Anda di halaman 1dari 118

STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PEMBANGUNAN WILAYAH DAN


PENANGGULANGAN BENCANA
Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA, Ph.D
Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana
Kedeputian Bidang Pengembangan Regional
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas

Adigama Nasional: Indonesia Siaga Bencana


Kesiapan Indonesia Menghadapi Bencana
Himpunan Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota
Fakultas Teknik, Universitas Pasundan, Bandung
Bandung dan Jakarta, 27 Februari 2021
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Drs. Sumedi Andono Mulyo, MA. Ph.D
Tempat/Tgl.Lahir : Yogyakarta, 21 JanuarI 1965
Golongan : IVC
Alamat Rumah : Komplek Bappenas, Jl. Pertiwi II No.18 Blok A105, RT 03/RW01,
Kedaung, Sawangan, Depok-16516 HP: 085-880-596-992
Alamat Kantor : Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Jl. Taman Suropati No. 2-4 Jakarta-10310
Tel.: 021-3193-4195 Fax: 021-3193-4195
E-mail: sumedi@bappenas.go.id
sumediam@gmail.com

PENDIDIKAN PEKERJAAN
1. Using Evidence for Smart Policy Design and Implementation 1. Direktur Tata Ruang dan Penanganan Bencana, Sept 2020-
(Government Thnik Thank). Harvard Kennedy School Executive Sekarang
Education, Boston, Amerika Serikat. 12-17 Nov 2017 2. Direktur Pengembangan Wilayah dan Kawasan, Jan 2019-Sept
2. Leadership in Succession and Talent Management. Melbourne 2020
Business School - Mt Eliza Executive Education, Australia. 27 Okt – 1 3. Direktur Desa, Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Bappenas.
Nov 2016 Sept 2016-Januari 2019
3. Postdoctoral. Graduate School of International Development, Nagoya 4. Kepala Sub-direktorat, Direktorat Pengembangan Wilayah,
University, Jepang. Okt-Des. 2006 Bappenas. Januari 2006-September 2016
4. S3. Doctor of Philosophy. Department of Urban Engineering, the 5. Kepala Sub-Direktorat, Direktorat Pengembangan Kawasan
University of Tokyo, Jepang. April 2001-Mar. 2004. Khusus dan Tertinggal, Bappenas. Mei 2004-Januari 2006
5. S2. Master of Arts, Graduate School of International Development, 6. Kepala Bagian, Biro Pemberdayaan Masyarakat, Bappenas. Des.
Nagoya University, Jepang. Apr 1997-Mar. 1999. 2000-Mei 2004
6. Postgraduate Diploma, Institute of Developing Economies Advanced 7. Kepala Bagian, Biro Pembangunan Dati II dan Perdesaan,
School, Tokyo, Jepang. Sept. 1994‑Mar. 1995. Bappenas. Mei 1999 –Desember 2000
7. S1. Sarjana, Fakultas Ekonomi, Universitas Gadjah Mada.Jurusan 8. Kepala Sub Bagian, Biro Pembangunan Dati II dan Perdesaan,
Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan. Juni 1984 ‑Juli 1989. Bappenas. Maret 1994 –Januari 1997
9. Staf Perencana, Biro Analisa Ekonomi dan Statistik, Bappenas
1991‑Maret 1994 2
REPUBLIK
Outline Paparan
INDONESIA
PENDAHULUAN FAKTA DAN ISU KESENJANGAN
• Visi Indonesia 2045 • Distribusi PDRB Antarwilayah
1 • Skenario Pembangunan Indonesia 2045 2 • Kesenjangan Antarwilayah
• Pilar Pembangunan • Tantangan Penanganan Bencana

PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS TRANSFORMASI DAN AKSELERASI


• Disrupsi dan Tantangan Pembangunan • Transformasi Desa, Kawasan dan Daerah
3 • Cara Baru 4 • Basis Keunggulan Daerah
• Penguatan Rantai Nilai • Kerjasama dan Kolaborasi Pentahelix

BENCHMARKING PENANGANAN BENCANA KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024


5 • Cara Pandang
• Penanganganan Covid19 di Jepang 6 • Agenda dan Prioritas Pembangunan
• Prioritas dan Target Pembangunan Wilayah
• Pemulihan Pascabencana di Jepang dan Indonesia • Kebijakan Pertumbuhan dan Pemerataan

KEBIJAKAN PENANGANAN BENCANA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2021


• Arahan Presiden • Tema dan Prioritas Pembangunan
7 • Kebijakan Penanganan Bencana 8 • Prioritas Penanganan Bencana
• Prioritas Penanganan Bencana • Prioritas Pembangunan Wilayah

REFORMASI SISTEM PENANGANAN BENCANA PENUTUP


PENUTUP
9 • Kerangka Pikir Reformasi 10
9 •• Langkah Peningkatan
Kerjasama Kapasitas
dan Kemitraan Penanganan
Multipihak
• Lima Area Perubahan • Bencana
Kerjasama dan Kemitraan Investasi
• Tahapan Reformasi Penanganan Bencana • Kerjasama Pentahelix
1 PENDAHULUAN
VISI INDONESIA 2045 DAN TRANSFORMASI EKONOMI
INDONESIA 2045

VISI
INDONESIA

2045
Berdaulat, Maju, Adil dan
Manusia Indonesia yang unggul,
berbudaya, serta menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi
Pembangunan yang
merata dan inklusif

Makmur
adalah transformasi
jangka panjang
….. Ekonomi yang maju Negara yang demokratis,
harus direncanakan dan berkelanjutan kuat, dan bersih
5
SKENARIO PEMBANGUNAN INDONESIA 2045
Indonesia akan menjadi negara
berpendapatan tinggi di 2036 dan Peran Kawasan Timur (luar Jawa-Bali-Sumatera) akan meningkat
PDB kelima terbesar dunia di 2045 dari 20% (2020) menjadi 25%+ (2045)
100
90
80
70
60
Skenario Tinggi 50
40
30
20

5,7 % per tahun pertumbuhan PDB 10


0
2020 2025 2030 2035 2040 2045

USD 23.199 PDB per kapita di Sumatera


Sulawesi
Jawa-Bali
Nustra-Maluku-Papua
Kalimantan

2045
Skenario Dasar
Business-As-Usual
5,1 % per tahun pertumbuhan PDB
USD 19.794 PDB per kapita di 2045
Peringkat PDB ke-7 di dunia
Keluar dari Middle-Income Trap di 2038
6
VISI INDONESIA 2045
Pilar Pembangunan
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMERATAAN PEMANTAPAN
MANUSIA DAN EKONOMI YANG PEMBANGUNAN KETAHANAN NASIONAL
PENGUASAAN IPTEK BERKELANJUTAN DAN TATA KELOLA
KEPEMERINTAHAN
Percepatan Taraf Pendidikan Peningkatan Investasi Percepatan
Rakyat Indonesia secara dan Daya saing ekonomi Pengentasan Demokrasi Substantif
Merata
Kemiskinan
Peningkatan Peran Percepatan Industri dan
Kebudayaan dalam Pariwisata Pemerataan
Reformasi Kelembagaan
Pembangunan Kesempatan Usaha
dan Birokrasi
Pembangunan Ekonomi dan Pendapatan
Peningkatan Sumbangan Maritim
Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dalam Pemerataan Penguatan Sistem Hukum
Pembangunan Pemantapan Ketahanan Pembangunan Wilayah Nasional dan Antikorupsi
Pangan dan Peningkatan
Kesejahteraan Petani
Peningkatan Derajat Pembangunan Politik Luar Negeri Bebas
Kesehatan dan Kualitas Infrastruktur yang Merata Aktif
Hidup Rakyat Peningkatan Ketahanan dan Terintegrasi
Energi dan Air
Penguatan Pertahanan dan
Reformasi Ketenagakerjaan
Komitmen terhadap Keamanan
Lingkungan Hidup dan
Mitigas Bencana 7
VISI INDONESIA 2045
Pemerataan pembangunan daerah dengan mendorong pertumbuhan di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) lebih tinggi dan tetap mempertahankan momentum pertumbuhan wilayah
Jawa.
30 Tahun Sebelumnya 30 Tahun Mendatang
Kalimantan Sulawesi

1983 2013 2015 2045


6,2% 6,7%
PER TAHUN PER TAHUN
Jawa 53,8% 57,1% 58,3% 51,8%
Maluku
Luar Jawa 46,2% 42,9% 41,7% 48,2%
8,3%
PER TAHUN
KBI 82,5% 80,1% 80,5% 74,9%

