Anda di halaman 1dari 86

HUKUM KEORANGAN /

BADAN PRIBADI
(PERSONEN RECHT)
I. Orang, badan pribadi (natuurlijk
/ mens persoon)
II. Badan hukum, pribadi hukum
(rechtspersoon)

Manusia : gejala biologis


Orang : gejala hukum

Orang & badan hukum: subyek hukum


pendukung hak dan kewajiban

UUDS Ps 10 menentukan a.l:


Tiada seorang boleh diperbudak,
diperulur dan diperhamba.
Wirjono Prodjodikoro:
Budak : manusia yg tidak mempunyai
hak (seperti barang, dapat dijual,
disewakan seperti sapi, kerbau dsb).

Ulur: seorang manusia yg ikut raja /


pembesar, tdk mempunyai hak dan
dpt diperlakukan sebagai barang.

Hamba:
orang yang punya pinjaman
uang berjanji, bahwa
kreditur dpt berbuat
sekehendaknya atas dirinya
sampai hutangnya dibayar
lunas.

<> Jadi t i d a k semua


manusia adalah: o r a n g
(dlm hukum)

Marry Rabinson, Komisaris


Tinggi PBB urusan hak asasi
menyatakan:
Tiap tahun _+ 200.000 perempuan &
anak2 di Asia Tenggara dijual-belikan,
diangkut tanpa kemauan mereka,
dipaksa jadi pelacur, dipakai obyek
pornografi, kerja paksa (h u m a n
t r a f f i c k i n g).
[Tabloid Republika, 13-5-2005]

Hukum Adat
I. Anak kecil: belum cakap bertindak
II. Belum mandiri (onvolwassenen):
cakap bertindak sesuai dg perkembangan jiwa raganya
II. Mandiri (volwassenen): cakap penuh
(Prof. M.M.Djojodigoeno)

M.M. Djojodigoeno dan ter Haar:


Saat seorang manusia menjadi volwassen
(mandiri) setelah kawin, hidup sendiri
dalam rumah tangga sendiri:
(1)menempati bilik sendiri di rumah orang
tuanya;
(2)menempati rumah sendiri di atas pekarangan orang tua;
(3)menempati rumah sendiri di atas pekarangan sendiri.
purna jeneng: cakap penuh

# Dalam keadaan khusus orang yang belum


tidak kawin dianggap telah purna jeneng
Yurisprudensi:
Raad van Justitie Jakarta tgl 15-10-1908
memutuskan: khusus bagi kaum wanita untuk
dapat dianggap cakap menyatakan
kehendaknya sendiri (mondigheid), sbb:
(1)umur 15 tahun;
(2)masak untuk hidup sebagai isteri (geslachts
rijp-heid);
(3)cakap untuk melakukan perbuatan2 sendiri.
dua criteria dipadukan: BW dan HA

Ptsn PT Medan, 21-8-1975 No. 67/1957:


Tentang hutang piutang yng dibuat dg
surat perjanjian antara seorang wanita
(gadis), di mana si ibu bertanda tangan
sebagai saksi, dengan seorang wanita
lain. Faktor2 penting dari peristiwa tsb ,
sbb:
1. Anak (gadis) masih tinggal serumah
dengan ibunya.

2. Si anak mempunyai mata pencaharian


sendiri (berjualan di pasar Pematang
Siantar)
3. Segala penghasilan untuk dia sendiri.
4. Di samping itu dia berjualan barang2
perhiasan.
5. Di Pematang Siantar banyak para wanita memperdagangkan perhiasan2, di
antara mereka banyak anak gadis.
6. Si ibu bertandatangan di dalam surat
hutang hanya sebagai saksi.

Dengan bersendikan fakta di atas, meskipun tidak diketahui berapa umur


gadis itu, ia sudah bertanggung jawab
atas hutang tsb. Menurut hemat, implicite, Pengadilan Tinggi memutuskan,
bahwa si anak, ybs adalah sudah dewasa dan mempunyai wenang tindak, sehingga dia harus menanggung resiko
dari segala perbuatannya dalam
hukum.

Ptsn MA, tgl 211-1976l:


seorang anak menuntut biaya
hidup dan pendidikan kepada
ayahnya yg bercerai dari ibunya,
karena anak tsb telah berumur
20 th, ia dipandang sudah
dewasa, maka tuntutannya tidak
dikabulkan.

BADAN HUKUM
# Badan hukum (rechtspersoon) merupakan
orang (persoon) ciptaan hukum. Sebab2
terjadinya:
1. Adanya suatu kebutuhan untuk memenuhi
kepentingan2 tertentu atas dasar kgiatan2 yg
dilakukan bersama (oleh pribadi2 kodrati).
2. Adanya tujuan idiil yg perlu dicapai tanpa
senantiasa tergantung pada pribadi kodrati
secara perorangan.
(Purnadi Purbacaraka &
Soerjono Soekanto)

Badan hukum harus mempunyai tujuan, harta kekayaan (terpisah dari


harta kekayaan anggota), dan pengurus
sendiri.
Contoh:
# Masyarakat / persekutuan hukum:
desa, marga, huta, nagari, negeri,
kaum, dati.
# Perkumpulan2: subak (Bali), mapalus
(Minahasa), mohakka (Salayar).

