Anda di halaman 1dari 31

Gangguan Belajar

(Learning Disorder)
Kelompok 6 / Psikologi G 2018
Adinda Zahra Zhafira P (201810230311348)
Siti Amiatul B (201810230311387)
Shanen Arshanov (201810230311388)
Anindita Pramesti Z (201810230311392)
Laila Labibah (201810230311408)
Azhar Kania (201810230311419)
Sejarah dari penyebab kesulitan belajar dibagi
dalam 4 fase yaitu (dalam Mangunsong, 2014) :

Fase Dasar Fase Transisi


masa 1800-1930 masa 1930-1960
Era awal penelitian pada Psikolog dan pendidik
otak serta kerusakannya mengembangkan alat-alat untuk
pengukuran dan remedial

Fase Integrasi
Fase contemporary
masa 1960-1980
Mulai setelah 1980
implementasi yang pesat
Diperkenalkan tentang rentang
dari program-program
usia, rentang kesulitan dari
kesulitan belajar di
sedang ke berat
sekolah
Kesulitan Belajar dibagi menjadi 3
(Hadi, 2020) :

1. Disleksia (kesulitan belajar membaca)


Gejala-gejala :
 Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan.
 Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf.
 Memiliki kekurangan dalam memori visual.
 Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris.
2. Disgrafia (kesulitan belajar menulis)
Beberapa karakteristik anak dengan disgrafia :
 Terdapat ketidak konsistenan bentuk huruf dalam tulisannya.
 Saat menulis, penggunaan huruf besar dan huruf kecil masih
tercampur
 Ukuran dan bentuk huruf dalam tulisannya tidak
proporsional.
 Anak tampak harus berusaha keras saat
mengkomunikasikan suatu ide, pengetahuan, atau
pemahamannya lewat tulisan.
3. Diskalkulia (kesulitan belajar menghitung)
Gejala-gejala yang digunakan ada beberapa karakteristik yaitu :
 Sering tampak seperti tidak mendengarkan.
 Mudah bingung
 Sering melakukan kegagalan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan yang sudah dimulai.
 Sulit untuk memusatkan perhatian pada tugas-tugas sekolah.
Lambat Belajar
(Slow Learner)
Prasetyoningsih (dalam Amelia, 2016) menyebutkan
dalam penelitiannya bahwa slow learner adalah
siswa yang lambat belajar, sehingga membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok
siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual
yang sama.
PREVALENSI
 Penelitian yang dilakukan oleh Tarmansyah (dalam Masroza, 2013) pada tahun
2003 terdapat 411 anak atau 11,28% anak berkesulitan belajar di Sekolah Dasar
se-Kecamatan Pauh Padang.
 Hasil penelitian oleh Mulyono (dalam Defriyanto & Dermawan, 2018) misalnya
menyebutkan bahwa guru se DKI menyatakan bahwa terdapat 16.52 % dari 3.215
siswa mengalami kesulitan belajar.
 Kazuhiko menyatakan (dalam Defriyanto & Dermawan, 2018) bahwa prevalensi
kesulitan belajar adalah dalam rentangan 1 % hingga 4 %, dengan perbandingan
anak laki-laki dengan anak perempuan 4 berbanding 1 hingga 7 berbanding 1.
PENYEBAB
Penyebab kesulitan belajar yang terdapat pada literatur dan hasil riset (Harwell,
2001 dalam Suryani, 2020) yaitu :
1. Faktor keturunan atau bawaan
2.  Gangguan semasa kehamila
3. Kondisi janin yang tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau ibu yang merokok,
menggunakan obat-obatan (drugs), atau meminum alkohol selama masa kehamian
4. Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi, trauma kepala, atau pernah
tenggelam
5.  Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Anak dengan kesulitan belajar
biasanya mempunyai sistem imun yang lemah
6. Awal masa kanak-kanak yang sering berhubungan dengan alumunium, arsenik,
merkuri/raksa dan neurotoksin lainnya penyebab kesulitan
PENYEBAB
Beberapa ahli mengemukakan bahwa faktor yang menyebabkan anak lambat
belajar menurut G.L.Reddly, R. Ramar, dan A. Kusuma (dalam Maula dkk,
2020) : 

1. Faktor 2. Faktor
Kemiskinan Kecerdasan
Orang Tua dan
jumlah anggota
keluarga 3. Faktor Emosi
IDENTIFIKASI
Identifikasi dilakukan dengan berorientasi pada ciri-ciri atau
karakteristik yang mencakup beberapa hal, yaitu (Rofiah,
2015):

1. Kondisi fisik
2. Kemampuan intelektual
3. Kemampuan komunikasi
4. Sosial emosional
Beberapa hambatan yang perlu dikenali:
1. Keterampilan dasar
2. Membaca
3. Menulis
4. Bahasa lisan
5. Perilaku
Metode Identifikasi
Observasi
Wawancaraa
Tes
Tes psikologi
Karakteristik Psikologis dan Perilaku
Delphi (dalam Ghufron & Risnawita, 2015), mengemukakan beberapa tipe umum
dari karakteristik anak dengan kesulitan belajar:

1. Kemampuan persepsi yang rendah (Poor


Perceptual Abilities)
Kemampuan persepsi yang rendah, berkaitan dengan persepsi pendengaran,
visual, dan taktil.

1. Kekurangan 2. Pada 3. Pada


dalam kemampuan kemampuan visual kemampuan taktil
pendengaran (Visual (Tactile
(Auditory Perception) Perception)
perception).
2. Kesulitan menyadari tubuh sendiri
(Body Wareness Difficulties)

Spatial Orientation 1

Laterality 2

Vertically 3

Body Image 4

Midline Body 5
3. Kelainan kegiatan
gerak (Disorder of Motor
Activity)

1. 2.
3. Clumsiness
Hyperactivity Hypoactivity

5.
4. Apraxia Adiadochokine
sia
4. Kesulitan dalam keterampilan
psikomotor sangat erat hubungannya
dengan ketidaberfungsian persepsi khusus
Dalam Suryani (2010), karakteristik
individu yang berada dalam kondisi
kesulitan belajar, yaitu:

A.
B.
Gangguan
Kesenjangan
Internal antara C. Tidak
Potensi dan adanya
Prestasi gangguan
fisik atau
mental.
Pertimbangan Pendidikan
Terdapat beberapa strategi pendidikan yang dapat dilakukan sesuai dengan
jenis kesulitan yang ada. yaitu :
1. Kesulitan Belajar Umum :
a. Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang
kurangnya motivasi dan minat belajar.

● Ciptakan situasi-situasi yang kompetitif sesama siswa secara sehat


Hindarkan saran dan pernyataan negatif yang dapat melemahkan kegairahan
belajar
● Kembangkan sasaran-sasaran atau tujuan khusus intermedier yang mudah
dijangkau secara bertahap
● Berikan dorongan untuk self competition dengan memberikan informasi
mengenai prestasinya yang telah dicapai dari berbagai bidang studi
● Berikan kesempatan kepada individu atau kelompok untuk menyampaikan
aspirasinya secara rasional
● Berikan ganjaran yang tulus dan wajar kendati hanya berupa kata kata
pujian
● Tunjukan manfaat bagi kepentingan siswa yang bersangkutan pada saat kini
dan nanti
b. Kasus kesulitan belajar yang berlatar belakang dengan sikap
negatif terhadap guru, pelajaran dan situasi belajar

● Ciptakan iklim sosial yang sehat didalam kelas


atau kelompok siswa
● Kembangkan kehangatan hubungan antara siswa
dengan guru, dan siswa dengan siswa
●Berikan kesempatan memperoleh pengalaman
yang menyenagkan atau memuaskan, atau
memperoleh pengalaman rasa sukses dalam belajat
meskipun dengan prestasi yang minimal
c. Kasus kesulitan belajar dengan latar belakang
kebiasaan belajar yang salah, disarankan untuk

● Tunjukkan akibat atau pengaruh kebiasaan yang salah


terhadap prestasi belajar dan kehidupan seseorang
● Berikan kesempatan masa transisi untuk berlatih dengan
pola-pola kebiasaan baru dan meninggalkan kebiasaan
lama yang salah
d. Kesulitan belajar dengan latar belakang
ketidakserasian antara kondisi obyektif keragaman
pribadinya dengan kondisi obyektif instrumental input
dan lingkungannya
● Bimbingan informatif dalam pilihan program atau bidang studi,
bahan atau sumber, strategi atau metode belajar secara rasional
● Diskusi dan atau kerja kelompok
● Proyek kegiatan bersama di kelas, karyawisata dan sebagainya.
2. Kesulitan Membaca
1. Meningkatkan kemampuan mengenal dan memahami
setiap bunyi bahasa, kata-kata dan kalimat, kelancaran
ucapan, dan pemahaman bacaan.
2. Aktivitas pembelajaran dilakukan secara khusus,
terutama dengan program pembelajaran individual (IEP)
ataupun dengan program-program remidi di sekolah
3. Kesulitan Menulis
1. latihan membuat lingkaran, garis, geometris atau angka-angka ,
2. menulis atau melukis dengan jari di tanah atau di pasir atau media
lain yang sesuai,
3. menempatkan posisi duduk yang nyaman sebagai persiapan menulis,

4. menyiapkan fasilitas menulis seperti kertas dan pensil, menggambar


diantara garis,
5. menggambar atau menebalkan bentuk huruf yang dibuat dalam figur
titik-titik,
6. melanjutkan atau melengkapi tulisan huruf serta menulis
menggunakan kertas bergaris.
4. Kesulitan Matematika
1. Pembelajaran secara langsung (direct instruction),
merupakan metode mengajar matematika yang dapat
membantu siswa mencapai penguasaan kecakapan
matematika melalui pembelajaran yang eksplisit, struktur
dan perencanaan.
2. memberikan penjelasan secara rinci,
3. model belajar berbasis proses,
4. memberikan arahan strategis,
5. menjalin dialog guru-siswa, dan
6. menyiapkan proses belajar memperhatikan tahapan
perkembangan gagasan atau pola pikir siswa
7. mengorganisir kemampuan awal siswa tersebut
Asesmen Awal/Teknik
Identifikasi
Terdapat 5 fungsi asesmen kesulitan belajar pada peserta
didik (Nduru, 2015) diantaranya
1. Fungsi screening atau penyaringan
2. Fungsi pengalihtanganan atau referal
3. Fungsi perencanaan pembelajaran individual (PPI)
4. Fungsi monitoring kemajuan belajar
5. Fungsi evaluasi program
Ada empat jenis asesmen bagi anak
berkesulitan belajar (Nduru, 2015) antara lain :

1. Asesmen Perkembangan
2. Asesmen Akademik
3. Asesmen Non Akademik
4. Asesmen Formal dan Informal
Intervensi
1. Remedial
Yaitu usaha perbaikan yang dilakukan pada fungsi
belajar yang terlambat.

2. Tutoring
Yaitu bantuan yang diberikan langsung pada
bidang studi yang terhambat dari siswa yang
sudah duduk si bangku sekolah

3. Kompensasi
diberikan jika hambatan yang dimiliki anak
berdampak negatif dalam proses pembentukan
konsep dirinya
Transisi Menuju Tahap
Dewasa
Tingkat perkembangan anak berdasarkan teori Piaget (dalam Ghufron &
Risnawita, 2015), secara sistematis sebagai berikut :

1. Periode sensori motor (sensorimotor period) (1-2 tahun).


2. Periode preoperasional (preoperational period) (2-7 tahun).
3. Periode operasi kongkrit (7-9 tahun).
4. Periode operasi nyata (formal operations) (11 tahun)
Mengenai tingkat perkembangan kedewasaan anak, Piaget (dalam Ghufron &
Risnawita, 2015), menyatakan bahwa kemampuan berfikir dan belajar anak akan
berubah sesuai dengan usianya. Dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir dan
belajar anak dicapai melalui serangkaian perkembangan pada tingkat
perkembangan kedewasannya. Implikasi dari teori perkembangan kedewasaan
terhadap anak dengan handaya kesulitan belajar sangat signifikan, khususnya
dalam memahami dan mempelajari tentang “keberadaan kelainannya”. Dalam
hal ini, sekolah hendaknya dapat menyusun suatu pola pembelajaran berdasarkan
pengalaman-pengalaman belajar anak guna mencapai pertumbuhan secara
alamiah yang lebih menitikberatkan pada landasan berfikir serta kesiapan belajar
dari anak yang bersangkutan.
Referensi
Amelia, W. (2016). Karakteristik dan Jenis Kesulitan Belajar Anak Slow Learner. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu
Kesehatan, 1(2), Hal-53.
Bagaskara, A. Y. (2017). Kesulitan belajar pada anak Dislexya untuk pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 3: Studi
kasus di SDN Krebet 1 Malang (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Defriyanto, D., & Dermawan, O. (2018). Prevalensi Kesulitan Belajar Peserta Didik di Madrasah Aliyah Negeri I
Bandar Lampung. KONSELI: Jurnal Bimbingan dan Konseling (E-Journal), 5(1), 45-58.
Desiningrum, D. R. (2016). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain.
Firmansyah, M. A. (2017). Analisis hambatan belajar mahasiswa pada mata kuliah statistika. JPPM (Jurnal
Penelitian dan Pembelajaran Matematika), 10(2).
Ghufron, M. N. & Risnawita, R. (2015). Kesulitan belajar pada anak: Identifikasi faktor yang berperan. Elementary:
Islamic Teacher Journal, 3(2).
Hadi, M. (2020). PENERAPAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION 3
(LVQ3) UNTUK KLASIFIKASI K ESULITAN BELAJAR (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau).
Mangunsong, F. 2014. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jilid Kesatu. Depok: LPSP3 UI.
Masroza, F. (2013). Prevalensi anak berkesulitan belajar di sekolah dasar se Kecamatan Pauh Padang. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Khusus, 1(1), 215-227.
Maula, N. H., Amelia, S. A., & Ismawati, A. (2020). Penanganan Kasus Lambat Belajar pada Siswa Kelas 1 SDN PB
Kelapa Dua Tangerang. BINTANG, 2(1), 49-57.
Nduru, M. P. (2015). Identifikasi dan Asesmen Kesulitan Belajar Anak. 23-28
Rofiah, N. H. (2015). Proses identifikasi: Mengenal anak kesulitan belajar tipe disleksia bagi guru sekolah dasar
inklusi. INKLUSI Journal of Disability Studies, 2(1), 109-124.
Suparno, S. (2006). Model Layanan Pendidikan untuk Anak Berkesulitan Belajar. JPK (Jurnal Pendidikan Khusus),
2(2).
Suryani, Y. E. (2010). Kesulitan belajar. Magistra, 22(73), 33.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai