Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

EDEMA PARU + CKD


Oleh :
 Dita Ayu Pertiwi, S.Ked
NIM. FAB 118 065

Pembimbing:
dr. Widia Hitayani

BAGIAN/SMF REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA/RSUD DORIS SYLVANUS
2019
PENDAHULUAN
 Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar
ke ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveoli, dapat terjadi karena
kardiogenik dan non kardiogenik. Salah satu penyebab terjadinya edema paru
non kardiogenik adalah karena gagal ginjal
 Di Indonesia, edema paru tersebar di seluruh wilayah dengan insidensi 23,87
pada tahun 2013
 Tatalaksana awal yang diberikan bertujuan untuk mempertahankan tekanan
oksigen dan mengurangi cairan edema secara adekuat. Apabila
penatalaksanaan terlambat diberikan, dapat menimbulkan kegagalan
multiorgan
LAPORAN KASUS
 PRIMARY SURVEY
Ny. L, 42 tahun
 Vital Sign :
 Tekanan Darah : 240/120 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Suhu : 36,5 0C
 Pernapasan : 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai otot bantu pernapasan yaitu cuping
hidung dan retraksi suprasternal dan intercostal.
 Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
 Breathing : spontan, 32 x/menit, pernapasan torakal-abdominal, disertai otot bantu
pernapasan yaitu cuping hidung dan retraksi suprasternal dan intercostal.
 Circulation : nadi 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Disability : compos mentis, E4M6V5, pupil isokor +/+

 Evaluasi masalah: Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam emergency yaitu
pasien datang dengan keluhan sesak napas dimana pernapasan 32 x/menit. Pasien
segera ditempatkan di ruang non bedah dan diberi label merah.
 Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah pemberian O 2 mask 8 lpm.
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. L
 Usia : 42 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Cempedak no. 11
 Tanggal pemeriksaan : 22 Desember 2019
ANAMNESIS
 Auto anamnesis
 Keluhan Utama : sesak napas

 Riwayat Penyakit Sekarang


 Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak ± 5 jam sebelum
masuk rumah sakit. Sesak napas timbul mendadak dan tidak disertai
mengi. Pasien lalu beristirahat untuk mengurangi sesak napasnya
tetapi tidak berkurang. Pasien batuk berdahak sejak 1 hari. Batuknya
terasa semakin memberat sejak tadi pagi. Pasien mengaku saat batuk,
dadanya terasa sakit.
 Sebelumnya ±1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
nyeri ulu hati yang terasa menyesak sampai ke dada. Pasien merasa
mual dan muntah ±5 kali dalam sehari sejak 1 hari sebelum masuk
rumah sakit. Makan dan minum berkurang. Pasien merasa pusing dan
sakit kepala. Pandangan kabur (+). Pasien tidak ada demam.
…ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mempunyai penyakit gagal ginjal dan rutin cuci darah setiap hari Senin dan
Kamis. Pasien mengkonsumsi obat rutin asam folat dan ketocid.
 Pasien juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan jantung. Tetapi riwayat
pengobatannya tidak jelas. Pasien terkadang mengkonsumsi amlodipine tetapi tidak
rutin.
 Pasien juga mempunyai riwayat gastritis dan sering mengkonsumsi Mylanta.

 Riwayat Penyakit Keluarga


 Tidak ada keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini.
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Tampak sesak
 Kesadaran : Compos mentis

 Vital sign:
 Tekanan Darah : 240/120 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Suhu : 36,5 0C
 Pernapasan : 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai otot bantu pernapasan yaitu
cuping hidung dan retraksi suprasternal dan intercostal.
 Kepala dan Leher
 Konjungtiva anemis (-/-)
 Sklera ikterik (-/-)
 Refleks pupil (+/+)
 Sianosis (-)
 Thoraks
 Paru-paru
 Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan, penggunaan otot bantu
pernapasan (+) yaitu cuping hidung, retraksi suprasternal dan intercostal.
 Palpasi : massa (-/-)
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki (+/+), wheezing (-/-)

 Jantung
 Inspeksi: Iktus kordis terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal, mumur (-), gallop (-).
 Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : supel
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas
 Akralhangat
 CRT < 2 detik
 Edema (-/-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Laboratorium
 Leukosit : 10.870/uL
 Hb : 10,3 g/dL
 Ht : 30,6%
 Trombosit : 142.000/uL
 GDS : 118 mg/dL
 Ureum : 76 mg/dL
 Creatinin : 8,74 mg/dL
RADIOLOGI
DIAGNOSIS
 Edema Paru + Chronic Kidney Disease stadium V on HD
PENATALAKSANAAN
 O2 NRM 12 lpm
 Venflon
 Furosemide 2 A

 Nebulizer Combivent + Flexotide

 Ranitidine 2x1 A/IV

 Ketocid 3xII tab

 Observasi keadaan umum anak, respirasi

 Konsul ke bagian penyakit dalam dan dirawat inap


PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
PEMBAHASAN
 Edema paru adalah keadaan patologi dimana cairan intravaskuler keluar ke
ruang ekstravaskuler, jaringan interstisial dan alveol, dapat terjadi karena
edema paru kardiogenik dan non kardiogenik
 Gejala paling umum dari edema paru adalah sesak nafas, mudah lelah, lebih
cepat mengembangkan sesak nafas daripada normal dengan aktivitas yang
biasa (dyspnea d’effort), hipoksia, pada pemeriksaan fisik didapatkan suara
paru yang abnormal seperti rhonki di seluruh lapang paru, suara rales atau
cracles
…PEMBAHASAN
 Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan keluhan sesak napas yang
tidak disertai mengi. Nyeri ulu hati yang terasa menyesak sampai ke dada,
mual dan muntah, pusing, sakit kepala dan pandangan kabur. Pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 240/120 mmHg, nadi 98 x/menit, suhu 36,5
0
C, dan respirasi 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai otot bantu
pernapasan yaitu cuping hidung dan retraksi suprasternal dan intercostal.
…PEMBAHASAN
 Pasien biasanya dalam posisi duduk agar dapat mempergunakan otot-otot
bantu nafas dengan lebih baik saat respirasi atau sedikit membungkuk ke
depan
 retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa supraklavikula, JVP
meningkat.
 Pada pemeriksaan paru akan terdengar ronki basah setengah lapangan paru
atau lebih dan terdapat wheezing. Pemeriksaan jantung dapat ditemukan
ditemukan gallop, bunyi jantung 3 dan 4. Terdapat juga edem perifer, akral
dingin dengan sianosis.
 Pada edem paru non kardiogenik didapatkan khas bahwa pemeriksaan fisik,
pada perkusi terdengar keredupan dan pada pemeriksaan auskultasi di dapat
ronki basah dan bergelembung pada bagian bawah dada
…PEMBAHASAN
 Pengobatan yang dilakukan di arahkan terhadap penyakit primer yang
menyebabkan terjadinya edema paru tersebut disertai pengobatan suportif
terutama mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan optimalisasi
hemodinamik sehingga diharapkan mekanisme kompensasi tubuh akan
bekerja dengan baik bila terjadi gagal multiorgan.
 Pemberian oksigen sering berguna untuk meringankan dan menghilangkan
rasa nyeri dada.
…PEMBAHASAN
 Penatalaksanaan pada pasien ini di IGD mendapat O2 NRM 12 lpm,
kemudian dilakukan pemasangan venflon, diberikan furosemide 2 ampul
untuk mengeluarkan cairan di dalam tubuhnya, dinebulizer menggunakan
combivent dan flexotide, lalu diberikan ranitidine dan ketocid. Pasien secara
rutin diobservasi keadaan umum dan respirasinya. Pasien dikonsulkan ke
bagian penyakit dalam dan dirawat inap
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien Ny. L, 42 tahun datang dengan keluhan sesak napas.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
didapatkan diagnosis pasien ini mengarah ke edema paru dan kronik kidney
disease stadium V on HD. Edema paru pada pasien ini disebabkan oleh non
kardiogenik yaitu karena adanya gagal ginjal. Penatalaksanaan pada pasien ini
di IGD mendapat O2 NRM 12 lpm, kemudian dilakukan pemasangan venflon,
diberikan furosemide 2 ampul untuk mengeluarkan cairan di dalam tubuhnya,
dinebulizer menggunakan combivent dan flexotide, lalu diberikan ranitidine
dan ketocid. Pasien secara rutin diobservasi keadaan umum dan respirasinya.
Pasien dikonsulkan ke bagian penyakit dalam dan dirawat inap.
DAFTAR PUSTAKA
1. Huldani. Edema paru akut. Jurnal CDK Vol. 45 no. 2. 2013
2. Nendrastuti H, Soetomo M. Edema paru akut kardiogenik dan non
kardiogenik. Majalah Kedokteran Respirasi Vol. 1 no. 3. 2010.
3. Faradilla. Gagal ginjal kronik. Majalah Kedokteran Vol. 11 no. 1.
Pekanbaru: 2010.

Anda mungkin juga menyukai