Beberapa keputusan MA
mengenai masyarakat hukum
1.Tgl 19-9-1956 No.39 K/Sip/1956:
orang yg mendapat tanah dari desa atas
dasar pinjamam, dpt mengalihkannya kpd
pihak lain jika ada izin dari desa
(daerah Lamongan).
2. Tgl 9-3-1960 No. 65K/Sip/ 1960:
untuk sahnya hak atas tanah diperlukan
keputusan desa (Klaten)

3.Tg.24-8-1960 No.239K/Sip/1960:
menyangkut hak masyarakat hukum adat
atas tanah di Tapanuli, bahwa di dalam hal
terjadinya perampasan tanah, maka huta
yg harus menuntut.
4. Tgl 30-12-1975 No.361K/Sip/
1975: seorang bukan anak dati tidak
berhak makan dati, kecuali ada persetujuan dari kepala dati dan anak2 dati.
Tanaman yg disebut pusaka dati,
diwariskan kpd anak dan cucu dari anak
dati.

Hukum Islam
Tamyis: cakap melakukan perbu-

atan hukum yang menguntungkan


Baligh / rasyid : cakap sempurna

KOMPILASI HUKUM ISLAM


(INPRES NO.1 / 1991)
Ps. 98:
(1)Batas anak yg mampu berdiri sendiri atau
dewasa adalah 21 tahun, sepanjang anak
tersbut tidak bercacad fisik maupun mental atau
belum pernah melangsungkan perkawinan
(2)Orang tuanya mewakili anak tsb mengenai
segala berbuatan hukum di dalam dan di luar
Pengadilan
(3)Pengadilan Agama dapat menunjuk kerabat
terdekat yg mampu menunaikan kewajiban tsb
apabila kedua orang tuanya tidak mampu

UU No. 1 / 1974 (UUP)


Ps 47:
(1)Anak yg belum mencapai umur 18 tahun atau
belum pernah melangsungkan perkawinan ada
di bawah kekuasaan orang tuanya selama
mereka tidak dicabut kekuasaannya.
(2)orang tua mewakili anak tersebut mengenai
segala perbu-atan hukum di dalam dan di luar
Pengadilan
Ps 6:
(2)Untuk melangsungkan perka-winan seorang
yang belum mencapai umur 21 tahun harus
medapat ijin orang tuanya

Burgerlijk Wetboek
Minderjarig >< meerderjarig.
Minderjarig:
Pengertian (concept, Begriff): Belum 21 th dan
belum kawin [BW.Ps.330(1)(2)].
Makna dan Konsekuensi (sense, Sin):
Tdk cakap melakukan semua perb. hk.
*Ps.330(3) : dibawah pengawasan orang
lain (orang tua/wali).
*Ps.383(1) : Wali mewkili dlm semua perb. nk.
*Ps.1330 sub 1 : seorang minderjarig tidak
cakap membuat perjanjian.

Kelengkapan status bagi golongan


Eropa (meerderjarig):
Dicapai saat peralihan dari minderjarig menjadi
meerderjarig (dicapai dengan tiba-tiba).
*Salinan miderjarig : belum dewasa / cukup
umur, kurang umur, dibawah umur
*Terjemahan meerderjarig : dewasa, cukup
umur
*Sebaiknya tidak disalin/diterjemahkan

<>Introduksi pengertian minderjarig ke dalam


hukum golongan Bumiputra & Timur Asing :
Ord.S.1917 : 738 WvS akan diperlakukan tgl.
1-1-1918 untuk semua golongan rakyat
(banyak menggunakan kata minderjarig dan
meerderjarig).
Ordonansi tersebut telah diganti dgn:
Ord.S.1917 : 129 =>golongan Cina.
Ord.S.1924 : 556 =>golongan T.A. bukan Cina.
Ord.S.1931 : 54 =>golongan Bumuputra (hanya
memberi interprestasi resmi istilah
minderjarig, seperti untuk golongan lain)

<>Menurut I.S. Ps.131(6) jo Ps.75(3)


R.R. redaksi lama : golongan Bumi
Putra berlaku Hukum Adat
<>Makna & Konsekuensi minderjarig
tidak di atur dalam Ord.S.1917 : 733,
tetapi dalam BW [Ps.330(3), 383(1),
1330 sub I dll]

Hukum Romawi
Orang: impuberes >< puberes
<>Impuberes :
1. Infanti : tidak cakap bertindak.
2. Infanti proximi : cakap bertindak,
yang menguntungkan, bukan terhadap
harta pusakanya.
3. Pubertati proximi : seperti
infantiproximi, berakhir menurut
keadaan.
<>Puberes: cakap penuh

