KEBIJAKAN
JALAN
PELATIHAN
PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
BEKERJA KERAS
BERGERAK CEPAT
KOMPETENSI DASAR
(01 BM) Level 2 BERTINDAK TEPAT
BEKERJA KERAS
BERGERAK CEPAT
INDIKATOR HASIL BELAJAR
BERTINDAK TEPAT
PENGERTIAN
PENYELENGGARAAN JALAN 1
Indonesia/ ALFI)
Tingginya permintaan lalu lintas barang dan jasa terhadap infrastruktur jalan
84% lalu lintas angkutan penumpang dan 90% lalu lintas angkutan barang bertumpu
pada jalan.
hanya ± 7% lalu lintas angkutan barang menggunakan moda transportasi laut.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PENGERTIAN PENYELENGGARAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH JALAN
Penumpang barang
utama (2,7 jam/100km). Hal ini
mengakibatkan tingginya biaya logisitik di
Indonesia.
7,3% 5,3% 7%
0,6% 1,8% 1,5%
0% 0%
KOTA
KOTA 1. Jalan Sistem Primer
(Antar Kota)
KOTA
KOTA (Menerus dalam Kota)
HIERARKI JALAN
Angkutan yang dilayani Utama Pengumpul Setempat Lingkungan
20 Km/jam
Vol. & Kec.
rendah Areal Permukiman Semakin Dominan
Semakin Bertambah
Akses dikontrol Peruntukan Jalan Akses dan Parkir Akses tidak dikontrol
penuh
AKSESIBILITAS
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PENGERTIAN PENYELENGGARAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH JALAN
JALAN MENURUT STATUS
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
• JALAN NASIONAL
Merupakan jalan arteri dan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang mengubungkan antar ibukota provinsi, dan
jalan strategis nasional, serta jalan tol
• JALAN PROVINSI
Merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota
kabupaten/kota, atau antar ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi
• JALAN KABUPATEN
Merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukota
kecamatan, antar ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem
jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten
• JALAN KOTA
Merupakan jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan antar pusat
permukiman yang berada di dalam kota
• JALAN DESA
Merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman di dalam desa serta jalan lingkungan
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
PENGERTIAN PENYELENGGARAAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH JALAN
Pusat Kota
Kemacetan sebagai dampak sistem
Primer menerus vs melingkar
jaringan jalan yang belum optimal
• Jalan Primer menerus dalam Kota
Pusat Kota
• Penggunaan Ruang Milik Jalan
(Rumija) untuk penggunaan yang
tidak semestinya seperti untuk pasar
tumpah maupun lahan parkir
kendaraan, menyebabkan ruas jalan
tidak berperan sebagaimana
fungsinya
Industri
lokal
Jalan nasional
bahan
Jalan provinsi
mentah
Bahan Jalan kab/kota
Pengolahan
mentah
bahan mentah
Jalan merupakan salah satu moda transportasi terpenting di Indonesia sebagai bagian dari sistem
logistik nasional yang berperan sebagai prasarana distribusi sekaligus pembentuk struktur ruang
wilayah.
Jaringan jalan sebagai upaya penyediaan end-to-end point services.
Sehingga diperlukan sinergitas antara jaringan jalan nasional, provinsi, dan kabupaten/ kota.
• Selama tahun 2015 hingga tahun 2017, panjang jaringan jalan di Indonesia telah bertambah 13.739 km (khususnya jalan
provinsi, dan kabupaten/ kota) sehingga panjang keseluruhan jaringan jalan di Indonesia saat ini adalah 525.044 km.
• Namun demikian dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas rata – rata mencapai 9%/tahun sementara penambahan panjang
jalan hanya 2%/tahun, terjadi ketimpangan antara ketersediaan jalan (supply) dengan kebutuhan transportasi (demand).
• Selain itu, ketimpangan juga terlihat dari kemantapan jalan nasional dan jalan daerah.
• Saat ini, kemantapan jalan nasional telah mencapai 92,27% (semester 2 tahun 2018).