KTI 17,5% 19,9% 19,5% 25,1%


Sumatera
Arah Pengembangan Daerah
Basis Pangan Nasional dan Sektor
5,7%
Papua Ekonomi Berbasis SDA PER TAHUN

Bali, Nusa Tenggara & Basis Wisata Internasional dan


Maluku Perikanan Nasional Papua
Sulawesi Basis Industri Pangan dan Gerbang KTI
Jawa Bali dan Nusa Tenggara 7,6%
Basis Industri Pengolahan dan Lumbung
5,3%
PER TAHUN
Kalimantan
Energi Nasional
PER TAHUN
6,5%
Jawa Basis Perdagangan dan Jasa PER TAHUN

Basis Industri Baru dan


Sumatera 8
Gerbang Kawasan Asia
FAKTA DAN POTRET
2 PEMBANGUNAN DAN
KEBENCANAAN
DISTRIBUSI PDRB ANTARWILAYAH
PULAU 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Sumatera 27,6 28,7 24,9 22,8 22,0 22,4 22,9 22,39 22,87 23,10 23,05 23,01 22,21 22,03 21,74 21,58 21,31

Jawa 50,6 53,8 57,4 58,6 58,0 60,0 57,9 57,28 56,70 56,69 57,06 57,39 58,29 58,51 58,37 58,52 59,01

Kalimantan 10,2 8,7 8,9 9,2 9,9 8,9 10,4 9,41 9,92 9,66 9,25 8,76 8,15 7,83 3,11 3,05 3,06

Sulawesi 5,5 4,2 4,1 4,1 4,6 4,0 4,3 5,19 5,24 5,41 5,50 5,65 5,92 6,04 8,24 8,20 8,05

Bali dan
Nusa 3,1 2,8 3,0 3,3 2,9 2,8 2,5 3,03 2,83 2,79 2,80 2,87 3,06 3,12 6,11 6,21 6,33
Tenggara
Maluku dan
2,9 1,8 1,7 2,0 2,5 1,8 2,0 2,70 2,44 2,35 2,34 2,32 2,37 2,46 2,41 2,47 2,24
Papua

Total 100,0 100,0 100, 100, 100,0 100,0 100,0


0 0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0

1) Selama hampir 30 tahun (1978-2008) tidak terjadi perubahan yang berarti dalam distribusi atau kontribusi pembentukan PDB
Nasional. Dengan menggunakan tahun dasar terbaru 2010, kontribusi setiap wilayah terhadap pembentukan PDB nasional juga
tidak mengalami perubahan. Peran Jawa menjadi semakin dominan.
2) Pembangunan masih terpusat di KBI  Rata-rata kontribusi Jawa dan Sumatera terhadap PDB Nasional Tahun 2010-2016 sebesar
80,54%, sedangka rata-rata kontribusi Sulawesi, Bali-Nusra, Maluku-Papua hanya sebesar 3,8%
3) Rata-rata pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur mengalami penurunan, kecuali wilayah Sulawesi. Sulawesi dapat menjadi
trigger pertumbuhan ekonomi di kawasan timur.
10
Sumber: Badan Pusat Statistik 10
KONDISI STATUS DESA
TOTAL : 74.093 Desa
Tertinggal : 20.175 (27,23%)
Berkembang : 51.014 (68,85%)
Mandiri : 2.904 ( 3,92%)

KALIMANTAN : 6.486 (8,75%) SULAWESI : 8.635 (11,65%)


Tertinggal : 2.452 (3,31%) Tertinggal : 2.063 ( 2,78%)
Berkembang : 3.960 (5,34%) Berkembang : 6.506 ( 8,78%)
Mandiri : 74 (0,10%) Mandiri : 66 ( 0,09%) PAPUA : 6.746 (9,10%)
Tertingga l: 6,139 (8,29%)
Berkembang : 601 (0,81%)
Mandiri : 6 (0,01%)

SUMATERA : 22.910 (30,82%)


Tertinggal : 5.982 ( 8,07%)
Berkembang : 16.476 (22,24%)
Mandiri : 452 ( 0,61%) MALUKU : 2.254 (3,04%)
Tertinggal: 1.366 (1,84%)
Berkembang: 870 (1,17%)
Desa Tertinggal JAWA-BALI : 23.117 (31,20%) NUSA TENGGARA: 3.945 (5,32%) Mandiri : 18 (0,02%)
Tertinggal: 591 ( 0,80%) Tertinggal : 1.582 (2,14%)
Desa Berkembang Berkembang: 20.282 (27,37%) Berkembang : 2.319 (3,13%)
Mandiri : 2.244 ( 3,03%) Mandiri : 44 (0,06%) Jumlah Desa 74.754
Desa Mandiri
(Permendagri No. 56/2015)
Sumber: Potensi Desa (Podes) tahun 2014 (diolah) dan Permendagri No. 39/2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan 11
KESENJANGAN SOSIAL ANTARWILAYAH
IPM Provinsi 2019 Persentase Kemiskinan Tahun 2020 (Maret)

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi 2020 (Feb) Gini Rasio Tahun 2020 (Maret)

12
12
KESENJANGAN ANTARWILAYAH

KETERKAITAN
PERDAGANGAN
ANTAR PULAU
(INPUT)
80,74

OUTPUT Permintaan Antara

INPUT Sumatera Jawa+Bali Kalimantan Sulawesi Nusa Tenggara Maluku Papua

Sumatera 94,25 3,01 4,43 2,88 2,65 1,22 3,57


Jawa+Bali 5,41 94,85 17,06 15,34 8,88 5,43 13,07
Kalimantan 0,30 1,10 77,69 1,87 1,22 0,44 2,24
Sulawesi 0,02 0,36 0,52 79,69 0,81 0,12 0,33
Nusa Tenggara 0,01 0,27 0,22 0,03 86,29 0,06 0,04
Maluku 0,00 0,04 0,03 0,14 0,11 92,57 0,01

Papua 0,01 0,37 0,04 0,04 0,05 0,16 80,74


13
13
PERMASALAHAN PEREKONOMIAN DESA, KAWASAN
PERDESAAN DAN DAERAH
Permasasalahan PAPUA MALUKU NUSA SULAWESI KALIMANTAN JAWA SUMATERA
dan Isu TENGGARA
Lahan
Benih/Bibit
Bahan Baku
Peralatan dan
Prasarana
Modal
Pengetahuan/
Teknologi
Informasi
Manajemen Usaha
Pendamping
Prasarana dan
Sarana (listrik, air
bersih, transportasi)

Sangat kurang Cukup Baik 14


TANTANGAN PEMBANGUNAN
Percepatan Pembangunan dan Mitigasi Risiko Bencana
Sebagian besar wilayah Indonesia terletak di jalur gempa besar dari zona megathrust-subduksi lempeng dan sesar-sesar aktif
sehingga berpotensi menimbulkan kerusakan infrastruktur dan konektivitas dasar dan kerugian korban jiwa yang sangat besar.

Pulau Kalimantan Pulau Sulawesi Kepulauan Maluku


• Potensi bencana akibat • Potensi bencana • Potensi bencana
Pulau Sumatera Pulau Papua
megathrust di wilayah timur akibat megathrust akibat megathrust
• Potensi • Kebakaran hutan dan lahan di wilayah utara di wilayah utara • Potensi bencana
bencana akibat dan selatan akibat
megathrust di megathrust di
wilayah pesisir wilayah utara
pantai barat • Kerusakan DAS

Pulau Jawa-Bali
• Potensi bencana akibat
megathrust di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara
pesisir pantai selatan
• Potensi bencana akibat megathrust
Sumber: Perpres 18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 di wilayah utara dan selatan
15
KONDISI JAWA BARAT
Percepatan Pembangunan dan Mitigasi Risiko Bencana
Lingkungan Pembatas (Constraint)
• Mayoritas hutan lindung dan Kawasan Suaka
Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA)
tersebar di Jawa Barat Selatan.
• Di Kabupaten Garut, terdapat sebaran Hutan
Lindung (HL) dan KSA/KPA yang hampir mencapai
30% dari luas wilayah administratif
• Di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis,
sebaran kawasan hutan (HL, KSA/KPA, Hutan
Produksi, Hutan Produksi Terbatas) mencapai
17,2% dan 11,5% masing-masing.