Hukum Inggris

Minor : An infant or person who is under the


age of legal competence.
<> Transaksi keperluan anak (necessaries to
the minor : barang / jasa).
[ Peters vs Fleming, 1840 ]
<>Transaksi kerja:
Perjanjian kerja antara pengacara dan anak
[Hamilton vs Lethbridge, 1912]

Major : A person of full age. One who has


attained the legal age majority, generally 18
years.[ aduld ]

Subyek Hukum : pendukung hak


dan kewajiban
<>Kecakapan hukum (rechtsbekwaamheid) &
kewenangan hukum (rechtsbevoegdheid):
untk mendukung melakukan perb. hk
<>Pembatasan untuk mlkukan perb. hk:
1.Tdk cakap (niet rechtsbekwaam) : blm dwasa,
dibwh perwalian/ pngampuan, pailit
2.Tidak berwenang (niet rechtsbevoegd):
kwrganegaraan / warga persektuan hk /desa
tempat tinggal, kedudukan / jabatan,
tingkah laku / perbuatan

Hk. Kekerabatan
(The Law of Relationship)
Kerabat, wangsa: orang yang berhubungan darah
BW /Hk Islam: Hk Keluarga (Family Law)
Permasalahan:
I. Hubungan anak dan orang tua
II.
dan kerabat orang tua
III. Pemeliharaan anak yatim piatu
IV. Pengangkatan anak

Ketegangan sering terjadi antara keluarga dan


kesatuan kerabat ( suku, clan dsb), juga pada
hukum perkawinan dan hukum waris, akibat
keadaan kehidupan dan penghidupan,
perantauan / mass media, kesadaran akan
kebebasan kaum muda karena pendidikan
modern.
<>arti keluarga makin penting, kesatuan kerabat
makin melemah.
Ad I. Hub. anak & orang tua
1. Anak yg lahir dlm perkawinan (anak sah):
beribu: wanita yg melahirkannya, dan
berayah: pria suami ibunya.

2.Anak luar kawin (anak tidak sah):


beribu: wanita tak kawin yg melahirkannya
= beribu: wanita yg melahirkan dlm
perkawinan. (Minahasa, Timor, Ambon,
Mentawai)
anak dan ibunya tidak disukai (di wilayah
lain). Anak haram jadah, anak astra.
<>Lembaga2 kawin paksa dan kawin darurat
(nikah tambelan / Jawa; pattongkoh sirik /
Bugis), untuk melepaskan anak dan ibunya
dari kondisi di atas. Di Bali anak yg lahir dari
orang tua pra nikah adalah anak sah.

Minahasa: hub. anak dan pria yg menurunkannya = ayah yuridis (ditandai dgn
pemberian lilikur)
di wilayah lain: anak luar kawin tidak
berayah (=Hk Islam; berbeda dgn BW).
anak keturunan laki2 lain, adalah anak
suami ibunya, kecuali suami itu mengingkarinya / dapat membuktikan.
3. Anak keturunan selir dibelakangkan dp
anak keturunan isteri utama
/permaisuri (dlm warisan, derajad)

4. Akibat hukum hub. anak dg ayah / ibu:


a. Larangan kawin: ayah & anak wanita;
ibu & anak laki2nya.
b. kewajiban alimentasi & pemeliharaan
Jika salah satu dari orang tua tdk memenuhi kewajiban dpt dituntut biaya
bagi anak sampai ia dewasa (Ptsn MA,
3-9-1958 Reg. No. 216 K/Sip/1958)
c. ayah: wali nikah anak perempuannya
yg kawin menurut hukum Islam

5. Hukum Waris: lbh berds. atas struktur


kekerabatan
Praktek: disimpangi dgn hibah (Batak:
saba bangunan, pauseang, indahan
arian; Lampung: tano sesan)
6. Penitipan anak. Sewaktu2 orang tuanya dapat mengambilnya dgn penggantian biaya.
Lembaga ini lain dgn pengangkatan
anak (adopsi).

Ad II. Hub. anak dan kerabat orang tua


1) Anak luar kawin berada di luar kelompok kekerabatan (Rejang).
Di wilayah lain tidak ada pembedaan
antara anak luar kawin dan anak sah
(Jawa).
2) Masyarakat bersistem parental: hub.
kelompok kerabat ayah dan anak = hub.
kelompok kerabat ibu dgn anak tsb
(larangan dan kecenderungan kawin,
hak waris, kewajiban nafkah).
patrilokal, matrilokal

3)Masyarakat berstruktur patrilineal:


kelompok kerabat (gens) ayah berperan
terpenting, namun gens si ibu tetap
mempunyai arti bagi anak. Misal:
<>di Batak: bagian gens ibu: (a) penting
bagi anak cenderung memilih isteri
dari gens ibu; (b) bernilai social dlm
hub. hula2 - boru (marga yg menyerahkan & yg menerima wanita)
<>di Sumba: gens ibu menyumbang
pembayaran jujur untuk anaknya laki2.