Jalan
26.853,48 34.628,84 38.619,82 47.017,27
nasional
REGULASI DALAM
PENGEMBANGAN JALAN 2
3.REGULASI DAN MASALAH HUKUM BIDANG JALAN b. RENCANA UMUM JARINGAN JALAN
4. LAIN LAIN
a. Permohonan Uji Materi Undang undang Jalan
b. Informasi Publik
c. Pelayanan Publik
REVISI KEPUTUSAN MENTERI PU DASAR HUKUM UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
tentang Penetapan Fungsi dan Status Jalan PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
JALAN PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
TATA LALU
RUANG LINTAS KM No. 49 Tahun 2005 tentang SISTRANAS
UU No. 22 Tahun 2009 tentang LLAJ
UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan
Pasal 8 ayat (6) dan 9 ayat (7)
Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan diatur dalam Peraturan Pemerintah
Ketentuan lebih lanjut mengenai status jalan umum diatur dalam Peraturan Pemerintah
Sistem jaringan jalan primer ditetapkan dengan Kepmen dengan memperhatikan pendapat menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang transportasi
PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan Pasal
Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsinya untuk jalan arteri dan jalan kolektor yang menghubungkan antar
60, 61 ayat (1) & (2) beserta penjelasannya;
serta Pasal 62 ayat (1) & (6) beserta ibukota provinsi dalam sistem jaringan jalan primer dilakukan secara berkala dengan Kepmen
penjelasannya Penetapan status suatu ruas jalan sebagai jalan nasional dilakukan dengan memperhatikan fungsi jalan yang telah
ditetapkan oleh Menteri
Penetapan ruas-ruas jalan menurut fungsi dan statusnya dilakukan sesuai dengan tingkat perkembangan wilayah
yang telah dicapai secara berkala (PALING SINGKAT 5 (LIMA) TAHUN)
Mampu menjaga tata guna lahan pada kedua sisi jalan (mengurangi
hambatan samping)
Ket:
RUJPJJN : Rencana Umum Jangka Panjang Jaringan Jalan Nasional
RUJMJJ : Rencana Umum Jangka Menengah Jaringan Jalan
RUJMJJN : Rencana Umum Jangka Menengah Jaringan Jalan Nasional
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
TA 2016
c. BEBERAPA REVISI KETENTUAN
JANGKA PANJANG:
Dokumen perencanaan jalan
Penetapan fungsi jalan nasional yang mencakup
sesuai arahan RTRWN & rumusan mengenai tujuan dan
Sistranas sasaran yang hendak dicapai
dalam jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun Kebijakan dan strategi
pencapaian target dari
JANGKA MENENGAH:
arahan RPJMN 2015-2019
Penetapan status jalan Dokumen perencanaan jalan
nasional yang mencakup
sesuai kewenangan rumusan mengenai tujuan dan
berdasarkan penetapan sasaran yang hendak dicapai
fungsi jalan dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun
DEFINISI DAN Definisi: Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan
Usulan Rencana JBH masuk secara penuh dan tanpa adanya persimpangan sebidang dilengkapi
KRITERIA dengan pagar ruang milik jalan
PENGEMBANGAN
JARINGAN JALAN • Definisi: Pembangunan jalan sampai pada kondisi fungsional dengan
memenuhi beberapa kriteria:
Usulan Rencana Jenis perkerasan minimal gravel
Pembangunan Sungai telah terhubung oleh jembatan
Jalan Baru Kelandaian maksimum 10% dan toleransi menjadi 15% utk medan
ekstrem
Memenuhi kecepatan rencana 60 km/jam
Usulan Peningkatan Kapasitas Definisi: Jalan eksisting dengan kondisi 2 lajur 2 arah & lebar<12,0 m
(Penambahan Lajur Lalu dilebarkan menjadi 14,0 m dan 4 lajur 2 arah
Lintas, Kriteria : Tingkat Pelayanan Jaringan Jalan mencapai kategori “D: Lambat
Lebar 14,0 m) menuju Macet dan V/C ratio > 0,75)
Pembangunan Jalan Strategis Pembangunan missing link menuju Pembangunan jalan lingkar
mendukung perbatasan, kawasan Pelabuhan, Bandara, ASDP
industri, pariwisata (KSPN), KEK
Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2015-2019
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
Nasional tahunan
Pedoman
Pedoman
Pedoman
Pedoman Diacu
Pedoman
Pedoman Pedoman
Pedoman
Renstra K/L Renja RKA
Kontrak Kinerja
Kinerja K/L K/L
Dijabarkan
Dijabarkan
Dijabarkan
Dijabarkan
Renstra DIPA K/L
Ditjen. Bina Marga
Sumber: SOP Ditjen. Bina Marga No. SOP/UPM/DJBM-31 tanggal 1 April 2017 tentang Perencanaan