Koridor Pertumbuhan dan Koridor Pemerataan


• Koridor pertumbuhan di Jawa Barat bagian tengah
dan utara diarahkan pada pengembangan industri
berorientasi ekspor dengan skala besar;
• Koridor pemerataan di Jawa Barat bagian selatan
berorientasi pada pemenuhan pelayanan dasar dan
pengembangan ekonomi lokal melalui
pengembangan PKW dan PKL sebagai pendukung
pusat pertumbuhan (hinterland) Jawa Barat.
• Koridor pemeratan dalam RPJMN 2020-2024
meliputi Kabupaten dan Kota Tasikmalaya,
Sumber: RPJMN 2020-2024, KLHK, 2017 Kabupaten Garut dan Kabupaten Ciamis
16
KONDISI JAWA BARAT
Percepatan Pembangunan dan Mitigasi Risiko Bencana
Persebaran Pusat-Pusat Pertumbuhan
WM Jakarta
di Jawa Barat bagian selatan
Pelabuhan Patimban

Pelabuhan Pantai
Eretan

Bandara Kertajati
WM Bandung
Geopark - Pelabuhan Cirebon
Wisata Bahari KSPN Tangkuban
LEGEND Pongkor Bandara Husain Perahu
A Sastranegara Bandara Cakrabhuwana
Jalan Nasional

Destinasi Pariwisata
KSPN
KSPN Bandung
Pelabuhan Ratu Halimun
KSPN Wisata Bahari Kota
KSPN
Ciwidey Kab. Ciamis
Kawasan Lada, Pala,
Ekowisata Geopark TWA Kamojang - MP: Penguatan Jaminan
Wisata Bahari Cengkeh
Papandayan Usaha Serta 350 Korporasi
Cileutuh - Bandara Wiriadinata
Wilayah Metropilitan Petani dan Nelayan
Pelabuhanratu Kab. Garut Tasikmalaya

Kawasan Pertanian
Kab. Tasikmalaya Kawasan Kopi
Pelabuhan Cikidang
MP: Penguatan Jaminan
Pelabuha
Usaha Serta 350 Korporasi
n Bandara Pangandaran
Utama (U) Petani dan Nelayan
Kawasan Kopi
Pengumpan Regional Bandara MP: Penguatan Jaminan DP Pengembangan Ujung
(PR) Usaha Serta 350 Korporasi Kulon-Halimun-Bandung-
Pengumpan Lokal (L) Internasional Petani dan Nelayan
Pangandaran
Pengumpul (P) Domestik
17
KONDISI JAWA BARAT
Percepatan Pembangunan dan Mitigasi Risiko Bencana
Update Senin 19 Oktober 2020, Pukul 20:30 WIB. Sumber: BPBD Kabupaten Garut Mengungsi
Terdampak Banjir
Kec. Cikalet:
• Ds. Pamalayan ± 768 KK / 2.684 Jiwa ± 174 / 604 Jiwa
Kec. Banjarwangi:
• Ds. Cikelet Ds. Talagasari
• Ds. Cigadog
• Ds. Linggamanik
• Ds. Pamalayan
KERUGIAN MATERIL
Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan
165 Unit 281 Unit 694 Unit

Rumah Terendam Jalan Rusak Berat


Rumah Terendam
2542 Unit 31 Unit 30 Titik
Kec. Pameungpeuk:
• Ds. Mancagahar Sarana Keagamaan
Tembok Penahan
• Ds. Mandalakasih Sarana Pendidikan
• Ds. Jatimulya 31 Unit Tanah
13 Unit 30 Titik
• Ds. Pameungpeuk
• Ds. Sinarbakti
• Ds. Bojongkidul
• Ds. Paas
• Ds. Bojong Kaler Jembatan Rusak Fasilitas Kesehatan Sawah Gagal Panen
Kec. Cibalong:
• Ds. Karyamukti
Berat
13 Unit 3 Ha
• Ds. Karyasari 25 Unit
• Ds. Najaten
• Ds. Mekarwangi
18
KONDISI JAWA BARAT
Rekapitulasi Kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Garut
No. SEKTOR/SUB SEKTOR KERUSAKAN & KERUGIAN (Rp) KEBUTUHAN RR (Rp) KEBUTUHAN PENDANAAN* (Rp)
1. PERUMAHAN 22.740.150.000 15.059.500.000 15.059.500.000
1. Perumahan 20.522.550.000 12.259.500.000 12.259.500.000
2. Prasarana Lingkungan 2.217.600.000 2.800.000.000 2.800.000.000
2. INFRASTRUKTUR 33.213.200.000 36.243.000.000 36.243.000.000
1. Transportasi Darat 5.542.400.000 6.550.000.000 6.550.000.000
2. Air & Sanitasi 35.000.000 38.000.000 38.000.000
3. Sumberdaya Air 27.635.800.000 29.655.000.000 29.655.000.000
3. SOSIAL 1.532.500.000 2.930.000.000 2.930.000.000
1. Kesehatan 97.500.000 195.000.000 195.000.000
2. Pendidikan 241.500.000 875.000.000 875.000.000
3. Agama 1.193.500.000 1.860.000.000 1.860.000.000
4. EKONOMI 9.347.540.000 2.639.650.000 2.639.650.000
1. Pertanian 9.347.540.000 2.639.650.000 2.639.650.000
5. LINTAS SEKTOR 234.000.000 234.000.000
1. Satuan Tugas Penanganan Bencana 234.000.000 234.000.000
TOTAL 66.833.390.000 57.106.150.000 57.106.150.000

*Kebutuhan Pendanaan belum terdapat rincian kebutuhan sumber pendanaan dari APBN, APBD Prov, APBD Kab, dan Sumber Lain
19
KONDISI JAWA BARAT
Percepatan Pembangunan dan Mitigasi Risiko Bencana
KORBAN JIWA Luka Meninggal Terdampak Mengungsi

Terdampak Banjir
Ringan 1 Jiwa Banjir 108 Jiwa
& Longsor 2 Jiwa ±361 KK
Sungai 16 KK/51 JIWA Mengungsi 57 JIWA Mengungsi
di Ds. Wangun sari Kec. di Ds. Sepatnunggal Kec.
Bantarkalong Sodonghilir

KERUGIAN MATERIL
Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Rumah Rusak
27 Unit Sedang Ringan
23 Unit 19 Unit

Rumah Rumah Jalan


Terendam Terancam Terendam
376 Unit 16 Unit 15 Titik

Sarana Sarana Keagamaan Terbawa


Pendidikan 2 Unit Longsor
2 Unit 2 Truk

Jembatan Rusak Berat Kolam Ikan Rusak


1 Unit 8 Unit
20
KUNJUNGAN KERJA DAERAH PASCA BENCANA BANJIR DAN LONGSOR
KECAMATAN CIPATUJAH KABUPATEN TASIKMALAYA

Cipatujah berada di wilayah DAS • Curah hujan tinggi Pengeluaran


• Risiko banjir & tanah longsor 3. REKOMENDASI
rawan dan berpotensi banjir penduduk di bawah
sedang hingga tinggi
1. FAKTA

Pengurangan Frekuensi dan Dampak


seperti Sungai Citanduy dan garis kemiskinan
• Kerentanan masyarakat Bencana Banjir
Sungai Cipatujah yang terletak di terpapar bencana sedang Penerapan sumur resapan dan biopori;
bagian utara dan selatan hingga tinggi. Pembangunan tanggul, embung/waduk; dan
Kabupaten Tasikmalaya Penanaman pohon bambu di hulu dan sepanjang
tepian DAS terutama daerah rawan dan berpotensi
banjir seperti di Sungai Citanduy & Sungai Cipatujah

Meredam Volume Banjir Bandang


Perlu upaya mengurangi Perlu upaya mengurangi Membuat waduk peredam banjir (detention storage)
kerentanan sosial melalui jumlah untuk menangkap dan menyimpan sementara sebagian
kerusakan lingkungan
penduduk terpapar bencana debit banjir di daerah yang dilewati oleh sungai-sungai
yang rawan dan berpotensi terjadi banjir bandang
2. MASLAH

Kebijakan Tentang Pengelolaan


Perlu meningkatkan kapasitas Perlu upaya mengurangi Lingkungan Hidup
melalui ketahanan daerah kerentanan ekonomi akibat Membuat mitigasi struktural bencana banjir &
(sektor pemerintah) dan tanah longsor
kerugian lahan produktif
kesiapsiagaan masyarakat
Pemenuhan Kebutuhan Sumber Daya
BPBD
Perlu upaya meningkatkan Terkait dana, sarana, prasarana, dan personil,
produktivitas masyarakat dalam hal kualitas & kuantitas. Perlu
disesuaikan dgn kondisi risiko bencana
PROTOKOL KESEHATAN Penyusunan Dokumen RPB
Tersedianya Sosialisasi kepada Telah tersedia dokumen kajian KRB Kab
Queue and
Telah dilakukan fasilitas cuci Petani dan Pekerja Tasikmalaya untuk menjadi acuan penyusunan
interaction
upaya Crowd tangan dan menggunakan dokumen RPB
management dan management yang
hand masker dan
cukup baik
social distancing sanitizer mencuci tangan
Kementerian PPN/Bappenas 21
Isu Prioritas Clearing House – Jawa Barat Bagian Selatan
Update Senin 19 Oktober 2020, Pukul 20:30 WIB
Mitigasi dan Penanganan Bencana
Kabupaten Garut
1 2 Rumah rusak berat: 165 unit, 3 Jalan rusak berat: 30 titik,
3. REKOMENDASI
Korban terdampak banjir tembok penahan tanah: 30
sedang: 281, ringan: 694, sarana
Kab Garut: ±768 KK/ titik, jembatan rusak berat: Meningkatkan pendidikan kebencanaan
kesehatan: 13, sarana pendidikan:
2.684 Jiwa 25 unit, dan Sawah terendam
1. FAKTA

13, sarana keagamaan: 31 unit 3 ha 1 melalui kurikulum pendidikan dan pelatihan


(Pemda Provinsi dan Kab/Kota : 12 bulan)
Kabupaten Tasikmalaya 6 Jalan rusak berat: 1 titik,
4 Korban meningal: 1 5 Rumah rusak berat: 27 unit, jalan terendam: 15 titik, Memperkuat peran tokoh masyarakat, tokoh
orang, luka ringan: 2 sedang: 23, ringan: 19,sarana jembatan rusak berat: 1 agama dan tokoh perempuan, LSM dalam
oang, terdampak banjir: pendidikan: 2, sarana keagamaan: unit, dan kolam ikan 2 sosialisasi risiko kebencanaan (Pemda : 12
sekitar 361 KK 1 unit terendam: 8 unit bulan)
Terbatasnya pengetahuan tentang risiko Memperkuat peran Pemerintah Desa dan
Belum adanya dan atau belum berfungsinya Kecamatan dalam sosialisasi pengetahuan
bencana yang menyebabkan rendahnya
kesadaran bencana dan kurangnya sistem peringatan dini (EWS) dengan baik. 3 dan risiko kebencanaan (Kemendes PDT dan
kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana. Dinas PMD: 12 bulan)
2. MASALAH

Terbatasnya tempat dan jalur evakuasi saat


Masih adanya penebangan liar di daerah Mengembangkan sistem peringatan dini
perbukitan tanpa diikuti penanaman kembali terjadi bencana.
berbasis masyaarakat dan desa, dan sistem
yang menyebabkan bertambah luasnya lahan 4 informasi kebencanaan (BNPB, Kemdes PDT
kritis. Belum optimalnya koordinasi dan kerjasama
antardinas dalam pengurangan risiko bencana dan Pemda (Bappeda dan BPBD): 12 bulan)
Belum ditaatinya RTRW dan tata guna lahan, dan penanganan bencana (BPBD, Bappeda,,
serta alih fungsi lahan yang menyebabkan PUPera, Perhubungan, Pemberdayaan Mempercepat pembangunan jalur dan
daya dukung lahan. tempat evakuasi (Kementerian PUPera dan
Masyarakat, dan dinas lainnya). 5
Dinas PUPera: 12 bulan)
Menyiapkan peta peggunaan lahan dan
Dokumentasi

risiko kebencanaan, serta upaya


6 pengurangan risiko bencana (Pemprov dan
Pemkab (Bappeda, PUPera, BPBD dan dinas
lainnya ): 12 bulan)

Kementerian PPN/Bappenas 22
KUNJUNGAN KERJA:
Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya
KORBAN JIWA
Luka Ringan Meninggal Terdampak Banjir Mengungsi

Terdampak Banjir 2 Jiwa 1 Jiwa ±361 KK 108 Jiwa


& Longsor
Sungai 16 KK/51 JIWA Mengungsi 57 JIWA Mengungsi
di Ds. Wangun sari Kec. Bantarkalong di Ds. Sepatnunggal Kec. Sodonghilir

KERUGIAN MATERIL
Rumah Rusak Berat Rumah Rusak Sedang Rumah Rusak Ringan
27 Unit 23 Unit 19 Unit

Rumah Terendam Rumah Terancam Jalan Terendam


376 Unit 16 Unit 15 Titik

Sarana Sarana Keagamaan Terbawa


Pendidikan 2 Unit Longsor
2 Unit 2 Truk

Jembatan Rusak Berat Kolam Ikan Rusak


1 Unit 8 Unit
Kementerian PPN/Bappenas 23
KUNJUNGAN KERJA DAERAH PASCA BENCANA BANJIR DAN LONGSOR
KECAMATAN PAMEUNGPEUK KAB. GARUT

Masyarakat • Kecamatan • Keterbatasan lahan Kabupaten Garut


Pameungpeuk yang produktif 3. REKOMENDASI
masih minim rentan terhadap
• Keterampilan
1. FAKTA

informasi terdampak banjir berbagai ancaman


terparah masyakat minim Perluasan Kerjasama Petani-Perusahaan-
terkait bencana
• Terdapat sisa material dalam mengolah Pemda
kebencanaan hasil panen hidrometeorologi
dan lumpur yang Intensifikasi Pendampingan Petani-Peternak
menutupi akses jalan
dan jembatan
Riset dan Pengembangan Alat Peringatan Dini
Kerjasama BNPB, BMKG, BPPT, LIPI, Perguruan
Perlu optimalisasi sarana informasi Perlu penguatan Tinggi dan Balai Penelitian.
(peringatan dini) terintegrasi yang dukungan Pemda,
komunitas, lembaga Replanting Vegetasi Hijau
mudah diakses oleh masyarakat. Penanaman vegetasi hijau di bantaran sungai
usaha, dll dalam
2. MASALAH

meningkatkan maupun titik rawan banjir


Perlu dukungan alat-alat berat untuk produktivitas lahan
Pengembangan Usaha Ekonomi
membersihkan material dan lumpur. Perlu penguatan Pelatihan kelompok petani, penyediaan bibit,
koordinasi pentahelix perluasan akses kredit petani, dan perluasan
dalam kajian ancaman jejaring bisnis untuk produk olahan berbasis
bencana di masa yang singkong dan keju.
Perlu pendampingan sosial
akan datang.
terutama kelompok rentan dan Peningkatan Sosialisasi dan Literasi
Kebencanaan
pelatihan keterampilan penyintas. Sosialisasi, literasi, dan pelatihan
kesiapsiagaan untuk masyarakat.
PROTOKOL KESEHATAN Peningkatan kapasitas pemda dan masyarakat.
Tersedianya Queue and Sosialisasi kepada
Telah dilakukan fasilitas cuci interaction pengungsi
upaya Crowd tangan dan menggunakan
management yang
management dan hand masker dan
cukup baik
social distancing sanitizer mencuci tangan
Kementerian PPN/Bappenas 24
KUNJUNGAN KERJA:
KECAMATAN PAMEUNGPEUK KAB. GARUT

Kementerian PPN/Bappenas 25
PERUBAHAN LINGKUNGAN
3 SRATEGIS
DISRUPSI EKONOMI DAN CARA BARU
TANTANGAN PEMBANGUNAN:
DISRUPSI AKIBAT PANDEMI COVID19
DAMPAK PANDEMI Korban manusia Dampak sosial Perubahan perilaku
COVID19 dan ekonomi masyarakat dan
pemerintah

Perubahan Kebijakan Keuangan


Perlambatan Ekonomi Negara dan Keuangan Daerah
RISIKO PANDEMI
COVID19
Perubahan dan Pergeseran Rencana Optimalisasi pengembangan IPTEK