4) Masyarakat berstruktur matrilineal:


clan ibu berperanan terpenting bagi
anak.
Namun clan ayah tetap mempunyai arti
bagi anak. Misal:
<>di Minangkabau: kerabat ayah (bako2):
(a)diwakili pada berbagai upacara;
(b)sering membantu keperluan anak;
(c)prioritas memilih jodoh;
(d) mewaris harta suatu kerabat yg
punah

5) Pada masyarakat yg bersistem unilateral itu:


(a)hanya terdapat satu jenis perkawinan (Batak, Minangkabau);
(b)ada 2 jenis perkawinan: (1)perkawinan jujur;(2)perkw. ambil anak.
ada perkawinan jenis ke tiga anak
berkedudukan sama terhadap kerabat ayah dan kerabat ibu (kawin semendo rajo2 / Rejang, kawin kuso
kini / Gayo).

Perwalian Anak
(Pemeliharaan Anak Yatim Piatu)

Pengertian:
Wali
- wakil, pembimbing, ketua/kepala
- orang yg diserahi kewajiban
mengurus anak yatim-piatu dan
hartanya sebelum anak dewasa/
baligh.
Perwalian

segala hal yg terkait dg pemeliharaan dan pengawasan anak yatimpiatu dan hartanya.

Mulai ada perwalian:


- UUP: putusan pengadilan
- HA : ortu mati, hilang, miskin, tak
mampu (berkelakuan negatif). Otomatis
kerabat yg mampu dan punya hubungan
darah berhak menjadi wali.
Akhir perwalian:
UUP:- berumur 18 th atau nikah, ps 50 (1)
- Dicabut oleh pengadilan, ps. 49
KHI : berumur 21 th atau nikah (ps 107)
Quran S. An Nisa-6: dan ujilah anak yatim
hingga cukup umur utk nikah.
HA:- mandiri/ menikah/ meninggal.

Arti penting wali: agar anak yatim-piatu

tidak terlantar.
HA: wali mengurus diri anak dan hartanya
(tdk diadakan inventarisasi harta anak /
atas dasar kepercayaan)
UUP: mengurus diri anak dan hartanya (diinventarisir dan dicatat keluar masuk
harta)
Syarat wali:
H.Adat: keluarga sendiri, dewasa, sanggup
dan bertanggung jawab.
Ps 51 UUP: keluarga, dewasa, sehat, adil,
jujur dan berkelakuan baik.

PATRILINIAL
. Perkawinan jujur, pasca nikah istri tinggal di
tempat suami (patrilokal).
. Anak menjadi warga kerabat keturunan lakilaki.
. Jika ayahnya hilang / mati ibu masih hidup,
maka ibu dpt langsung bertindak sbg wali anaknya
yg blm dewasa (dlm pengawasan kerabat ayah).
. Dlm mewakili kddk anak yg blm dewasa tidak
diperlukan adanya penunjukkan lisan atau tertulis
(otomatis). Keddk mewakili ini tidak dpt dicabut tp
kekuasaan dpt digantikan oleh sdr laki-laki pihak
ayah berdsr musyawarah.

MATRILINIAL
Perk. Semenda
Pasca nikah suami tinggal di tempat istri
Anak lahir, tidak semata-mata anak dr ibu
dan
ayahnya saja, tetapi juga anak dr
kerabat
pihak ibu.
Artinya, semua sdr ibu yg wanita dan pria ikut
bertanggungjawab atas khdp anak, sedang
kerabat pihak ayahnya bersifat membantu.
.

. Bapak sbgai wali anak wanita yg akan


menikah

Yurisprudensi Minang:
<>Landrechter di Jakarta, 28-10-1949 :

mernurut Hukum Adat Minangkabau


seorang bapak tidak mempunyai hak
terhadap anaknya.

PARENTAL
<>Jika salah satu orang tua meninggal, yg masih
hidup melanjutkan kekuasaan ortu,
<>Jika orang tua mati / hilang, yg lebih berhak
mengurus anak adalah kerabat ibu kr lebih patut,
sabar, kasih sayang kpd anak / anggota kerabat yg
paling baik (ekonomi / sosial) untk kepentingan
anak.
<>Jika kerabat tidak ada, maka peradilan desa yg
menentukan pengurusan anak itu.
<>Jika peradilan desa tdk bisa, PN / PA yg berwenang
memutuskan.
Ps. 34 UUD 1945, fakir-miskin dan anak-anak
terlantar dipelihara negara.

Ps. 42:
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan d
a l a m atau s e b a g a i a k i b a t perkawinan yang sah. KHI Ps. 99
(1)Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dgn ibu dan
keluarga ibunya KHI Ps. 100.
Ps. 44:
(1)Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak
yg dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat
membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan
anak itu akibat daripada perzinaan itu

Hukum Islam
1. Hadhanah: memelihara orangnya (persoon) si anak
[badannya, tempat kediaman, pendidikan dsb).
dilakukan oleh kedua orang tuanya.
Bila ibunya meninggal: dipelihara oleh ibunya ibu, dst
keatas menurut garis keibuan.
Bila dari pihak ibu tidak ada: bapaknya, kemudian ibu
dari bapaknya, ke atas (ibu dari ibu tsb, dst). Jika mereka sudah meninggal semua: orang2 yang bertalian
darah terdekat dengan anak tsb (seorang perempuan
lebih diutamakan).

2. wilayat al-mal: memelihara kekayaan


si anak dan kepetingan2 yang berhub.
dgn kekayaan tsb.
dilakukan oleh bapak anak itu. Bila
tidak ada, digantikan oleh bapaknya
bapak anak itu. Tapi bapak dapat
membuat wasiat untuk menunjuk
seseorang mengurus kekayaan
anaknya.
Kekuasaan wilayat al-mal berakhir
setelah anak baligh / rasyid.

Ad IV. Pengangkatan Anak


(adopsi / adoption)
Mengangkat anak adalah suatu perbuatan pengambilan anak orang lain ke
dlm keluarga sendiri sedemikian rupa,
sehingga timbul hubungan hukum kekerabatan yg sama antara orang yg
mengambil anak dengan anak yg
dipungut, seperti orang tua dengan
anak kandungnya sendiri

Anak yang diangkat dapat berasal dari:


1) warga kerabat.
Di Bali, mengangkat anak disebut
nyentanayang. Anak yang diangkat berasal
dari kerabatnya sendiri (purusa).
[ Ptsn P.N. Denpasar, 3-10-1966: anak laki2
keluarga kepurusa sampai derajad ke 8 ].
Dlm perkembangannya bukan warga kerabat
dapat diangkat anak, atau dari kerabat isteri
(pradana).
Syarat pengangkatan: (a)upacara pemerasan; (b)penyiaran di Banjar (ptsn MA, tanggal 12-1-1977).

2) kemenakan
Di Jawa, Sulawesi, dan daerah lain, di
samping adopsi kemenakan juga
dilakukan adopsi anak bukan warga
kerabat. Di Minahasa dikenal
pemberian parade kepada anak.
Tujuan pengangkatan anak: (a)
memperoleh keturunan; (b)mancing
anak, (c)mempero-leh tenaga kerja, dll.
Orang yang sudah punya anak juga
dapat mengangkat anak.

Tegak tegi (Lampung: mengangkat


kemenakan laki2 karena tidak punya
keturunan)
3) Mengangkat anak bukan warga kerabat.
Dilakukan dengan terang: dengan upacara
adat dan bantuan kepala adat (Gayo, Nias,
Lampung, Kalimantan).
Di kep. Kei dan Sumba (masy. Patri-lineal):
mengangkat anak wanita agar dapat
melangsungkan perkawinan cross-cousin.

4) Mengangkat anak perempuan


<>Agar kerabat patrilineal tidak punah
(Lampung; Bali: sentana rajeg)
<>Agar kerabat matrilineal tidak punah
(Minang)
5) Mengangkat anak tiri
Syarat: ayah anak tsb sudah
meninggal (Rejang: mulang jurai,
Dayak Mayaan - Siung: ngukup anak)

Gol. Tiongoa (S.1917-129):


Suami isteri, duda, janda yg tdk punya anak
laki2 dpt mengangkat anak laki2 (Ps.5)
Mengangkat anak perempuan batal demi hukum
Harus dengan akta notaris.
<>Saat terjadinya pengangkatan anak / adopsi:
(1)menurut S. 1917-127 & (2) HA dg Kptsn Pengadilan?
<> PN Jakarta, 17-10-1963:
Mengabulkan pengangkatan anak wanita oleh WNI
keturunan Tionghoa.

Akibat hukum pengangkatan anak:


Masyarakat patrilineal
2.

matrilineal
3.

parental
1.

PP NO. 54 / 2007
Ttg Pelaksn. Pengangkatan Anak (PA):
Ps. 2: PA bertujuan untk kpntingan terbaik anak untk
wujudkan ksjahteraan dan perlindungananak, yg
dilaksanakan berds. adat kebiasaan setempat dan
kettntuan perat. peruu-an
Ps. 3: Calon orang tua angkat hrs seagama dg agama
calon anak angkat. Jk asal usul anak angkat tdk
diketahui, agama anak angkat disesuaikan dg
mayoritas penduduk setempat
Ps. 4: PA tdk memutuskan hubungan darah antara anak
yg diangkat dg orang tua kandungnya

Ps. 9: (1)PA berds. adat kebiasaan stmpat , yaitu PA yg


dilakukan dlam satu komunitas yg nyata masih
melakukan adat dan kebiasaan dlm khdupan
bermasyrkat. (2)PA berds. Adat kebiasaan setempat dpt
dimohonkan penetapan pengadilan
Ps. 10: PA berds. perat. peruu-an mencakup PA sec.
langsung dan PA melalui lembaga pengasuhan anak.
(2) PA berds. perat. peruu-an dilakukan melalui penetapan pengadilan