Jangka Menengah (Rencana Strategis Ditjen Bina Marga)
Laporan Kinerja
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH Organisasi
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
RKA-KL
MUSRENBANG/
TRILATERAL
MEETING
KEUANGAN
RKT Final
(Kemkeu/Bappenas)
NOTA (Kemkeu)
(Kemkeu/Bappenas)
INDIKATIF ANGGARAN
INDIKATIF
ALOKASI
(Bappenas) PAGU
PAGU
(Bappenas)
DIPA
RKP
PERPRES RKP
PERPRES
SATKER
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
SIKLUS PENYELENGGARAAN JALAN •Kesesuaian Tata Ruang
1 (Nas/ Prov/ Kab/ Kota/ Pulau)
• Evaluasi kinerja dan 8 Perencanaan
Umum 2 •Perencanaan jangka panjang,
masukan kebijakan Evaluasi Pasca (Planning)
Programming • Pra-Konsultasi menengah, rencana strategis
Kegiatan
untuk peningkatan Regional
kinerja masa datang • Musrenbangnas
• Membangun kaitan sistem dan jaringan transportasi dengan investasi untuk mendukung
Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Prioritas, Sistem Logistik Nasional, Kawasan Strategis Meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar profesional
Pariwisata Nasional prioritas dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-
koridor ekonomi
Kondisi 2015 Sasaran Strategis Ditjen Bina
Kondisi 2019
• Kemantapan Jalan Nasional 86% Marga
• Meningkatnya dukungan
Kemantapan Jalan Provinsi 71% • Kemantapan Jalan Nasional: 98%
konektivitas bagi penguatan
• Kemantapan Jalan Kab/Kota 57% daya saing • Kemantapan Jalan Daerah: 70%
• Waktu tempuh di koridor utama: 2,7 • Waktu tempuh di koridor utama:
Meningkatnya Kemantapan
jam/100 km 2,2 jam/100 km
Jalan Nasional
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
ISU STRATEGIS PENDANAAN PROGRAM PENYELENGGARAAN JALAN
Pendanaan tidak sesuai dengan kebutuhan Renstra
• Sesuai dengan RPJMN dan Renstra Kementerian PUPR, alokasi pembiayaan penyelenggaraan jalan nasional adalah Rp 278
Trilyun.
• Sementara itu alokasi DIPA/RKAKL yang diterima oleh Ditjen Bina Marga diperkirakan hanya tercapai Rp. 223 Trilyun hingga
tahun 2019.
• Backlog anggaran Ditjen Bina Marga diperkirakan mencapai Rp. 54,9 Trilyun pada tahun 2019.
• Target kinerja akan terdampak karena adanya backlog tersebut diantaranya target kemantapan jalan, target peningkatan
jembatan dan kondisi fisik pembangunan jalan yang belum semuanya teraspal.
• Salah satu solusi untuk mengatasi backlog pendanaan adalah penerapan skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha-
Availability Payment (KPBU-AP) untuk sektor pengembangan jaringan jalan.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
PENDANAAN APBN PADA DITJEN. BINA MARGA
223 Triliun
Panjang Jalan Nasional : Panjang Jalan Nasional :
38.569 KM 47.017 KM
Dalam RPJMN 2015-2019, kebutuhan program penyelenggaraan jalan sebesar Rp 248 Triliun.
Kebutuhan investasi di sektor jalan cenderung meningkat (sebagai dampak penambahan panjang
jalan nasional), namun tidak sejalan dengan alokasi APBN yang tersedia.
Pembangunan Jalan Strategis Pembangunan missing link menuju Pembangunan jalan lingkar
mendukung perbatasan, kawasan Pelabuhan, Bandara, ASDP
industri, pariwisata (KSPN), KEK
Sumber: Renstra Ditjen. Bina Marga 2015-2019
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
KONEKTIVITAS JARINGAN JALAN NASIONAL DENGAN SEKTOR LAIN
Fungsi jalan sebagai konektivitas untuk membentuk struktur tata ruang (akses pada pusat-pusat kegiatan nasional dan
kawasan strategis nasional; serta mendukung antarmoda (pelabuhan, bandar udara, ASDP, terminal)
Pelabuhan Utama (PU) dan Pelabuhan Pengumpul (PP)
Jaringan jalan nasional
menghubungkan antara Pelabuhan
Pusat
PKN-PKN, PKN-PKW, Kegiatan Bandar Pengumpul Primer (PP),
Udara
PKN/PKW dengan Nasional Pengumpul Sekunder (PS), dan
pelabuhan/ bandar udara Pengumpul Tersier (PT) yang
utama/ pengumpul terletak di ibukota provinsi
Dukungan
Pariwisata
Jaringan ASDP
ASDP sebagai jalur
Jalan imaginer jaringan jalan
10 Kawasan Nasional
dan ASDP antar
Strategis Pariwisata provinsi
Nasional (KSPN)
14 Kawasan Industri Industri Terminal Dukungan jaringan jalan
Prioritas (KI) dan Terminal nasional pada terminal tipe A
8 Kawasan Ekonomi Peti
Kemas Dryport sebagai bagian dari
Khusus (KEK) (dryport)
kelengkapan pelabuhan utama
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
Dukungan Jalan terhadap Pembangunan 24 Pelabuhan (Tol Laut)
RPJMN 2015 – 2019:
Terwujudnya Tol Laut dalam upaya meningkatkan pelayanan angkutan laut dan meningkatkan konektivitas laut
nasional, melalui:
• Pembangunan 24 pelabuhan untuk menunjang tol laut (termasuk Bitung dan Kuala Tanjung sebagai New
International Hub
• Pengembangan 60 dermaga penyeberangan
Ket:
Jalur rencana Pelabuhan Hub
Jalur rencana Pelabuhan Feeder
Dukungan jaringan jalan nasional: Pelabuhan Utama (PU) dan Pelabuhan Pengumpul (PP) (Permen PU No. 03/PRT/M/2012)
Seluruh pelabuhan telah diakses oleh jaringan jalan nasional eksisting (termasuk Jalan Tol Belawan-Medan-Tanjung Morawa)
Sintete
Manado Tua
Ciremai
Bastiong
Nias
Selatan Folley
Penajam Malili
Tanjung
Api-api
Pinrang Sikeli
Gangga
Pare-pare Bombana Weda
Maros
Bakauheni Padang Bai
Gilimanuk
Merak
Wayaloar
P. Nyamuk, Ketapang Kayangan Lembar Poto Tano Raha Raijua Kaladupa Moa Kaonda
Karimun Jawa
Kajadoi
Leti Wunlah Toyando Warem
Dukungan jaringan jalan nasional : ASDP yang melayani angkutan penyeberangan antar
provinsi
telah diakses oleh jaringan
Dari 60 ASDP: jalan nasional
• 39 ASDP telah diakses oleh jaringan jalan nasional
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH belum diakses
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
10 Wilayah
Pengembangan Industri Batulicin
Jorong Teluk Bintuni
(Tanah Laut)
(WPI)
Tanggamus
Bantaeng
Ket:
Sumber: RPJMN Hal 6-127 KI Prioritas 2015-2019
58
4 KSPN yang
tidak beririsan
dengan 25 KSPN
Prioritas (Surat
Kementerian
Pariwisata)
10 KSPN Prioritas
Faktor utama terealisasinya sasaran konektivitas adalah fokus Ditjen. Bina Marga pada pembangunan koridor
baru di kawasan terluar dan tertinggal, seperti perbatasan di Kalimantan, NTT, dan Papua, serta jalur Trans Papua.
Sulitnya Ditjen. Bina Marga dalam menjaga kondisi jalan nasional adalah ketidaksesuaian alokasi anggaran dengan
besaran kebutuhan preservasi jalan nasional, bahkan sejak tahun 2016 sehingga menyebabkan perlunya
pertukaran prioritas program tahunan yang berdampak pada tidak tercapainya sasaran kemantapan jalan.
INTEGRITAS * PROFESIONAL * ORIENTASI MISI * VISIONER * ETIKA-AKHLAKUL KARIMAH
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN, PERMUKIMAN
KEBIJAKAN DALAM PENGEMBANGAN JALAN
DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PUPR
PENUTUP
• Jaringan jalan merupakan prasarana distribusi dan sekaligus pembentuk struktur ruang wilayah dimana
penataan sistem jaringan jalan tidak terlepas dari Rencana Tata Ruang Wilayah;
• Dalam pelaksanaan Penyelenggaraan Pembangunan Jalan harus selalu mengikuti Regulasi yang berlaku
sesuai tahapan dan proses yg sedang dilaksanakan;
• Kebijakan penyelenggaraan jalan tidak terlepas dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
dan Rencana Strategis DJBM;
• Rencana Strategis DJBM 2015-2019 merupakan dasar penyusunan program Ditjen. Bina Marga dengan
sasaran strategis yang meliputi:
Meningkatkan kemantapan jalan nasional melalui preservasi jalan (asset management)
Meningkatkan dukungan konektivitas bagi peningkatan daya saing melalui pengembangan jalan
nasional dan dukungan jalan daerah
• Dari pusat produksi hingga ke outlet, angkutan harus melalui semua fungsi jalan yang sehingga
mantapnya jaringan jalan nasional menjadi kurang bermakna tanpa kemantapan jalan daerah.
PELATIHAN
PEJABAT INTI SATUAN KERJA (PISK)
BIDANG JALAN DAN JEMBATAN
PERTANYAAN
REGULASI DAN KEBIJAKAN JALAN
Jawaban ditulis tangan pada form yang
telah disediakan dan diupload melalui e-
pelatihan dalam bentuk PDF.
1. Jelaskan tentang prinsip penyelenggaraan jalan!
DOWNLOAD FORM
2. Jelaskan mengenai regulasi dalam
penyelenggaraan jalan!
3. Jelaskan mengenai kebijakan pengembangan jalan
di lingkungan kementerian PUPR!
4. Berikan contoh kasus apa yang perlu didiskusikan
di kelas terkait materi ini.