01 Manusia Dan Alam Semesta
01 Manusia Dan Alam Semesta
Semesta
HAKIKAT
KEBENARAN
Untuk memahami mengapa berbagai disiplin ilmu dan teknologi tidak
sepenuhnya mampu memahami misteri keberadaan alam semeta dan
tidak lagi sepenuhnya dapat menjelaskan dan memecahkan berbagai
permasalahan dunia saat ini, maka perlu kita renungkan apa yang
dinyatakan oleh E.F Schumecher ( dalam Eko Wijayanto dkk, 2002 )
sebagai empat kebenaran yaitu:
1. Kebenaran ( hakikat ) tentang eksistensi ( dunia/alamsemesta)
2. Kebenaran tentang alat ( tools ) yang dipakai untuk
memahami dunia
3. Kebenaran cara belajar tentang dunia
4. Yang dimaksud dengan hidup di dunia
HAKIKAT EKSISTENSI
(DUNIA/ALAM SEMESTA)
Jalaluddin Rakhmat ( 2001 ) melihat proses berfikir sebagai komunikasi intrapersonal yang meliputi : sensasi,
persepsi, memori, dan berfikir. Hal ini juga secara jelas disebutkan dalam buku Bhagawad Gita, sloka 6.5 yang
terjemahannya sebagai berikut :
“Seseorang harus menyelamatkan diri dengan bantuan pikirannya, dan tidak menyebabkan dirinya merosot. Pikiran
adalah kawan bagi roh yang terikat, dan pikiran juga musuhnya. Sifat pikiran adalah liar, tidak ubahnya seperti kuda
liar, atau kera, namun manusia juga mempunyai kemampuan untuk mengendalikan pikiran agar menjadi jinak,
tenang. Hanya melalui ketenangan pikiran manusia baru dapat menembus kesadaran yang lebih tinggi.
Erbe Sentanu (2007) mengatakan bahwa pikiran rasional bukanlah kemampuan tertinggi
yang dimiliki umat manusia. Di atas pikiran rasional masih ada kesadaran murni ( sering
juga disebut kesadaran transcendental, kesadaran tak terbatas, atau kesadaran roh/atma).
Lapisan sadar berhubungan dengan dunia luar dalam wujud sensai dan berbagai
pengalaman yang disadari setiap saat.
Krishna (1999) membagi kesadaran manusia ke dalam lima tingkat kesadaran/lapisan
utama, sebagai berikut :
1. Lapisan kesadaran fisik
2. Lapisan kesadaran psikis
3. Lapisan kesadaran pikiran
4. Lapisan intelegensia
5. Lapisan kesadaran murni
TUJUAN DAN MAKNA
KEHIDUPAN
ALAM SEMESTA SEBAGAI SATU KESATUAN SISTEM
Siapapun pasti sependapat dan
Alam semesta beserta seluruh isinya sebenarnya merupakan satu
tidak ada yang membantah bahwa
kesatuan sistem.
tujuan umat manusia adalah
memperoleh kebahagiaan. Jogiyanto (1988), menyebutkan bahwa setiap sistem
Namun dalam kehidupan sehari- mempunyai karakteristik/ciri-ciri sebagai berikut,
hari, apalagi dalam era dewasa ini 1. Mempunyai komponen-komponen
yang dipenuhi oleh filsafat 2. Ada batas suatu sistem (boundaries)
matrealisme, semakin banyak orang 3. Ada lingkungan luar sistem (environment)
yang tidak merasa bahagia. 4. Ada penghubung (interface)
Kebahagiaan seolah-olah menjadi 5. Ada masukan (input), proses (process), dan keluaran (output)
langka. 6. Ada sasaran (objective) atau tujuan (goal)
Banyak pakar etika yang masih
membedakan antara etika dengan
spiritualitas, padahal keduanya
mempunyai hubungan yang Sejatinya, setiap manusia harus
sangat erat dan tidak dapat menyadari bahwa kesempatan
dipilah-pilah. hidup didunia ini hendaknua
dimanfaatkan sebaik-baiknya
SPIRITUALIT untuk mencapai tingkat
AS DAN kesadaran Tuhan ( kesadaran
ETIKA transedental/kesadaran spiritual).
Bila kesadaran spiritual telah
tercapai, maka kesadarn etis pun
Pemahaman tentang etika yang terpisah dari spiritualitas
ini sangat keliru. Dengan pemisahan pemahaman seperti akan tercapai.
ini, bisa saja seseorang yang telah mempelajari teori-teori
etika dan telah berkali-kali mengikuti kode etik, tetapi
belum menjamin bahwa perilakunya bersifat etis selama
kecerdasan spiritual ( SQ )-nya masih rendah. Sebaliknya
orang yang mempunyai SQ tinggi sudah pasti mempunyai
perilaku etis yang tinggi pula.