Anda di halaman 1dari 9

HUKUM WARIS ADAT

BATAK
NOMOR/182/PDT.P/2014/PN KRG
FAIQ AISYAH
KASUS POSISI

Terdapat Alm. Yakob Sitinjab menikah dengan Alm. Tolping Boru Sinagah pada 1915. Namun tidak
mempunyai keturunan. Oleh sebab itu, sang istri menyuruh suaminya untuk menikah lagi sekitar 1930
kepada tungkot yakni Alm. Sanggul Boru Sinagah. Dan akhirnya memiliki dua anak perempuan dari istri
kedua (Penggugat I dan II).
Sang ayah menikah lagi secara sah namun diam-diam dengan Almh. Tiona Boru Tamba agar bisa
mendapatkan anak laki-laki. Dari Perkawinan tersebut memiliki lima anak, dua cowok dan tiga cewek.
Sebelum Yakob Sitinjab meninggal, ia mewariskan sebidang tanah kepada dua istri sahnya. Namun, lima
anak dari istri madu Alm. Yakob Sitinjab ini menyalahgunakan tanah ini sebagai hak milik mereka berlima.
Karena hal ini, kedua anak dari istri kedua menggugat masalah ini.
ISSUE

Apakah tergugat benar-benar salah dalam kasus ini?


REGULATION
a. Hukum Dalihan Natolu, yakni ADAT BATAK yang - Putusan Mahkamah Agung RI No. 415 K/SIP/1970,
mengatakan: tanggal 16 Januari 1971 bahwa hukum adat di daerah Tapanuli
kini telah berkembang ke arah pemberian hak yang sama
Niduda rimbang, nilaokhon gala-gala, kepada anak perempuan dan laki-laki;
Ndang sala marimbang, asal masiula di ibana.
artinya, dimadu tidaklah salah asalkan masing-masing
mengerjakan peerjaannya dan tidak salin berebut
C. Hukum Nasional
b. Yurisfrudensi MA-RI, antara lain:
- Menurut hukum Nasional UUD 1945 pasal 27 ayat 1,
- Putusan Mahkamah Agung RI No. 1979 K/SIP/1961, yaitu laki-laki dan perempuan adalah sama hak dan
tanggal 01 November 1961, pembagian harta warisan bagian kedudukannya dalam hukum tertulis dan tidak tertulis,
anak laki-laki adalah sama dengan bagian anak perempuan; termasuk hak waris
- Putusan Mahkamah Agung RI No. 136 K/SIP/1967, - Bahwa Undang-undang Pokok Agraria Pasal 9 ayat 2:
tanggal 31 Januari 1968, bahwa seorang anak perempuan patut Tiap-tiap warga negara Indonesia baik laki-laki maupun
diberikan bagian harta warisan ayahnya menurut adat Batak; perempuan punya kesempatan sama untuk memperoleh hak
atas tanah maupun hasilnya.
ANALYSIS
ARGUMENT

Tergugat tidak bersalah dalam kasus ini dilihat dari hukum waris adat batak dan hukum nasional
REASONING

Gugatan yang di ajukan oleh kedua penggugat tersebut, menurut Hukum Adat Batak dan Hukum Nasional
Yang berlaku di Indonesia adalah tidak tepat, gugatan yang Tidak Mendasar karena
1. Para pihak tergugat I, II dan turut tergugat adalah keturunan yang sah
2. Dalam Hukum Adat Batak, apabila seseorang bapak/suami meninggal dunia, pewaris sekaligus
menguasai harta dan orang meninggal adalah anak Laki-laki yang paling besarl Putra Sulung.
3. Hal yang disampaikan berupa bukti seperti luas tanah tidak sesuai dengan yang ada di lapangan
4. Seluruh harta Alm. Yakob sampai saat ini belum pernah ada pembagian diseluruh keturunannya.
EVIDENCE

1. Adat batak yang menyangkut azas patrineal yang artinya penguasa harta seharusnya anak laki-laki
tertua yaitu sang tergugat
2. Putusan Negeri Balige Nomor 01/Pdt.G/2015/PN.Blg terdapat kesalahan penerapan hukum dalam hal
ini menyebabkan putusan tersebut menjadi cacat hukum
3. Gugatan tidak jelas karena hukum perpindahan tanah tidak jelas
4. Terdapat beberapa dokumen palsu dari tergugat
LINKBACK

Jadi, dengan bukti dan fakta hukumnya menurut kami pihak tergugat bersalah
CONCLUSION

Tergugat tidak benar-benar bersalah dalam kasus ini. Bahkan,


tergugat telah dicurangi oleh pihak penggugat. Keputusan hakim
yang diberikan berupa denda dan ganti rugi menurut kami cukup
tepat

Anda mungkin juga menyukai