Ps. 12: Syarat anak yg diangkat a.l. blum


18 th, anak terlantar /ditelantarkan,
memerlukan perlindungan khusus
Ps. 13: Syarat calon orang tua angkat a.l.
a. sehat jasmani rohani,
b. usia terendah 30, tertinggi 55 tahun,
c. beragama sama dg agama calon anak
angkat
d. Status menikah minimal 5 th
e. Mampu ekonomi & sosial
f.
Telah mengasuh anak angkat minimal 6
bulan sejak inin pengasuhan diberikan
g. Memperoleh izin Menteri dan / kepala
instansi sosial

Ps. 11: PA antara WNI dengan WNA


dilakukan melalui putusan pengadilan
Ps. 16: PA oleh orang tua tunggal hanya
dpt dilakukan oleh WNI stlh mendpt
izin Menteri (dpt didelegasikan kpd
kepala instansi sosial di propinsi)
Ps. 21: Seseorang dpt mengangkat
anak paling banyak 2 kali dg jarak
waktu tersingkat 2 tahun. Calon anak
angkat kembar dpt dilakukan
pengangkatan anak sekaligus

Ps. 19: Pengangkatan anak secara adat


kebiasaan dilakukan dengan tata cara yg
berlaku di dlm masyarakat ybs
Ps. 20 Permohonan pengangkatan anak yg
tlh memenuhi syarat diajukan ke
pengadilan untk mendptkan penetapan
penagdilan
Ps. 21 (1)Seseorang dpt mengangkat anak
paling banyak 2 kali dg jarak waktu paling
singkat 2 tahun
(2)Dlm hal calon anak kembar dapat
dilakukan sekaligus dg sdr kembarnya
oleh calon ortu angkat

Ps. 42:
Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan d a l
a m atau s e b a g a i a k i b a t perka-winan
yang sah. KHI Ps. 99
(1)Anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya
mempunyai hubungan perdata dgn ibu dan
keluarga ibunya KHI Ps. 100.
Ps. 44:
(1)Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak
yg dilahirkan oleh isterinya, bilamana ia dapat
membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan
anak itu akibat daripada perzinaan itu

HUKUM PERKAWINAN
Perkawinan urusan:
1. Kerabat [kaum, suku, bagian clan]
2. keluarga.
3. persekutuan / masy. hk / desa
4. martabat.
5. pribadi

Pertunangan
Hukum adat perbuatan hukum
BW Ps. 58: bukan perbuatan hukum

Hadiah Pertunangan
Tanda ikatan:
Aceh: tanda kongnarit. Nias: bobo mibu.
Mentawai: sisere. Sul-Sel: passikok. Kei:
mas aye. Jawa: peningset. panjer. Sunda:
panyancang.
Tanda larangan:
Toraja: pujompo. Bali: base panglarang.

BENTUK PERKAWINAN
1. Perkawinan jujur:
Jujur [Tapanuli Sel / Sum-Sel],
unjuk [Gayo], sinamot, pangoli, boli, tuhor
[Batak], beleket [Rejang], beuli niha [Nias
Sel,], kule [Pasemah], wilin, beli [Maluku],
serah [Lampung], belis [Timor],
patuku n luh [Bali]
Tukon [Jawa], jinamee [Aceh], pekain

[Dayak Kapuas Hulu], holo [Minahasa],


sunrang, sompa [Sul-Sel]

2. Perkawinan meneruskan [sororat]


Tungkat [Pasemah], ngarang wulu [Jawa],
makabbia [Batak Toba], gancihabu [Karo]
kawin dg ipar perempuan almarhumah
3. Perkawinan mengganti [levirat]
Pareakhon [batak Toba], ganti tilar, kawin
anggau [Palembang / Bengkulu], medun
ranjang [Jawa], nyemalang [Lampung
Pepadun].

4. Perkawinan mengabdi
Madinding [Batak], angkap sementara
[Gayo], iring beli [Lampung Paminggir],
nunggonin [Bali].
5. Perkawinan bertukar
Perkawinan bako [Minang], ngejuk ngakuk
[Lampun], mommoits [Papua], besanan
rangkap [Bagelen]

6. Perkawinan semenda
Semenda lepas [Lampung pasisir: mati

tunggu mati manuk], semenda bertandang


[Minang: urang semando seperti abu di
atas tunggul].
Semanda ngangkit [Semendo Sum-Sel],
juga laki2 Minang dg perempuan
Mandailing (kebalikan kawin nyeburin / Bali]
Semendo rajo2 (Rejang).
Menginjam jago [Lampung]

Kawin tambil anak, ambil anak [Sum-Sel],


ngakuk ragah, negikan, jeng mirul
[Lampung], nyeburin [Bali].
8. Perkawinan mentas
Kawin mecar [Jawa], manjae [Batak]
Nyalindung kagelung, manggih kaya

[Sunda]
Banteng anut ing sapi [Banten
matrilokal
9. Kawin lari / kawin lari bersama

PARENTAL
Bentuk Perkw. Mentas (lepas): Berlaku asas
keseimbangan.
Namun seringkali terjadi dominasi kekuasaan dlm RT. apabila :
a. Ngomahi, isteri menetap di tempat suami,
hak dan kddk isteri lebih lemah.
b. Tut buri, pasca perkw. suami menetap di
tempat isteri, hak dan kddk suami lebih
lemah. Konsekuensinya beban dan
tanggungjawab isteri dlm pengurusan anak
lebih besar.

Minang: Kawin semendo

1. suami urang semendo bertandang /


2.

menetap;
extended / nuclear family
Bali: 1. Kawin keluar. 2. kawin nyeburin
Gayo: 1. Kawin juelen. 2. Kawin angkap

nasab / sementara. 3. kawin kuso kini


Rejang: 1. Kawin jujur. 2. Kawin semendo

ambil anak. 3. Kawin semendo rajo-rajo

Status isteri dlm kawin jujur:


W Marsden:
The joojoor is a certain sum of money, given
by one man to another, as a consideration for
the person of his daughter, whose situation, in
this case differs not much from that of a slave
to the man she marries, and to his family.
larangan perkawinan jujur oleh Pemerintah
kolonial Belanda tgl 23 Desember 1862 No 7,
Bijblad No. 1328

Hasil penelitin Prof. Dr. Abdullah Siddik:


Kawin jujur dlm masy. Rejang di pegunungan
merupakan satu perkawinan yg mulia dan
perkawinan antara dua orang yg sederajad.
Dengan sederajad itu perempuan yg kawin jujur
bukan menjadi budak, malahan sebaliknya,
perempuan beleket dikadikan pemimpin dlm
ruamah tangga dan menguasai harta benda
suaminya. Kedudukan perempuan beleket di
keluarga suaminya tinggi, ia menjadi anak dlm
dan dimuliakan oleh keluarga suaminya serta
disayangi oleh mertuanya melebihi anaknya
sendiri.

Kawin semendo ambil anak

(W.Marsden):

In the mode of marriage by ambil


ana, the father of a virgin makes
choice of some young man for the
husband, generally from an inferior
family, which renounces all further
right to, or interest in him,and he is
taken into the house of his father
in law, who kills a buffalo on the
occasion.

Anak sah:
Hk Adat kawin paksa, kawin
pattong-kok sirik / tambelan, juga
anak sah
Hk. Islam: anak yg lahir 6 bulan
setelah perkawinan orang tuanya.
BW: anak yg lahir 180 hri stlh perkw.
Ortu
UUP. Ps.42: Anak sah adalah anak
yg dilahirkan dalam atau sebagai
akibat perkawinan yg sah

Hukum refleksi cara berfikir masyarakat /


bangsa
Masy. Indonesia: belevend, paticipeerend,
concreet denken
Anak luar kawin: beribu wanita yang
melahir-kannya.
Di Minahasa ia juga berayah (yuridis) lakilaki yg mengakui (dg pemberian lilikur kpd
ibunya)
UUP Ps. 43: anak luar kawin punya hub.
perdata dengan ibunya dan keluarga
ibunya
Hk. Islam: KHI Ps. 100

Hukum refleksi cara berfikir masyarakat /


bangsa
Bangsa Belanda: abstrak, formal, hipotetis
Anak luar kawin:
Natuurlijk kind
Ps.867: anak zina & sumbang dpt nafkah
Ps. 283

dilarang diakui
Ps. 269:

dilarang
menye-lidiki siapa orang tuanya (shgga ia
tetap tidak beribu dan tdk berayah; Ps. 269
tdk dpt di-manfaatkan)
Erkent kind:
beribu / berayah yang mengakuinya
(harus dg akta otentik)

Harta Perkawinan (1)


HK. Islam: Pemisahan harta antara suami & isteri*)
( KHI Ps. 86 )
BW: algehele gemeenschap van goederen
Hk. Adat: perpaduan antara ketentuan Hukum
Islam dan BW

______________
*) KHI Ps.85: Adanya harta bersama dlm perkawinan
tidak menutup kemungkinan adanya harta milik
masing2 suami dan isteri.

Harta Perkawinan (2)


1. Harta asal / bawaan:
gawan (Jawa), pimbit (Dayak
Ngaju),
sisila (Makasar), babaktan (Bali)
2. Harta bersama:
gana gini (Jawa), Harta
perpantangan (Kal Sel), guna kaya
(Sunda), cakkara (Bugis, Makasar)
druwe gabro (Bali)

Harta Perkawinan (3)


Di Jawa:
1. Harta asal (gawan, bawaan) milik masing2
(suami isteri)
a. harta usaha sebelum kawin
b. hibah yg ditujukan masing2 suami / isteri
c. warisan yg diterim masing2 suami / isteri
2. Gana gini (harta pencarian) milik bersama
suami-isteri
a. hasil usaha setelah kawin (ber-sama2 / sendiri2)
MA,7-9-1956
b. hibah kpd suami-isteri
c. hasil harta asal / gana gini

