Anda di halaman 1dari 22

Oleh :

Widiya Perwita Sari, S.Ked


NIM. FAB 117 021

Pembimbing:
dr. Sutopo, Sp. KFR
dr. Tagor Sibarani
BAGIAN/SMF REHABILITASI MEDIK DAN EMERGENCY MEDICINE
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKARAYA/RSUD DORIS SYLVANUS
2018
PENDAHULUAN
 Edema paru akut adalah keadaan patologi dimana cairan
intravaskuler keluar ke ruang ekstravaskuler, jaringan
interstisial dan alveoli, dapat terjadi karena kardiogenik
dan non kardiogenik. Salah satu penyebab terjadinya
edema paru non kardiogenik adalah karena gagal ginjal
 Di Indonesia, edema paru tersebar di seluruh wilayah
dengan insidensi 23,87 pada tahun 2013
 Tatalaksana awal yang diberikan bertujuan untuk
mempertahankan tekanan oksigen dan mengurangi cairan
edema secara adekuat. Apabila penatalaksanaan terlambat
diberikan, dapat menimbulkan kegagalan multiorgan
Laporan kasus
 PRIMARY SURVEY
Ny. L, 42 tahun
 Vital Sign :
 Tekanan Darah : 240/120 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Suhu : 36,5 0C
 Pernapasan : 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai otot bantu
pernapasan yaitu cuping hidung dan retraksi suprasternal dan intercostal.
 Airway : bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas
 Breathing : spontan, 32 x/menit, pernapasan torakal-abdominal, disertai
otot bantu pernapasan yaitu cuping hidung dan retraksi suprasternal dan
intercostal.
 Circulation : nadi 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Disability : compos mentis, E4M6V5, pupil isokor +/+
 Evaluasi masalah: Kasus ini merupakan kasus yang termasuk dalam
emergency yaitu pasien datang dengan keluhan sesak napas dimana pernapasan
32 x/menit. Pasien segera ditempatkan di ruang non bedah dan diberi label
merah.
 Tatalaksana awal : Tatalaksana awal pada pasien ini adalah pemberian O2
mask 8 lpm.
Identitas pasien
 Nama : Ny. L
 Usia : 42 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jl. Cempedak no. 11
Anamnesis
 Auto anamnesis
 Keluhan Utama : sesak napas
 Riwayat Penyakit Sekarang
 Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak ± 5 jam
sebelum masuk rumah sakit. Sesak napas timbul mendadak
dan tidak disertai mengi. Pasien lalu beristirahat untuk
mengurangi sesak napasnya tetapi tidak berkurang. Pasien
batuk berdahak sejak 1 hari. Batuknya terasa semakin
memberat sejak tadi pagi. Pasien mengaku saat batuk,
dadanya terasa sakit.
 Sebelumnya ±1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
mengeluh nyeri ulu hati yang terasa menyesak sampai ke
dada. Pasien merasa mual dan muntah ±5 kali dalam sehari
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Makan dan minum
berkurang. Pasien merasa pusing dan sakit kepala.
Pandangan kabur (+). Pasien tidak ada demam.
…anamnesis
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Pasien mempunyai penyakit gagal ginjal dan rutin cuci darah
setiap hari Senin dan Kamis. Pasien mengkonsumsi obat
rutin asam folat dan ketocid.
 Pasien juga mempunyai riwayat tekanan darah tinggi dan
jantung. Tetapi riwayat pengobatannya tidak jelas. Pasien
terkadang mengkonsumsi amlodipine tetapi tidak rutin.
 Pasien juga mempunyai riwayat gastritis dan sering
mengkonsumsi Mylanta.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Tidak ada keluarga pasien yang menderita sakit seperti ini.
Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum : Tampak sesak
 Kesadaran : Compos mentis
 Vital sign:
 Tekanan Darah : 240/120 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, regular, kuat angkat
 Suhu : 36,5 0C
 Pernapasan : 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai
otot bantu pernapasan yaitu cuping hidung dan
retraksi suprasternal dan intercostal.
 Kepala dan Leher
 Konjungtiva anemis (-/-)
 Sklera ikterik (-/-)
 Refleks pupil (+/+)
 Sianosis (-)
 Thoraks
 Paru-paru
 Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris kiri dan kanan,
penggunaan otot bantu pernapasan (+) yaitu cuping hidung,
retraksi suprasternal dan intercostal.
 Palpasi : massa (-/-)
 Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler +/+, rhonki (+/+), wheezing (-/-)
 Jantung
 Inspeksi : Iktus kordis terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba
 Auskultasi : Bunyi jantung 1 (S1) dan 2 (S2) normal,
mumur (-), gallop (-).
 Abdomen
