatif • Tingkat keparahan penyakit : ringan atau berat. • Riwayat pengobatan TB sebelumnya : baru atau sudah pernah diobati KLASIFIKASI TB BERDASARKAN LOKASI ORGAN TUBUH TB Paru: - menyerang jaringan (parenkim) paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus
TB Ekstra Paru : o menyerang organ tubuh lain selain paru,misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung, (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, saluran pencernaan KLASIFIKASI TB BERDASARKAN PEMERIKSAAN DAHAK
TB Paru BTA Positif :
o Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis. o 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif. o 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negdan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT (non fluoroquinolon) KLASIFIKASI TB BERDASARKAN TINGKAT KEPARAHAN
o TB ekstra paru ringan, misalnya:
TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. GEJALA : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,Biasanya demam dirasakan malam hari disertai keringat malam, Malas makan,Perasaan tidak enak dan lemah, Batuk- batuk selama lebih dari 3 minggu
o TB ekstra-paru berat (kronik), misalnya:
meningitis,milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih, dan alat kelamin. GEJALA :Hampir sama dengan gejala akut, Panas tidak terlalu tinggi tapi timbul tenggelam,BMR tidak terlalu tinggi KLASIFIKASI TB BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN
Kasus Baru : Pasien yang belum pernah diobati dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu) Kasus Kambuh (Relaps) : Pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur) Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO) : Pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif Kasus Gagal (Failure): Pasien TB yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan ASUHAN GIZI Tujuan : 1. mencapai dan mempertahankan berat badan normal 2. mengganti/memperbaiki defisiensi zat gizi yang hilang atau rusak 3. meningkatkan daya tahan tubuh untuk mempercepat penyembuhan. ASUHAN GIZI Prinsip : 1. pemberian energi tinggi 25-35 kkal/kg/hari; protein 1.5 -2 g/kg BB/hari untuk ; lemak 25-30% total energi 2. vitamin C untuk mempercepat penyembuhan 3. vitamin K untuk mencegah perdarahan bagi pasien TB yang berat 4. vitamin B6 perlu jika pasien diberikan INH karena INH merupakan antagonisnya sedangkan vitamin A dianjurkan sama dengan AKG 5. zat besi dan kalsium perlu diperhatikan paling tidak sama dengan AKG karena b pasien TB biasanya ada perdarahan dan kalsifikasi tulang. 6. Bahan makanan sumber serat juga perlu diperhatikan untuk menghindari konstipasi. ASUHAN GIZI Syarat Diet : 1. Energi dan protein tinggi, lemak cukup 2. Diet seimbang, bentuk makanan yang mudah dicerna 3. Hindari makanan yang menimbulkan gas seperti kobis, durian. Lobak, nanas, nangka dll). 4. Porsi makan sebaiknya kecil tapi padat gizi 5. Frekuensi pemberiannya sering. ASUHAN GIZI Monitoring dan evaluasi : 1. melakukan pengukuran BB setiap minggu 2. seperti nilai laboratorium dan gejala klinis maupun keluhan seperti demam, batuk malam hari dan lain-lain. PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) Definisi PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik) PPOK istilah yang digunakan untuk sejumlah penyakit yang menyerang paru-paru untuk jangka panjang. Penyakit ini adalah penyakit yang progresif dengan gangguan aliran udara di dalam paru paru disebabkan karena adanya inflamasi pada dinding saluran bronkus dan kerusakan dinding alveoli, sehingga pasien akan mengalami kesulitan dalam bernapas. ETIOLOGI PPOK • Ciri khas dari penyakit ini adalah ada bronkritis kronis dan emfisema : 1. Bronkritis kronis merupakan cikal bakal dari PPOK yang ditandai dengan adanya peradangan dan timbulnya jaringan paruh pada dinding saluran bronkus yang yang menyebabkan gangguan pernapasan, produksi lender, dan batuk persisten. Penyebab utama bronkritis adalah asap rokok. Perempuan mempunyai resiko 2 kali dibanding laki-laki. Bronkritis kronik paling sering terjadi setelah usia 45 tahun. 2. emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Hal ini menyebabkan rusaknya kantung-kantung udara pada paru-paru yang terjadi secara bertahap. Kantung udara tersebut akan menggelembung dan mengempis seiring dengan tubuh kita ketika menarik dan menghembuskan napas. Kelenturan kantung udara akan menurun jika seseorang mengidap emfisema, akibatnya jumlah udara yang masuk akan menurun. PATOFISIOLOGI PPOK • Awal terjadinya penyakit ini ada, adalah terpaparnya tubuh dengan asap rokok atau polutan udara serta bahan kimia dan lain yang menyebabkan respon peradangan. Kondisi ini menjadi penyebab menurunnya fungsi kantung kantung udara, meningkatnya pagositosis, dan menekan sejumlah imunitas /Ig A. Peradangan kronik ini menyebabkan hyperplasia sel mengeluarkan mucus/dahak, dan menyebabkan edema pada bronchus. • Dinding dari aliran udara menebal dan kelenjar mucus menjadi hiperplastik. Kerusakan kantung kantung udara tidak bisa membersihkan mucus dari aliran udara sehingga pasien tidak mampu meningkatkan kerja pernafasan. Patofisiologi dari emphysema yaitu hilangnya dan menipisnya elastisitas jaringan paru, dan ini sering kali muncul lebih lama dibandingkan dengan bronkritis. Hilangnya jaringan paru akibat dari kehilangan/menipisnya area permukaan dan menurunnya sejumlah surfaktan menyebabkan menjadi kaku tidak elastis dan menyebabkan kesulitan bernafas. Fase akhir dari emphysemia akan menyebabkan hypoxemia. KLASIFIKASI PPOK GEJALA PPOK • Batuk berdahak yang tidak kunjung sembuh • Sering tersengal-sengal, walaupun melakukan aktifitas ringan seperti memasak atau mengenakan pakaian • Mengi atau napas • Sesak dan berbunyi • Lemas • Sering mengalami infeksi paru • Ada penurunan berat badan.
Note : Gejala ini hilang tumbuh tergantung kondisi penderita,
namun semakin tambah usia biasanya makin sering muncul gejala dan biasanya makin parah. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan jelas dan tanda inflasi paru. ASUHAN GIZI PPOK Tujuan : menjamin pemenuhan kebutuhan gizi pasien terutama energi dan protein. Dan memberikan zat gizi yang dapat bermanfaat dan meringankan kerja saluran pernafasan. Sangat penting menjaga keseimbangan energi dan keseimbangan nitrogen. Prinsip : 1. Energi Kalori cukup (20-35 kkal/kgBB/ hari) 2. Protein 1.2 s/d 1.7 g/kgBB/hari 3. Lemak tinggi (30 s/d 45 %) 4. KH rendah (40-50%) 5. Asupan vitamin C, vitamin A, vitamin E dan betakaroten cukup 6. Asupan mineral sesuai dengan AKG 7. Asupan kalsium, vitamin D dan vitamin K diatas AKG ASUHAN GIZI PPOK Syarat : 1. Bahan makanan yang mudah dicerna 2. Rendah serat 3. Tidak mengandung gas 4. Bentuk dan pemberian makanan dapat disesuaikan dengan kondisi pasien (oral, enteral, parenteral, maupun gabungannya 5. Makan porsi kecil tapi sering (lebih dari 3x) ASUHAN GIZI PPOK STRATEGI ASUHAN GIZI 1. Anoreksia : Tinggi kalori 2 Dengan makanan favorit lebih baik. Makan dalam frekuensi lebih sering Gunakan margarin, butter, saus, dan kaldu untuk menambah energi. 2. Cepat kenyang/begah : Tinggi kalori Batasi cairan dengan makanan, minum dengan jarak 1 jam setelah makan 3. Sesak napas : Istirahat sebelum makan , Penggunaan bronkodilator sebelum makan Makan perlahan, Siapkan makan siap saji dan mudah dicerna ASUHAN GIZI PPOK STRATEGI ASUHAN GIZI 1. Lemah : Istirahat sebelum makan. Siapkan makanan siap saji dan mudah dicerna 2. Kembung : Porsi kecil tapi sering. Hindari makan terburu-buru, hindari makanan yang mengandung gas 3. Konstipasi : Aktivitas cukup. Makanan tinggi serat dan cukup cairan, jika sering terjadi diskusikan dengan dokter dengan pemberian obat pelunak feses 4. Xerostomia : Hindari makanan kering, tambahkan kuah, saus, pada makanan , batasi makanan kering-asin, gunakan saliva artificial jika mungkin