Di Minangkabau:
1. Harta pusaka rendah.
2. Harta pusaka tinggi.
3. Harta tepatan (isteri) dari harta pusaka
kaum / hasil usaha isteri sblum kawin /
hibah.
4. Harta bawaan (suami) mutatis mutandis
No. 3.
5. Harta pencarian: (a) tembelang besi [hasil
teruko]. (b) tembelang emas [hasil membeli].
hibah (seumur hidup / jadi hak milik).
6. Harta suarang milik bersama

PADA MASYARAKAT PATRILINEAL


(Mis. BATAK, BALI, LAMPUNG) SEMUA
HARTA PENCAHARIAN DIKUASAI
SUAMI, TERMASUK HARTA ASAL DAN
PEMBERIAN
PADA MASYARAKAT MATRILINEAL
HARTA PENCAHARIAN ADALAH
HARTA BERSAMA SUAMI ISTRI
TERPISAH DENGAN HARTA BAWAAN
YG MENJADI MILIK MASING-MASING
SUAMI ATAU ISTRI

UUP:
Ps. 35: Harta yg diperoleh selama perkw.
menjadi harta bersama. Harta bawaan di
bawah penguasaan msing2 suami / isteri
sepanjang tdk ditentukan lain
Ps. 36: Mengenai harta bersama, suami /
isteri dpt bertindak atas persetujuan kedua
belah pihak.
Terhadap harta bawaan, suami / isteri dpt
bertindak sepenuhnya

Putusnya perkawinan:
(1) kematian; (2) perceraian. UUP: (3)
putusan pengadilan.
Sebab2 perceraian : [1] zina; [2] tdk memberi
nafkah; [3] penganiayaan; [4] cacat tubuh;
[5] perselisihan yang tdk dpt didamaikan
PP No. 9/1975 Ps19:
[1] berzina, pemabuk, pemadat, penjudi dsb
yg sukar disembuhkan; [2] pergi selama 2 th
tanpa ijin / alasan sah; [3] dipidana 5 th
/lebih; [4] melakukan kekejaman /
penganiayaan berat sehingga
membahayakan yg lain;
[5] cacat
badan / penyakit; [6] perselisihan terus
menerus yg tk dpt hidup rukun lagi

Akibat perceraian:
1. Masy. patrilineal: anak2 tetap ikut ayah /
kerabat ayah. Isteri harus meninggalkan
rumah tangga suami, hanya membawa
harta pribadi
2. Masy. matrilineal: anak2 ikut ibu /
kerabat ibu. Harta pencarian di bagi
antara suami dan isteri
3. Masy. parental: Kedudukan anak
tergantung keadaan. Harta asal kembali
kpd suami / isteri yg membawanya, harta
bersama dibagi antara mereka

Yurisprudensi Minang:
<>Landrechter di Jakarta, 28-10-1949 :
mernurut Hukum Adat Minangkabau
seorang bapak tidak mempunyai hak
terhadap anaknya.
<>Ptsn MA tgl 25-1-1952, sesuai dgn
ptsn PT di Jakarta: siapa yg memelihara dari mereka (bapak ibu / suami
isteri yang bercerai): yg terjamin sebaik2nya; jika keduanya sama baik: si
ibu lebih berhak

<>Hazairin:
dalam perkawinan semendo antara
orang2 Minangkabau , yang terpencil
dari pengaruh keluarga keibuan, harus
diakui hak2 anak yang sudah agak
besar, untuk memilih, jika orang tuanya
bercerai sedang keduanya sama
baiknya, pada siapa anak itu mau
tinggal bagi pemeliharaannya.

Hk Adat Batak:
MA, 25-10-1958: Semua harta yg timbul adalah milik

suami, tp isteri berhak memakai seumur hidup selama


diperlukan untuk penghidupannya.
MA, 17-1-1959: Menurut Hukum Adat di daerah

Tapanuli pada perjalanan jaman pada waktu sekarang:


1. Isteri dapat mewarisi harta pencarian dari suami yg
meninggal.
2. Anak yg blm dewasa dipelihara dan berada dibawah
pengampuan ibu.
3. Karena anak berada dlm pengampuan ibu, maka
harta kekayaan anak dikuasaai dan diurus oleh ibu

Akibat perceraian:
UUP Ps 41: Bapak dan ibu berkewajiban
meme-lihara anak berdasarkan
kepentingan anak. Bapak bertanggung
jawab biaya pemeliha-raan dan
penghidupan dan pendidikan anak, ibu
membantu biaya jk bapak tidak mampu.
Pengadilan dpt mewajibkan bekas suami
memberikan biaya penghidupan anak,
ibu ikut memikul biaya tsb.
Ps. 37: Bila perkawinan putus karena
perceraian, harta bersama diatur
menurut hukumnya masing-masing

Anda mungkin juga menyukai