 Inspeksi : Datar
 Auskultasi : Bising usus (+) normal
 Palpasi : supel
 Perkusi : Timpani
 Ekstremitas
 Akral hangat
 CRT < 2 detik
 Edema (-/-)
Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium
 Leukosit : 10.870/uL
 Hb : 10,3 g/dL
 Ht : 30,6%
 Trombosit : 142.000/uL
 GDS : 118 mg/dL
 Ureum : 76 mg/dL
 Creatinin : 8,74 mg/dL
radiologi
Diagnosis
 Edema Paru + Chronic Kidney Disease stadium V on
HD
Penatalaksanaan
 O2 NRM 12 lpm
 Venflon
 Furosemide 2 A
 Nebulizer Combivent + Flexotide
 Ranitidine 2x1 A/IV
 Ketocid 3xII tab
 Observasi keadaan umum anak, respirasi
 Konsul ke bagian penyakit dalam dan dirawat inap
Prognosis
 Quo ad vitam : dubia ad malam
 Quo ad functionam : dubia ad malam
 Quo ad sanationam : dubia ad malam
Pembahasan
 Edema paru adalah keadaan patologi dimana cairan
intravaskuler keluar ke ruang ekstravaskuler, jaringan
interstisial dan alveol, dapat terjadi karena edema paru
kardiogenik dan non kardiogenik
 Gejala paling umum dari edema paru adalah sesak
nafas, mudah lelah, lebih cepat mengembangkan
sesak nafas daripada normal dengan aktivitas yang
biasa (dyspnea d’effort), hipoksia, pada pemeriksaan
fisik didapatkan suara paru yang abnormal seperti
rhonki di seluruh lapang paru, suara rales atau cracles
…pembahasan
 Berdasarkan anamnesis, pasien datang dengan
keluhan sesak napas yang tidak disertai mengi. Nyeri
ulu hati yang terasa menyesak sampai ke dada, mual
dan muntah, pusing, sakit kepala dan pandangan
kabur. Pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
240/120 mmHg, nadi 98 x/menit, suhu 36,5 0C, dan
respirasi 32 x/menit, torakal-abdominal, disertai otot
bantu pernapasan yaitu cuping hidung dan retraksi
suprasternal dan intercostal.
…pembahasan
 Pasien biasanya dalam posisi duduk agar dapat
mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik
saat respirasi atau sedikit membungkuk ke depan
 retraksi inspirasi pada sela interkostal dan fossa
supraklavikula, JVP meningkat.
 Pada pemeriksaan paru akan terdengar ronki basah
setengah lapangan paru atau lebih dan terdapat wheezing.
Pemeriksaan jantung dapat ditemukan ditemukan gallop,
bunyi jantung 3 dan 4. Terdapat juga edem perifer, akral
dingin dengan sianosis.
 Pada edem paru non kardiogenik didapatkan khas bahwa
pemeriksaan fisik, pada perkusi terdengar keredupan dan
pada pemeriksaan auskultasi di dapat ronki basah dan
bergelembung pada bagian bawah dada
…pembahasan
 Pengobatan yang dilakukan di arahkan terhadap
penyakit primer yang menyebabkan terjadinya edema
paru tersebut disertai pengobatan suportif terutama
mempertahankan oksigenasi yang adekuat dan
optimalisasi hemodinamik sehingga diharapkan
mekanisme kompensasi tubuh akan bekerja dengan
baik bila terjadi gagal multiorgan.
 Pemberian oksigen sering berguna untuk
meringankan dan menghilangkan rasa nyeri dada.
…pembahasan
 Penatalaksanaan pada pasien ini di IGD mendapat O2
NRM 12 lpm, kemudian dilakukan pemasangan
venflon, diberikan furosemide 2 ampul untuk
mengeluarkan cairan di dalam tubuhnya, dinebulizer
menggunakan combivent dan flexotide, lalu diberikan
ranitidine dan ketocid. Pasien secara rutin diobservasi
keadaan umum dan respirasinya. Pasien dikonsulkan
ke bagian penyakit dalam dan dirawat inap
Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien Ny. L, 42 tahun datang dengan
keluhan sesak napas. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang, didapatkan diagnosis
pasien ini mengarah ke edema paru dan kronik kidney
disease stadium V on HD. Edema paru pada pasien ini
disebabkan oleh non kardiogenik yaitu karena adanya gagal
ginjal. Penatalaksanaan pada pasien ini di IGD mendapat O2
NRM 12 lpm, kemudian dilakukan pemasangan venflon,
diberikan furosemide 2 ampul untuk mengeluarkan cairan di
dalam tubuhnya, dinebulizer menggunakan combivent dan
flexotide, lalu diberikan ranitidine dan ketocid. Pasien secara
rutin diobservasi keadaan umum dan respirasinya. Pasien
dikonsulkan ke bagian penyakit dalam dan dirawat inap.
Daftar pustaka
1. Huldani. Edema paru akut. Jurnal CDK Vol. 45 no. 2.
2013
2. Nendrastuti H, Soetomo M. Edema paru akut
kardiogenik dan non kardiogenik. Majalah
Kedokteran Respirasi Vol. 1 no. 3. 2010.
3. Faradilla. Gagal ginjal kronik. Majalah Kedokteran
Vol. 11 no. 1. Pekanbaru: 2010.

Anda mungkin juga menyukai