PERTEMUAN 6 Rabiyatul Alawiyah, S.Pd, ME TUJUAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mampu menjelaskan
tentang peta pemikiran ekonomi islam 1. Normativisme 2. Normativisme – positivism 3. Analisis kritik Normativisme
Normativisme merupakan pemikiran ekonomi Islam yang lebih mempopulerkan
norma-norma yang terkandung dalam sumber-sumber Islam (al-Qur'an, Hadits, dan Fiqh). Bahkan, jika normatifisme dijadikan sebagai pemikiran yang absolut, maka ekonomi Islam akan menjadi pilihan mutlak tanpa mempertimbangkan kondisi- kondisi perkembangan ekonomi kontemporer. Jika merujuk pada pendapat Adiwarman Karim, maka model pemikiran ini cenderung pada yang dikembangkan oleh Baqir as-Shadr dengan bukunya Iqtishaduna. Ia menjustifikasi bahwa ilmu ekonomi tidak pernah bisa sejalan dengan Islam. Ekonomi tetap ekonomi, dan Islam tetap Islam. Keduanya berasal dari filosofi yang saling kontradiktif. Normatifisme-Positivisme
Normatifisme-Positivisme termasuk campuran antara pemikiran ekonomi Islam
yang bersumber dari al-Qur'an, hadits, dan fiqh yang bisa diselesaikan dengan paradigma positivistik. Tesis positivisme bahwa ilmu adalah satu-satunya pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang mungkin dapat menjadi objek pengetahuan. Metode ini dapat dilihat pada karya-karya M.Umer Chapra, M.Abdul Mannan, M. Nejatullah Siddiqi, Monser Kahf, Muhammad Yunus dan lain-lain. Pada saat ini, faham ini juga menjadi bagian yang paling banyak diminati oleh ilmuan Islam di bidang ekonomi. Oleh karenanya, Adiwarman menyebutnya dengan madzhab mainstream , aliran besar yang banyak dijadikan landasan dalam berpikir. Dalam model ini, fakta- fakta ekonomi yang digali tidak begitu berbeda dengan pendapat konvensional, hanya saja yang membedakan adalah cara penyelesaian permasalahan. Analisis Kritik
Dipelopori oleh Timur Kuran (Ketua Jurusan Ekonomi di University of Southern
California), yaitu mengkritisi kedua madzhab diatas. Mereka berpendapat yang perlu dikritisi tidak saja kapitalisme dan sosialisme, tetapi juga ekonomi Islam itu sendiri. Dari sekian literatur dan perkembangan perekonomian Islam di dunia, tampaknya madzhab normativisme-positivisme lebih fleksibel dan dominan dalam berkiprah. Seperti yang ditulis oleh Muhammad Muslehuddin, bahwa sesungguhnya esensi daripada ekonomi Islam adalah perilaku dan sistem ekonomi yang dibangun (estabilished) dan ditegakkan berdasarkan syari'ah, dan (kemungkinan) menerima unsur ekonomi lainnya selama tidak bertentangan dengannya.