RESPONSI CAMPAK - Alfrida, Friska, Lidwina, Obaja - 20 Slide
RESPONSI CAMPAK - Alfrida, Friska, Lidwina, Obaja - 20 Slide
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING :
1
DR. ANNET RIRIHENA, SP. A (K)
BAB I
PENDAHULUAN
• Nama : An. U
• No. RM : 11 44 66
• TTL/Umur : 11-09-2018/2 tahun
• JK : Perempuan
• BB : 13 Kg
• Alamat : Entrop
• Agama : KP
• Tanggal masuk: 14-09-2020 jam 10.00 / Poli Anak
Anamnesis
Keluhan Utama
• Demam
Keluhan Tambahan
Riwayat Sosial
mengeluhkan nafsu
makan menurun. Pasien
pasien juga Pasien adalah
juga mengeluhkan menderita anak kedua dari
muntah setiap kali penyakit yang
makan, muntah berisi dua bersaudara,
apa yang dimakan, sama dan saat tinggal berempat
volumenya lebih kurang ini. bersama kedua
lebih 20 cc, nyeri
menelan juga dirasakan, orang tua nya.
dan pasien masih mau Lingkungan
minum. Ibu pasien
mengatakan pasien padat, bersih,
mengalami BAB cair dan di rumah ada
sejak 1 hari yang lalu, yang menderita
frekuensinya 1 kali
dengan konsistensinya gejala yang
air lebih banyak dari sama, ventilasi
ampas, tidak ada lendir
dan darah. Pasien juga rumah memadai.
4
mengeluhkan batuk
berdahak dan pilek sejak
5 hari sebelum ke Poli
Anak.
Morbiditas kehamilan Tidak ditemukan kelainan
Panjang badan 45 cm
KELAHIRAN
Pedigree
Keadaan bayi Lingkar kepala tidak ingat
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapatkan ASI sejak lahir hingga
usia 6 bulan, dilanjutkan dengan ASI dan PASI
Riwayat setelah berusia 6 bulan.
Imunisasi
Umur
ASI/PASI Buah/biscuit Bubur susu Nasi tim
(bulan)
0-2 ASI - - -
2-4 ASI - - -
4-6 ASI - - -
ASI + Susu
6-8 √ √ √
formula
Riwayat Pertumbuhan dan
Perkembangan
ASI + Susu
8-10 √ √ √
formula
ASI + Susu
●
Senyum sosial : 3 bulan 10-12 √ √ √
●
Pertumbuhan gigi pertama : 5 bulan formula
●
Tengkurap dan berbalik sendiri : 6 bulan
●
Duduk : 7 bulan
●
Merangkak : 8 bulan
●
Berbicara mama papa : 9 bulan
●
Berdiri : 10 bulan
6
●
Berjalan : 11 bulan
●
Gangguan perkembangan :-
●
Kesan : Baik (perkembangan sesuai dengan usia)
Pemeriksaan Fisik
●
Vital Sign
●
Keadaan Umum: Tampak sakit Sedang
●
Kesadaran : Compos Mentis
●
HR : 120 x/menit
●
RR : 40 x/menit
●
SB : 39,0C
●
SpO2 : 97 %
Data Antropometri
●
Berat badan : 13 Kg 7
●
Tinggi badan : 88 cm
●
Status gizi berdasarkan Waterlow:
8
STATUS GENERALIS Thorax
• Inspeksi : Tampak macula papular eritema di thorax
anterior dan posterior
• Statis : Simetris, kesan normochest, retraksi (-)
• Dinamis : Simetris, retraksi (-)
• Pulmo :
Kepala dan leher
• Nyeri (-), sonor, suara napas Versikuler (+/+), Rhonki
(-/-), Wheezing (-/-)
• Cor :
• BJ I-II Reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen :
●
Ukuran (LK) : Normocephali • Simetris, datar, ruam makulopapular (+), bising usus
●
Rambut : Hitam, distribusi merata, Tidak mudah dicabut
●
Wajah : Tampak macula papular eritema diwajah, belakang telinga dan
4x/menit, nyeri tekan (+), supel,
leher • Hepar/lien : ttb/ttb
●
Mata : Konjungtiva hiperemis, Konjungtiva palpebra inferior hiperemis
●
●
Telinga : Normotia, sekret (-/-), massa (-/-)
Hidung : PCH (-/-), sekret (+/+)
Extremitas :
●
Mulut : Mukosa bibir kering, faring hiperemis, tonsil tenang
(hiperemis, koplik spots (+)
• Tampak ruam maculopapular eritem, akral hangat, CRT
9
●
Leher : Tidak ada tortikolis, massa (-), pembesaran KGB (-) <2 detik, tidak ada sianosis/pucat/edema
●
Kelenjar Limfe : Pembesaran KGB (-)
Hematologi Nilai Satuan Pemeriksaan
Vit A 1 x 200.000 IU
Terapi : Lacto B 2x1 sachet
Campak adalah penyakit virus akut yang disebabkan oleh RNA virus genus Morbilliviirus, famili
Paramyxoviridae. Virus ini dari famili yang sama dengan virus gondongan ( Mumps), virus
parainfluenza , virus human metapneumovirus, RSV( Respiratory Syncytial Virus).
Penyebaran infeksi terjadi jika terhirup droplet di udara yang berasal dari penderita. Virus
campak masuk melalui saluran pernapasan dan melekat di sel-sel epitel saluran napas. Setelah
melekat, virus bereplikasi dan diikuti dengan penyebaran ke kelenjar limfe regional. Setelah
penyebaran ini, terjadi viremia premia disusul multiplikasi virus di sistem retikuloendotelial di
limpa, hati, dan kelenjar limfe.
Multiplikasi virus juga terjadi ditempat awal melekatnya virus. Pada hari ke-5 sampai ke-7 infeksi,
terjadi viremia sekunder diseluruh tubuh terutama di kulit sampai saluran pernapasan. Pada hari
ke-11 sampai hari ke-14, virus ada di darah, saluran pernapasan dan organ-organ tubuh lainnya, 2-
3 hari kemudian virus mulai berkurang. Selama infeksi, virus bereplikasi di sel-sel endotelial, sel-sel
12
epitel, monosit, dan makrofag. Masa inkubasi campak berkisar 10 hari (8-12 hari).
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang
Mengapa patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Stadium erupsi ditandai dengan coryza dan
batuk-batuk yang bertambah berat. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan
Pasien ini palatum mole. Eritema makula-papula disertai menaiknya suhu tubuh. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
di
diagnosis
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada
sebagai palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas
dengan disertai adanya edema palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi
Campak dan fotofobia. Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun. Batuk disebabkan oleh reaksi
inflamasi mukosa saluran pernafasan. Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat
? erupsi. Namun demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam
waktu 5-10 hari.
Fokus infeksi berada di epitel saluran nafas dan konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami
nekrosis. Pada saat itu virus dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan
menimbulkan manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek disertai
selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah proses peradangan epitel
pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak
13
sakit berat dan ruam yang menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi
yang disebut Koplik spots, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
Mengapa Awalnya ruam muncul dikepala dan menyebar keseluruh tubuh sampai ke kaki. Ruam kadang disertai
dengan gatal. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluhkan muntah
setiap kali makan, muntah berisi apa yang dimakan, volumenya lebih kurang lebih 20 cc, nyeri
Pasien ini menelan juga dirasakan, namun pasien mau minum. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami BAB
cair sejak 1 hari yang lalu, frekuensinya 1 kali dengan konsistensinya air lebih banyak dari ampas,
di tidak ada keluar lendir dan darah. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak dan pilek sejak 5 hari
sebelum masuk Rumah Sakit. Ruam makulopapular muncul pada hari ke-14 sesudah awal infeksi.
diagnosis Daya tahan tubuh menurun akibat respons delayed hypersensitivity pada kulit. Daerah epitel yang
nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media dan lain-lain. Dalam keadaan tertentu
sebagai adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain itu campak dapat
menyebabkan gizi kurang.
Campak
Penyebab morbili adalah virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah dan
? dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam. Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan
kontak langsung dengan penderita. Meskipun pasien tidak diketahui memiliki kontak dengan pasien
morbili. Penularan virus morbili sangat efektif, sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan
infeksi pada seseorang. Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya
ruam pada kulit sampai ±5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak sangat tinggi.
14
Mengapa Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi campak. Faktor risiko kejadian morbili,
antara lain: daya tahan tubuh yang lemah, belum pernah terkena campak dan
Pasien ini belum pernah mendapat vaksinasi campak. Faktor risiko infeksi virus campak
sebagai berikut: anak-anak dengan imunodefisiensi karena HIV atau AIDS,
di leukemia, alkilasi, atau terapi kortikosteroid, terlepas dari status imunisasi;
perjalanan ke daerah endemik atau kontak dengan pelancong ke daerah endemik
diagnosis campak; dan bayi yang kehilangan antibodi pasif sebelum usia imunisasi rutin.
Faktor risiko campak berat dan komplikasinya termasuk yang berikut: malnutrisi,
sebagai imunodefisiensi, kehamilan, dan kekurangan vitamin A.
Campak
Pemeriksaan laboratorium tidak didapatkan kelainan yang berarti. Pemeriksaan
? darah tepi ditemukan leukopenia. Dalam sputum, sekresi nasal, sedimen urine
dapat ditemukan adanya multi nucleated giant cell yang khas. Pada kasus-kasus
atipik, dapat dilakukan pemeriksaan serologi. Diagnosa biasanya ditegakkan
berdasarkan temuan klinis. Adanya konjungtivitis merupakan petunjuk dalam
diagnosa. Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa: riwayat kontak dengan
penderita campak, gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudian koplik
spots (patognomonik), erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang
khas dan bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh. 15
REAKSI KIPI
• Reaksi KIPI (Kejadian Ikutan Pasca-Imunisasi) yang dapat terjadi pasca vaksinasi campak berupa demam
5-15% kasus, yang dimulai pada hari ke-5 sampai dengan hari ke-6 sesudah imunisasi, dan berlangsung
selama 5 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% kasus, yang timbul pada hari ke-7 sampai dengan hari ke-
10 sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Reaksi KIPI dianggap berat jika ditemukan
gangguan sistem saraf pusat, seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi. Resiko ke-2 efek
samping tersebut dalam 30 hari sesudah imunisasi diperkirakan 1 diantara 1.000.000 dosis vaksin.
• Reaksi KIPI vaksinasi MMR yang dilaporkan pada penelitian mencakup 6000 anak berusia 1-2 tahun
berupa malaise, demam, atau ruam minggu setelah imunisasi dan berlangsung 2-3 hari. Vaksinasi MMR
dapat menyebabkan efek samping demam, terutama karena komponen campak. Kurang lebih 5-15%
anak akan mengalami demam lebih dari 39,4℃ setelah imunisasi MMR. Reaksi demam tersebut
biasanya berlangsung 7-12 hari setelah imunisasi, ada yang selama 1-2 hari. Dalam 6-11 hari setelah
imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0,1% anak, ensefalitis pasca imunisasi terjadi pada
<1/1.000.000 dosis.
16
• Telah diperiksa seorang anak perempuan berusia 2 tahun. Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 14 September 2020di
Poli Anakdengan diagnosa morbili e.c imunisasi tidak lengkap disertai rhinofaringitis acut.Penegakkan diagnosis pada
pasien ini didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
• Pasien datang ke Poli Anakdiantar oleh Ibunya dengan keluhan demam sejak 6 hari. Demam dirasakan tinggi
terutama pada malam hari dan diseluruh tubuh. Panas dapat meningkat hingga hari ke-5 atau ke-6 yaitu pada saat
puncak timbulnya eksantem. Kadang-kadang temperatur dapat berubah dengan peningkatan awal yang cepat dalam
24-48 jam pertama diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat
sampai 39-40,6℃ pada saat ruam makulopapular mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak mengalami
komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, setelah munculnya ruam. Bila panas menetap, maka kemungkinan
penderita mengalami komplikasi.
• Awalnya ruam muncul di belakang telinga, belakang leher, menyebar keseluruh tubuh sampai ke kaki. Ruam kadang
disertai dengan gatal. Pasien juga mengeluhkan nafsu makan menurun, lalu muntah setiap kali makan yang berisi
apa yang dimakan, volumenya lebih kurang lebih 20cc, namun pasien mau minum. Ibu pasien mengatakan pasien
mengalami BAB cair sejak 1 hari yang lalu, frekuensinya 1 kali dengan konsistensinya air lebih banyak dari ampas,
tidak ada keluar lendir dan darah. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak dan pilek sejak 5 hari sebelum masuk
Rumah Sakit. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan kesempatan serangan
infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media danlain-lain.
17
• Pasien hanya mendapatkan imunisasi Hepatitis HB0 namun belum mendapatkan imunisasi campak dan
MMR dimana hal itu menjadifaktor risiko kejadian morbili, antara lain: daya tahan tubuh yang
lemah,belum pernah terkena campak dan belum pernah mendapat vaksinasi campak dan MMR. Pasien
tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap dikarenakan kurangnya kepedulian serta minimya
pengetahuan Orang tua (Ibu) terhadap imunisasi.
• Pemeriksaanlaboratoriumdidapatkankelainan yang berartiberupa leukopenia pada pemeriksaandarah
tepi. Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Adanya Koplik spots (patognomonik)
merupakan petunjuk dalam diagnosa. Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa: riwayat kontak
dengan penderita campak, gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis kemudianruam makulopapula
dengan tahap-tahap pemunculan yang khas dan bercak berwarna kecoklatan pada kulit setelah
sembuh.
18
Bagaimana tatalaksana pada pasien
ini ?
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan
pengobatan bersifat asimtomatik dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran dan antikonvulsan bila
diperlukan. Sedangkan campak dengan penyulit perlu dirawat inap.
Pasien diberikan terapi vitamin A, dan obat penurun demam. Pengobatan suportif merupakan pilihan utama yang
diperlukan. Suplementasi vitamin A selama campak akut secara signifikan mengurangi risiko morbiditas dan
mortalitas. Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya bersifat simptomatis yaitu:
memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu tinggi, sedatif dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan
segera terhadap komplikasi yang timbul. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder
(seperti otitis media dan pnemonia). Pencegahan morbili dapat dilakukan dengan cara: menghindari kontak dengan
penderita campak, imunisasi campak pada usia 9 bulan, imunisasi MMR pada usia 15 bulan, gamma globulin
(diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat kontak dengan penderita).
19
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan