Anda di halaman 1dari 13

“SISTEM SOSIAL DAN

ORGANISASI
KEMASYARAKATAN SUNDA”

ALLISYA OKTAVIASARY 185040009


FIRDA ZANIA 185040016
SESTI ROHIMAH 185040024
ISMI HADIANTI 185040026
RANIA KHUSNUL 185040032
EKA BUDI WAHYUNI 185040043

UNIVERSITAS PASUNDAN
BIOLOGI A
BUDAYA SUNDA
Menurut RW. Van Bemelan
pada tahun 1949:
Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menamai dataran bagian barat laut
wilayah India timur, sedangkan dataran bagian tenggara dinamai Sahul. Suku Sunda
merupakan kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau Jawa, Indeonesia. Yaitu
berasal dan bertempat tinggal di Jawa Barat. Daerah yang juga sering disebut Tanah
Pasundan atau Tatar Sunda

Budaya Sunda dikenal dengan budaya yang sangat menjujung tinggi sopan santun. Pada
umumnya karakter masyarakat sunda, ramah tamah (someah), murah senyum, lemah
lembut, dan sangat menghormati orangtua

Seperti pada kebudayaan sunda, kebudayaan sunda termasuk kebudayaan tertua.


Kebudayaan sunda juga merupakan salah satu kebudayaan yang menjadi sumber
kekayaan bagi bangsa Indonesia yang dalam perkembangannya perludilestarikan.
SISTEM ORGANISASI SOSIAL DAN
KEBUDAYAAN
1
Sistem merupakan sistem
pengelompokan sosial
Organisasi berdasarkan atas umur, jenis
Sosial kelamin, dan hubungan
kekerabatan.

2 Sistem merupakan hubungan-hubungan


Oganisasi yang terjadi antara individu atau
Kemasyarakata kelompok individu di dalam
masyarakat yang telah
n terpolakan, sehingga menjadi
satu sistem hubungan.
1
SISTEM ORGANISASI SOSIAL
BERDASARKAN HUBUNGAN
UMUR KEKERABATAN.
BERDASARKAN JENIS
KELAMIN

SISTEM ORGANISASI
SOSIAL BERDASARKAN
UMUR

BUJANGAN SAWAWA
OROK BUDAK KOLOT
DAN MOJANG (DEWASA)
12 BULAN 1-15 TAHUN 16-25 TAHUN 26-40 TAHUN 41 TAHUN KE ATAS
SISTEM ORGANISASI SOSIAL
BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Perbedaan manusia berdasarkan jenis kelamin merupakan kodrat alami


yang justru memungkinkan manusia terus berlanjut dari generasi ke
generasi. Perbedaan jenis kelami ini dapat membedakan hal-hal
sebagai berikut di antaranya adalah
a. Pekerjaan
b. Permainan
c. Warisan
d. Perjodohan
e. Pengambilan keputusan dan sebagainya.
SISTEM ORGANISASI SOSIAL
BERDASARKAN HUBUNGAN KEKERABATAN

Pengelompkan kekerabatan dalam kehidupan masyarakat


sunda menganut sistem kekerabatan yang bersifat parental.
Istilah kekerabatan bagi masyarakart sunda menunjukan sifat
bilateral dan generasional. Dilihat dari ego, masyarakat sunda
mengenal istilah kekerabatan sampai tujuh generasi ke atas dan
tujuh generasi ke bawah (tujuh turunan)
2 SISTEM ORGANISASI
KEMASYARAKATAN
• Dilihat dari sudut sejarah, organisasi sosial yang hidup dalam masyarakat di
Jawa Barat ada yang mempunyai ciri-ciri lembaga/organisasi tradisional dan
organisasi modern.

• Yang di maksud organisasi tradisional adalah organisasi yang muncul


sebagai hasil inisiatif dan kreatif masyarakat desa, yang didorong oleh
kebutuhan dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya,sedangkan
organsasi modern adalah lahir karena sengaja di bentuk, biasanya dari piahk
atas desa dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangganya.

• Pada umumnya organisasi modern mulai ada pada awal abad ke-20, tatkala
pemerintah kolonial secara formal memperkenalkannya kepada masyarakat
desa, lembaga perkreditan,pegadaian dan susunan pemerintahan.
OGANISASI TRADISIONAL YANG MASIH BANYAK
DITEMUI DAN DILAKUKAN MASYARAKAT SUNDA

1. Organisasi tradisional yang merupakan ikatan hubungan


antara pemilik tanah dengan penggarap tanah seperti :
a. Memaro yaitu bagian hasil panen sama
b. Mertelu yaitu bagian hasil panen 1 berbanding 2
c. Mlayang yaitu bagian hasil panen 10 sangga untuk 3
bau sawah
d. Hejoan yaitu peminjaman uang yang dibayar dengan
hasil panen
2. Organisasi tradisional yang erat hubungannya dengan kehidupan desa di
priangan :
a. Hiras/ngahiras, biasanya ada dalam mendirikan ruah, tandur dan hajatan
b. Liliuran yaitu saling tukar tenaga dalam sesuatu pekerjaan A : B atau B : A
c. Kondangan/Ondangan/Uleman, biasanya terjdi dalam acara syukuran.

3. Organisasi tradisional didasarkan atas kepentingan ekonomi, seperti :


d. Sistem ijon yaitu peminjaman padi pada musim paceklik dan di bayar pada
musim panen dengan bunga tinggi.
e. Sitem nyambat yaitu permintaan bantuan tenaga dari tetangga dengan
imbalan materi
f. Sistem ceblokan yaitu sistem kontrak penggarap sawah oleh satu kelompok
petani sampai panen dan hasil panen di bagi sesuai kesepakatan.
g. Sistem pajegan yaitu sistem kontrak tidak sampai panen
h. Sistem sewa tanah yaitu menyewakan tanah kepada pemilik modal karena
kebutuhan tertentu.
PADA ABAD 19 DI BANTEN MASYARAKAT DESA
DIBEDAKAN ATAS DUA LAPISAN SOSIAL
1. Golongan elit pada lapisan atas, seperti pemuka
agama, pamong desa dan jawara
2. Golongan rakyat biasa pada lapisan bawah, seperti
petani kecil, buruh tani dan bujang

DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT DESA DI


MASYARAKAT SUNDA PADA UMUMNYA ADA DUA
KELOMPOK MASYARAKAT
3. Jalma beunghar/jalma jagud atau jalama sugih
4. Jalma miskin/jalma masakat/jalma malarat atau
jalma leutik.
Penerapan tenggang rasa dapat kita rasakan ketika melihat realitas
di atas. Namun, dalam beberapa kasus, masih ada peran pemuda yang
memporsikan lebih dari perang orang tua. Misalnya, seorang anak
menjadi penanggungjawab keutuhan dan kebutuhan hidup keluarga
dengan bekerja lebih dari pekerjaan orang tua. Terlepas dari hal ini,
etika dalam sistem organisasi kemasyarakat Sunda merupakan potret
ideal dalam menjalani kehidupan yang lebih dinamis. Kehidupan
bersama dalam balutan gotong royong tampak terasa dalam kebiasaan
nguyang, yaitu memberikan sesuatu (biasanya palawija) kepada orang
lain dengan mengharap balasan yang lebih besar. Hubungan dalam
masyarakat Sunda sifatnya subjektif. Artinya, kepentingan individu
adalah kepentingan bersama dan kepentingan kelompok juga
merupakan kepentingan individu (perseorangan).
Berdasarkan pengelompokan rumah-rumah dan sarana
lainnya dihubungkan dengan jalan raya, sungai dan lembah,
pantai sebagai indikator, maka pola desa di Jawa Barat
(Sunda) dapat dibagi menjadi:
1. Desa linier; kampung desa yang berkelompok memanjang
mengikuti alur jalan desa.
2. Desa radial; kampung desa yang berkelompok pada
persimpangan jalan.
3. Desa di sekitar alun-alun atau lapangan terbuka; pola ini
dianggap imitasi dalam bentuk kecil dari kota kabupaten
atau kota kecamatan.
• Tempat bermukim yang terkecil ialah rumah dan yang terbesar
adalah alam luar.
• Rumah dalam bahasa Sunda disebut imah, dan nu di imah
berarti istri yang memiliki wewenang sebagai pengelola rumah.
• Umpi atau rumah tangga merujuk pada suatu keluarga inti,
terdiri atas suami, istri, dan anak-anaknya yang belum
menikah.
• Anak-anak yang sudah berkeluarga kemudian akan
membentuk umpi baru yang dalam bahasa Sunda disebut
bumen-bumen atau imah sorangan, rarabi atau kurenan jika
kemudian pasangan tersebut beranak. Itulah gambaran umum
mengenai sistem organisasi kemasyarakatan pada masyarakat
Sunda.

Anda mungkin juga menyukai