SKENARIO PEMULIHAN % Kurva V % Kurva U % Kurva L


AKIBAT PANDEMI
COVID19

tahun tahun tahun


Perlambatan dan Perlambatan dan Perlambatan dan Stagnasi
Pemulihan secara cepat Pemulihan secara
lambat
Waktu 27
CARA BARU #1: Regionalisasi rantai pasok
Perubahan geopolitik di tataran global, dan meningkatnya proteksi
dan perebutan sumber daya antarnegara meningkatkan risiko bagi
perusahaan multinasional.
Dalam upaya mengurangi risiko, mata rantai global di masa depan
akan ditandai oleh pergeseran dari ketergantungan pada satu
sumber bahan baku (centrality) menjadi regionalisasi rantai
produksi dan distribusi dalam suatu kawasan.
Perusahan multinasional dan pelaku usaha besar tidak lagi
mencari bahan baku paling murah di seluruh dunia dan proses
produksi fokus di satu lokasi tersebut, tetapi proses produksi akan
menyebar dan fokus di kawasan yang lebih kecil.
Jaringan produksi (production network) berlangsung di satu
region secara end-to-end: mulai dari input bahan baku-proses
produksi-perakitan-distribusi hingga marketing dalam satu
kawasan
Diperkirakan dominasi China akan berkurang di tingkat dunia,
Source: BCG Perspectives (09/06/2020) digantikan berkembangnya klaster-klaster produksi di tingkat
wilayah: kawasan ASEAN, kawasan negara, dan bahkan tingkat
pulau (tergantung pada efisiensi dan risiko di masing-masing
industri)
Relevansi Pembangunan Regional di Indonesia:
Pendekatan Berbasis Kewilayahan Pulau menjadi sangat penting dan krusial
Implikasi Kebijakan:
Penguatan Mata Rantai Produksi-Pengolahan-Pemasaran di setiap wilayah Pulau dan nasional. 28
CARA BARU#2:
Konektivitas digital semakin penting

Pemanfaatan teknologi digital ( ICT) semakin intensif dan


menentukan daya saing wilayah.

Transaksi online semakin cepat dan masif.

Industri dipaksa melakukan transformasi digital lebih


cepat ke arah otomatisasi dan kecerdasan buatan
(artificial intelligence), serta mengurangi penggunaan
tenaga kerja manual.
Jaringan infrastruktur telekomunikasi dan penetrasi
digital (termasuk literasi digital) akan menentukan pola
pusat-pusat petumbuhan baru berbasis ICT.

Relevansi Pembangunan Regional di Indonesia:


Konektivitas infrastruktur dan konektivitas digital di setiap wilayah menjadi persyaratan
Implikasi Kebijakan:
Penyiapan SDM unggul dan pembangunan jaringan infrastruktur telekomunikasi di setiap wilayah Pulau dan
nasional.
29
CARA BARU#3:
Peninjauan kembali keuntungan densitas
Belajar dari Pola Penyebaran Pandemi Covid19
Daerah yang sangat padat (densitas tinggi) cenderung lebih rawan dan
mempunyai risiko tinggi terhadap bencana alam dan pandemi.

Koreksi terhadap premis atau asumsi lama. Aglomerasi suatu daerah atau kota
meskipun menguntungkan dari meningkatnya efisiensi pelayanan publik, tetapi
mempunyai risiko dan kerentanan yang lebih besar di masa depan

Distribusi penduduk diperkirakan akan mengarah pada kota-kota menengah


yang di satu sisi masih menjanjikan prospek bisnis dan keuntungan
aglomerasi, sekaligus di sisi lain tidak padat sehingga relatif aman terhadap
bencana alam dan penyebaran penyakit menular.

Relevansi Pembangunan Regional di Indonesia:


Sistem perkotaan, permukiman dan transportasi yang bersih, sehat, aman dan nyaman sangat penting.
Implikasi Kebijakan:
Pembangunan kota kecil dan menengah dengan standar kesehatan dan keamanan yang tinggi, dan konektivitas
desa-kota yang leih baik di setiap wilayah Pulau dan nasional.
30
CARA BARU#4:
Social capital justru makin esensial
Belajar dari respon masyarakat dan pemerintah selama pandemi
Covid-19 bencana alam lainnya
Dalam setiap krisis, bencana dan pandemi, salah satu kunci untuk bertahan
adalah kesiapan, kemandirian (self-help) dan kemampuan beradaptasi dengan
pola kehidupan baru.
Pembatasan fisik jika tidak disertai solidaritas sosial akan menciptakan
keterasingan (alienasi) dan pemisahan (segregasi) antargolongan masyarakat.
Empati, berbela rasa, dan solidaritas sosial dari kelompok mampu terhadap
kelompok tidak mampu sangat penting bagi kohesivitas komunitas.
Rasa percaya (trust) antarkelompok masyarakat dan antara masyarakat dan
pemerintah menentukan efektivitas kebijakan di masa krisis dan tanggap
darurat.
Kohesivitas komunitas dan trust selanjutnya menjadi penguat bagi tindakan
kolektif dan gotong royong yang akan menentukan produktivitas, daya tahan
masyarakat dan pemulihan kehidupan sosial ekonomi wilayah
Relevansi Pembangunan Wilayah dan Kawasan di Indonesia:
Modal sosial dalam pengembangan wilayah dan kawasan ke depan akan semakin krusial dan sentral.
Implikasi Kebijakan:
Pembangunan kawasan ekonomi dan pembangunan infrastruktur harus didukung dengan pengembangan
partisipasi, kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah daerah.
31
YANG TETAP DALAM NORMAL BARU:
Tiap wilayah harus membangun daya saing secara
berkelanjutan
Model diamond (Michael Porter) daya saing wilayah akan
ditentukan ketersediaan dan kualitas di empat pilar: (1) faktor input,
(2) kondisi permintaan, (3) strategi pelaku usaha dan iklim
kompetisi, dan (4) keberadaan industri yang saling terkait.

Kerangka model Porter sangat relevan dengan tren normal baru:


regionalisasi rantai pasok sistem produksi dan pengembangan
pusat-pusat pertumbuhan yang tersebar di tingkat wilayah.
Kerangka model Porter ini juga relevan dengan potensi kekayaan
dan keragaman sumber daya alam Yang tersebar di seluruh wilayah
nusantara .
Saat ini partisipasi Indonesia dalam mata rantai global (global value
chains) lebih banyak dari sisi forward linkages artinya SDA
(komoditas) yang murah menjadi input antara bagi proses produksi
di negara lain.
Relevansi Pembangunan Regional di Indonesia:
Transformasi pembangunan di setiap wilayah untuk memperpanjang mata rantai nilai tambah domestik
(domestic value chain) dan matai rantai nilai tambah wilayah (regional value chain).
Implikasi Kebijakan:
Pembangunan kawasan ekonomi dan pembangunan infrastruktur di setiap wilayah harus didukung dengan
pengembangan partisipasi, kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat dan pemerintah daerah. 32
PENGEMBANGAN MATA RANTAI NILAI
…”Smile Curve” Dalam Mata Rantai Produksi….
Dalam rantai nilai manufaktur global (GVC),
distribusi nilai tambah membentuk pola “U” seperti
“SMILE” (Alcacer & Oxley, 2014)
Tiap negara/wilayah akan mengambil posisi
spesialisasi di salah satu fragmen dari mata rantai
nilai produksi.
Nilai tambah tertinggi terkonsentrasi di ujung hulu
(lokasi basis riset dan desain) dan ujung hilir proses
produksi (marketing dan after sales).
Lokasi-lokasi basis manufaktur menerima nilai
tambah lebih rendah sampai sedang (produksi
komponen, perakitan).

Relevansi Pembangunan Regional di Indonesia:


Upgrading pertanian dan industri pengolahan sangat penting dalam mengembangkan mata rantai nilai domestik
(domestic value chain) dan matai rantai nilai tambah wilayah (regional value chain).
Implikasi Kebijakan:
Kerjasama dan kemitraan yang solid Pemerintah, Perguruan tinggi, masyarakat dan pelaku usaha dalam riset, pilot
project inkubasi bisnis dan pengembangan komoditas unggulan daerah; serta dukungan media dalam promosi
perdagangan dan investasi. 33
TRANSFORMASI DAN AKSELERASI
4 PEMBANGUNAN
TRANSFORMASI DAN BENCHMARKING
TRANSFORMASI SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI
DAN SUMBER DAYA DESA, KAWASAN DAN DAERAH
Industri 1.0 Industri 2.0 dan Industri 3.0 Industri 4.0
(Teknologi
(Teknologi (Teknologi Mekanik, Listrik, Robotik Informatika dan
SDM Mekanik) dan Elektronik) Kecerdasan Buatan)

Pengetahuan
Teknologi Peningkatan
Kapabilitas
Organisasi (Daya
Saing, Daya
Informasi
Tarik, Daya
Prasarana Tahan dan
Daya
Ruang Lestari)
(darat dan laut)

Lahan
dan Berburu dan Berpindah Pertanian dan Manufaktur Sintesis dan Sintesis dan
Pengumpul dan Bertani Pertambangan dan Jasa Daur Ulang Daur Ulang
SDA 4R (Reduce, Reuse, 4R (Reduce, Reuse,
Recycle and Replace) Recycle and Replace)

Perbedaaan Arah (Direction), Besaran (Magnitude) dan


Kecepatan (Speed) pembangunan daerah.
35
TRANSFORMASI DESA, KAWASAN DAN DAERAH
1. Akumulasi Modal Sosial KEUNGGULAN Desa, Kawasan, Kota
2. Akumulasi Modal Pengetahuan KOLABORATIF dan Daerah Mandiri
3. Akumulasi SDA dan Lingkungan
4. Akumulasi Modal Fisik Desa, Kawasan, Kota DAYA SAING BERBASIS
5. Akumulasi Modal Keuangan dan Daerah INOVASI DAN KOLABORASI
(Finansial) KEUNGGULAN Berkembang
KOMPETITIF • Ekonomi kreatif berbasis digital
• Pusat Inovasi, Riset dan
Pengembangan Daerah
• Tenaga profesional
• Kerjasama Pentahelix: Pemda-
Desa, Kawasan, DAYA SAING BERBASIS Masyarakat-Universitas-Swasta-Media
Kota dan Daerah EFISIENSI DAN INOVASI
Tertinggal inovasi
• SDM terampil dan terdidik
• Infrastruktur dasar: jalan, air bersih, listrik,
telekomunikasi dan informasi
• Infrastruktur ekonomi: pasar, bank, pusat
KEUNGGULAN perdagangan
KOMPARATIF • Jaringan transportasi darat, laut dan udara
DAYA SAING BERBASIS • Jaringan telekomunikasi dan informasi
FAKTOR INPUT
• Sumber Daya Alam: Pertanian, (1) Regulasi, (2) Data dan Sistem Informasi, (3)
Kelautan dan Perikanan, Pengetahuan dan Inovasi, (4) Prasarana dan
Pertambangan sarana, (5) Manajemen Organisasi, (6) Partisipasi
• Pariwisata: Wisata Alam, Wisata Seni
dan Budaya, Wisata Kuliner Masyarakat, (7) Perbankan, dan (8) Birokrasi.
36
KEHIDUPAN YANG BERKELANJUTAN
(SUSTAINABLE LIVELIHOOD)
• Gizi dan kesehatan
• Pendidikan, pengetahuan, keterampian dan keahlian
Modal Manusia •

Etika, moralitas, sikap, dan perilaku
Kapasitas untuk bekerja dan wirausaha
• Kapasitas untuk beradaptasi

Modal Sosial
Modal Alam
• Lahan
• Jaringan dan relasi
• Hubungan saling percaya • Sumber daya air dan
dan toleransi kelautan
• Hutan dan pepohonan
• Partisipasi
• Kepempinan lokal 5 • Margasatwa
• Peraturan bersama dan sanksi DIMENSI
Rakyat Desa • Keanekaragaman hayati
• Jasa lingkungan

Modal Fisik
• Prasarana dasar: rumah, air Modal Keuangan
bersih, listrik dan sanitasi • Gaji dan Upah
• Konektivitas: transportasi dan • Tabungan
telekomunikasi • Pinjaman
• Peralatan dan Teknologi • Bantuan
BUDAYA DAN KINERJA PEMBANGUNAN
Perubahan Bertahap

PERILAKU
BUDAYA MASYARAKAT KERJASAMA

SALING SISTEM
SIKAP, NILAI, PERCAYA DAN POLITIK,
TOLERANSI KINERJA
KEYAKINAN SOSIAL, DAN
EKONOMI PEMBANGUNAN
PERSAINGAN
PERILAKU
MENTAL INDIVIDU
MODEL
MEMBANGUN KAPASITAS
MANUSIA
• Perlakuan adil dan tanpa diskriminasi
• Pelayanan pendidikan yang bermutu
• Pelayanan kesehatan yang bermutu
• Penelitian dan pengembangan Sumber: Dimodifikasi dari Lawrence Harrison
• Profesionalisme dan Stace Lindsay. Culture and Development.
• Penghargaan terhadap prestasi dan kinerja
• Penciptaan suasana yang kondusif dan stabil
BASIS KEMAJUAN DAN KEUNGGULAN KAWASAN

KOMPARATIF

Kondisi geografis dan sumber daya alam Infrastruktur: jalan,


yang dikelola dengan baik, aman dan pelabuhan, bandar KOMPETITIF
berkelanjutan udara, listrik, air
Penduduk, angkatan kerja, dan tenaga bersih, dan jaringan
kerja terdidik, tangguh dan sadar transportasi yang Produksi dan jasa Pelaku bisnis yang
bencana. modern dan tertata, berstandar bermutu tinggi dengan
infrastruktur internasional semangat kewirausahaan,
Kondisi ketertiban dan keamanan daerah profesional, disiplin dan
yang stabil dan terjaga dengan baik. kebencanaan yang
siap. Iklim investasi dan etos kerja kuat; memiliki
iklim usaha yang kemampuan manajerial
mendukung dan jaringan luas.
Business KOLABORATIF
Protokol kesehatan dan kebencanaan yang solid dan
konsisten.
Kerjasama dan kemitraan
Media Academy Pemerintah, Pemda, Pelaku Birokrasi daerah yang modern, profesional dan akuntabel
usaha, Perguruan tinggi,
Pentahelix Masyarakat dan Media Kebijakan belanja atau investasi pemerintah daerah yang
dalam riset dan jelas, konsisten, terukur dan berkesinambungan
pengembangan teknologi
dan inovasi unggulan

Commu Govern
nity ment Perluasan Jejaring dan Promosi Riset, Investasi dan
perdagangan internasional yang kuat 39
KOLABORASI RISET DAN PENGEMBANGAN
Penyiapan Model Pengurangan Risiko Bencana

Data Kependudukan Data Infrastruktur


• BPS (Sensus Penduduk, SUPAS, • Kemen PUPera
Susenas) • Kemenhub
• Kemendagri (Dukcapil) • BPS
Simulasi
Model Spasial Dinamik
Data Geologi
(Bappenas, BIG, KLHK) •Statik
• Badan Geologi-Kemen ESDM •Dinamik
• BMKG, LIPI, BPPT dan lainnya Kerugian ekonomi
Transportasi Tata Ruang
(direct economic
losses) dan Lahan
Pilihan
Data Kebencanaan
Kebijakan
• BMKG, Badan Geologi- emen ESDM,
• BPPT InaRISK Ekonomi • Adaptasi
• LIPI BNPB CGE, IRIO Lingkungan • Mitigasi
• BNPB, dan lainnya IRCGE
• Investasi

Korban manusia
(lost of life)
Data Lahan dan Tata Ruang
• ATR Sosial Manusia
• BPIW-Kemen PUPera Diseminasi
• BPN
Single
Data Klimatologi
Multi
Kajian LIPI dan BNPB
• BMKG, BPPT, LIPI Kesiapsiagaan Bencana
• Perguruan Tinggi: UGM, ITB, UI,
IPB,
• LIPI dan Lainnya 40
Waktu
KOLABORASI RISET DAN PENGEMBANGAN
Penyiapan Model Pengurangan Risiko Bencana

Kebijakan, Program dan Indikator Kinerja

• Model Interregional
Ekonometrik Penyusunan
• Model CGE
• Model Interregional RKP

Strategi dan kebijakan


Penanggulangan
Rencana Analisis Kebijakan
Model Pengurangan Tata Ruang dan Evaluasi RENCANA INVESTASI
Risiko Bencana Wilayah, Peta

Bencana
(Disaster Risk Infrastruktur (Disaster Investment
Reduction dan
Proyeksi dan and Financing)
Modelling) Peta Rawan
Bencana Skenario
Pembangunan
Nasional

Wilayah Penyusunan
Model Perubahan RPJMN
Lingkungan 2020-2024

Kebijakan, Program dan Indikator Kinerja


41
BENCHMARKING PEMBANGUNAN
5 DAN PENANGANAN BENCANA
STUDI KOMPARATIF DAN PENGAMATAN EMPIRIK
SOCIETY 5.0 DAN PEMBANGUNAN MANUSIA
• Society 5.0 yang digagas oleh Pemerintah
Jepang menekankan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern (AI,
robot, IoT, dan lainnya) untuk melayani
kebutuhan manusia.
• Tujuan dari konsep Society 5 adalah
mewujudkan masyarakat yang setiap
manusia benar-benar menikmati hidup dan
merasa nyaman.
• Society 5.0 disusun sebagai solusi atas
Revolusi Industri 4.0 yang dikhawatirkan
akan mendegradasi umat manusia.
• Revolusi industri 4.0 menggunakan
kecerdasan buatan sebagai komponen
utama dalam membuat perubahan di masa
• Society 1.0, manusia masih berada di era berburu dan mengenal tulisan. yang akan datang.
• Society 2.0 adalah era pertanian saat manusia sudah mulai mengenal bercocok
tanam. • Sedangkan Society 5.0 menekankan pada
• Society 3.0 memasuki era industri saat manusia mulai menggunakan mesin untuk manusia yang harus mendapat manfaat dari
menunjang kegiatan sehari-hari penggunaan teknologi informasi dan
• Society 4.0 seperti saat ini, yaitu manusia menggunakan komputer dan internet kecerdasan buatan.
dalam berbagi informasi.
• Society 5.0 adalah era saat semua teknologi menjadi penunjang kehidupan
manusia.
PARADIGMA LINGKUNGAN ALAM DAN MANUSIA
COVID-19 Pandemic Response in Japan: What Is behind the Initial Flattening of the Curve? (Ai Tashiro • Bangsa Jepang memandang bahwa
and Rajib Shaw. 2020) https://www.mdpi.com/2071-1050/12/13/5250/htm masyarakat (sosial) dan ekosistem
sebagai bagian dari lingkungan
geografis yang lebih besar.
• Masyarakat dan ekosistem
keduanya saling mempengaruhi
dan keduanya dapat menyebabkan
perubahan lingkungan geografis
seperti perubahan iklim dan
bencana.
• Sebaliknya pandangan logik dari
bangsa barat (western)
menyebutkan bahwa lingkungan
geografis akan mempengaruhi
ekosistem dan selanjutnya
berdampak pada masyarakat.
• Selain tu, perbedaan sistem
layanan kesehatan, kebersihan
dan sanitasi, pola makan, budaya,
tindakan pemerintah dan sistem
imunitas mempunyai pengaruh
terhadap efektivitas penanganan
bencana dan pandemi.
BEST PRACTICES
KEBERHASILAN PENANGANAN PANDEMI
Although pandemics are global events, the responses to them are always local. Governance,
technological application, and citizen behaviors are some of the key aspects that could flatten the
curves in China, Japan, and South Korea (Ai Tashiro and Rajib Shaw, 2020) 
• Pemerintah Jepang melaksanakan beberapa kebijakan penting yang didukung
dengan data yang sangat baik dan analisis berbasis bukti.
• Kebijakan berbasis bukti dan pengetahuan (knowledge-based policy) menjadi
inti dari keberhasilan kebijakan penanganan pandemi.
• Faktor lain yang mendukung keberhasilan penangan pandemi adalah
kombinasi dari budaya (disiplin), sistem layanan kesehatan yang andal, pola
hidup bersih dan sanitasi, dan status imunitas.
Ada sepuluh (10) tahapan dalam mencegah penularan dan mengatasi kerugian
akibat pandemi:
1. Keterpaduan surveillance dan identifikasi dan deteksi dini
2. Identifikasi daerah merah (hotspots/clusters) seawal mungkin
3. Multi-disiplin dukungan pengambilan keputusan berbasis pengetahuan
4. Perumusan perencanaan dengan skenario paling parah (worst-case scenario
planning)
5. Rencana tindak pemulihan yang mengutamakan hak dasar rakyat dan
bersifat inklusif (leave no one behind)
6. Kerjasama dan kemitraan lintas batas dan lintas daerah
7. Pemanfaatan teknologi baru dan terkini
8. Kerjasama dan Kemitraan Pemerintah, Pelaku usaha dan Masyarakat
(public-private-people collective partnerships)
9. Pemberitaan media yang bertanggung jawab dan perlawanan berita palsu
10. Keterbukaan dalam penyebaran informasi
KUNCI PENANGANAN BENCANA: MODAL SOSIAL,
PERAN PEREMPUAN DAN PASAR DI MIYAGI, SENDAI

46
KUNCI PENANGANAN BENCANA: MODAL SOSIAL,
PERAN PEREMPUAN DAN PASAR DI YOGYAKARTA

47
KUNCI PENANGANAN BENCANA: MODAL SOSIAL,
PERAN PEREMPUAN DAN PASAR DI LOMBOK

48
KUNCI PENANGANAN BENCANA: MODAL SOSIAL,
PERAN PEREMPUAN DAN PASAR DI PALU, SULAWESI TENGAH

49
PEMBELAJARAN SINERGI PENANGGULANGAN
BENCANA
Menyusun rencana dan Kebijakan
Pemerintah
Manajemen risiko , yang berisi tentang dan
dukungan kebutuhan kaum wanita, Pemerintah
anak-anak, orang lansia, dan disabilitas Daerah

Mendukung kegiatan daerah


Sektor Organisasi dan Lembaga khususnya pada risiko potensial.
perlu bekerjasama lebih erat Organisasi Akademi Mendukung kooperasi kebijakan
dan mendukung kegiatan dan SINERGI dan
dan ilmu pengetahuan.
Lembaga Perusahaan
pemerintah sampai dengan Menyediakan informasi,
komunitas mengembangkan teknologi, dll

Mengikuti pelaksanaan rencana dan


Komunitas strategi, meningkatkan pengetahuan
untuk mengurangi risiko bencana di
Sumber: Prof. Izumi Takako, Tohoku University
daerah
DATA, INFORMASI DAN PENGETAHUAN
Data Relevant and
Knowledge
Processed Information Actionable

DEPLOYMENT CHART

Database DEPT 1
PHASE 1 PHASE 2 PHASE 3 PHASE 4 PHASE 5

DEPT 2

Wisdom
DEPT 3

DEPT 4

4 5
2 3
1

Relevant and actionable processed-data

• Knowledge is • Characteristics of knowledge


• information that is contextual, relevant, • Extraordinary leverage and increasing returns
and actionable • Fragmentation, leakage and the need to refresh
• understanding, awareness, or familiarity • Uncertain value
acquired through education or experience • Uncertain value of sharing
• anything that has been learned,
perceived, discovered, inferred, or • Knowledge-based economy
understood. The economic shift from natural resources to intellectual
In a knowledge management system, assets
“knowledge is information in action”
Copyright ©2011 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall 51
RANTAI NILAI MANAJEMEN PENGETAHUAN

Manajemen Pengetahuan :
1. Akuisi Data dan Informasi
1) Pendataan Data
2) Penyimpanan Data
3) Penyebaran
4) Pemanfaatan Data
2. Budaya Pengetahuan, Jejaring
dan Komunikasi
3. Budaya Organisasi (Bappenas,
Bank Indonesia, Kementerian
Keuangan,
Kementerian/Lembaga,
KADIN, Perguruan Tinggi,
Lembaga Penelitian,
Organisasi Internasional, )
4. Pendidikan dan Pelatihan
5. Produk dan Jasa
Copyright ©2011 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall 52
PEMANFAATAN TEKNOLOGI
DALAM MANAJEMEN PENGETAHUAN
Manajemen Pengetahuan:
Collaboration
ENABLING TECHNOLOGIES FOR
Communication
1. Membuat data, informasi dan
KNOWLEDGE MANAGEMENT pengetahuan menjadi visible dan
Internet
Data dapat diakses
KM LIFE-CYCLE Mining
2. Mengembangkan budaya
Create Share
Extranet
Expert pengetahuan
Systems
3. Membangun infrastruktur
Intranet
Search pengetahuan
Engine
Identify Modify 4. Menciptakan iklim pengetahuan
Artificial
Web 2.0
5. Membagikan pengetahuan
Intelligence feedback
6. Mengembangkan ekonomi
Machine
Act Apply Databases
berbasis pengetahuan
Learning

Measurements Portals Model penciptaan pengetahuan


(knowledge creation): sosialisasi,
Knowledge CULTURE PROCESS PRACTICE Web
representation technologies ekternalisasi, internalisasi dan
INFLUENCING FACTORS kombinasi)

Copyright ©2011 Pearson Education, Inc. Publishing as Prentice Hall 53


KOLABORASI DAN KERJASAMA PENGEMBANGAN
MODEL PENGURANGAN RISIKO BENCANA
Data Kependudukan Data Infrastruktur
• BPS (Sensus Penduduk, SUPAS, • Kemen PUPera
Susenas) • Kemenhub
• Kemendagri (Dukcapil) • BPS
Simulasi
Model Spasial Dinamik
Data Geologi
(Bappenas, BIG, KLHK) •Statik
• Badan Geologi-Kemen ESDM •Dinamik
• BMKG, LIPI, BPPT dan lainnya Kerugian ekonomi
Transportasi Tata Ruang
(direct economic
losses) dan Lahan
Pilihan
Data Kebencanaan
Kebijakan
• BMKG, Badan Geologi- emen ESDM,
• BPPT InaRISK Ekonomi • Adaptasi
• LIPI BNPB CGE, IRIO Lingkungan • Mitigasi
• BNPB, dan lainnya IRCGE
• Investasi

Korban manusia
(lost of life)
Data Lahan dan Tata Ruang
• ATR Sosial Manusia
• BPIW-Kemen PUPera Diseminasi
• BPN
Single
Data Klimatologi
Multi
Kajian LIPI dan BNPB
• BMKG, BPPT, LIPI Kesiapsiagaan Bencana
• Perguruan Tinggi: UGM, ITB, UI,
IPB,
• LIPI dan Lainnya 54
Waktu
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
6 WILAYAH 2020-2024
ARAHAN PRESIDEN DAN KERANGKA REGULASI
ARAHAN PRESIDEN
VISI MISI, ARAHAN PRESIDEN DALAM
7 AGENDA PEMBANGUNAN RPJMN 2020-2024
Komitmen Pemerintah dalam penanganan bencana dengan melakukan
pengarusutamaan (mainstreaming) pengurangan risiko bencana dalam agenda
pembangunan. AGENDA PEMBANGUNAN
4 UTAMA TERKAIT PRB

Arah kebijakan pengurangan risiko


bencana berdasarkan karakteristik
wilayah per pulau
Perlindungan sosial untuk risiko
perubahan iklim dan bencana alam

Infrastruktur berketahanan bencana

Investasi pengurangan risiko bencana,


sistem peringatan dini multiancaman
bencana
7 AGENDA PEMBANGUNAN
Didukung oleh: 3 SDM Berkualitas dan Berdaya Saing
4 Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
5
Pembangunan Infrastruktur

Dilaksanakan melalui:
Memperhatikan/
1 2 mempertimbangkan kondisi:
Transformasi ekonomi:
Wilayah sebagai Basis 6 Lingkungan Hidup dan
Rata-rata Pertumbuhan
Pembangunan Kerentanan Bencana
6% per tahun

Sebagai Prasyarat:
7
Kondisi Polhukhankam yang kondusif:
• Penyederhanaan regulasi
• Penyederhanaan birokrasi
• Stabilitas politik dan pertahanan
keamanan 58
58
OPTIMALISASI ALOKASI DAN DISTRIBUSI
SUMBER DAYA ANTARWILAYAH
Belanja K/L + Dana Dekon/TP + Dana Transfer Daerah (DAU, DAK, DBH,
Dana Otsus dan Keistemewaan) dan Dana Desa + Pinjaman/Hibah+ Swasta Pemerintah Pusat
+ Perbankan(+) (+) (+) (+) (+) (+) (+)

Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda Pemda

Pengeluaran Pemerintah Daerah = Penguatan Perekonomian daerah Dampak alokasi sumberdaya


terhadap perkonomian daerah
(+)
(+)
(+)
Pem (-) (+)
ban Pembangunan
g
SU unan
Pembangunan
(-) Wilayah
MA
TER Wilay
ah (+)
Wilayah
KALIMANTAN Pembangunan (-)
MALUKU (-)
A
Wilayah
SULAWESI Pembangunan
54797.00 (minimum)
Wilayah
245594.00
398937.00 (median)
Pembangunan (-) PAPUA
639154.00 Wilayah JAWA- Pembangunan
1339115.00 (maximum) BALI Wilayah
NUSA TENGGARA

Seluruh alokasi sumber daya didorong untuk meningkatkan produktivitas, nilai tambah, pendapatan dan daya saing
daerah; memperkuat modal sosial budaya, mewujudkan kehidupan yang bermartabat
Alokasi sumber daya K/L, swasta dan perbankan harus memperhatikan prioritas wilayah 59 59
59
ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN WILAYAH
RPJMN 2020-2024
Pembangunan kewilayahan diarahkan Strategi dan Pendekatan Pengembangan Wilayah

Menyelesaikan isu ketimpangan antarwilayah Koridor Pertumbuhan Koridor Pemerataan

“memacu pertumbuhan ekonomi ‘’meningkatkan pelayanan dasar yang


Dengan sasaran antara lain: nasional melalui percepatan lebih merata melalui pengembangan
pengembangan kawasan-kawasan Pusat Kegiatan Wilayah dan Pusat
1. meningkatnya pemerataan antarwilayah (KBI- pertumbuhan, meliputi PKN, PKW, Kegiatan Lokal sehingga terbentuk
KTI, Jawa-luar Jawa); KEK, KI, dan KSPN, serta kota-desa pusat-pusat pelayanan dasar baru yang
2. meningkatnya keunggulan kompetitif pusat-pusat serta kawasan aglomerasi perkotaan menjangkau daerah pelayanan yang
pertumbuhan wilayah; pada kabupaten/kota yang terletak lebih luas terutama kabupaten/kota
3. meningkatnya kualitas dan akses pelayanan dasar, pada koridor pertumbuhan” dalam koridor pemerataan.
daya saing serta kemandirian daerah;
4. meningkatnya sinergi pemanfaatan ruang wilayah.
Target, Major Project dan Proyek Prioritas di 7 wilayah pembangunan

Mendorong transformasi dan akselerasi


pembangunan wilayah KTI yaitu Kalimantan,
Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua,
dan tetap menjaga momentum pertumbuhan
di wilayah Jawa Bali dan Sumatera”.

60
STRATEGI PERTUMBUHAN WILAYAH
1. Penguatan basis produksi dan pengolahan
komoditas unggulan daerah yang tersebar
pada sentra-sentra hilirisasi pertanian dan
perikanan di KPPN, Kawasan Transmigrasi,
SKPT/WPP
2. Pembangunan smelter pada kawasan
potensial dalam mendukung hilirisasi Sumber
Daya Alam (SDA);
3. Penyediaan jaringan infrastruktur secara
terpadu yang meliputi jaringan transportasi,
sistem energi, fasilitas air baku dan air bersih,
dan sistem pengolahan limbah;
4. Pelayanan perijinan dan investasi yang cepat
dan efisien;
5. Penguatan konektivitas dengan pusat-pusat produksi bahan baku di kawasan
perdesaan dan transmigrasi, kota-kota kecil, dan kota-kota menengah dalam
pengadaan bahan baku dan pendukung;
6. Pengembangan kerjasama dan kemitraan pembiayaan pemerintah dan badan
usaha;
7. Penguatan kerjasama pentahelix antara Pemerintah Daerah, badan pengelola,
masyarakat, perguruan tinggi dan media dalam promosi dan pengembangan
kawasan strategis;
8. Perluasan kerjasama dan kemitraan dalam kerjasama mata rantai produksi global.
61
STRATEGI PERTUMBUHAN WILAYAH
KPBPB Sabang
PERSEBARAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS
Prov. Aceh
KEK Likupang
KEK Arun Lhokseumawe Prov. Sulawesi Utara
Prov. Aceh

KI/KEK Sei Mangkei KEK Bitung


Prov. Sumatera Utara
Prov. Sulawesi Utara KEK Morotai
KI/KEK Galang Batang KEK MBTK Prov. Maluku Utara
KPBPB Batam
Prov. Kalimantan
Bintan Karimun Prov. Kepulauan Riau
Timur
Prov. Kepulauan Riau

KI/KEK Palu KEK Sorong


KEK Tanjung Api-Api KEK Tanjung Kelayang Prov. Sulawesi Tengah Prov. Papua Barat
Prov. Sumatera Selatan Prov. Bangka Belitung

KEK Kendal
KEK Tanjung Prov. Jawa Tengah
Lesung
Prov. Banten KEK Mandalika
Prov. NTB

Keterangan: KEK Singhasari


Prov. Jawa TImur

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan
siap menerima investasi belum operasional Bebas (KPBPB) Operasional
62
STRATEGI PEMERATAAN ANTARWILAYAH
Daerah Tertinggal
62 daerah tertinggal 2020-2024 dan 62 daerah Afirmasi Papua
tertinggal terentaskan 2019 (1.933 kecamatan)
Seluruh Kab di Provinsi Papua dan Papua Barat
PP 78/2014, Perpres 63/2020 tentang Penetapan
Daerah Tertinggal tahun 2020-2024 (783 Kecamatan)
Inpres No 9/2017 tentang Percepatan
Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua
dan Papua Barat

Kawasan Perbatasan
222 Kecamatan Lokpri termasuk 37 PPKT
berpenduduk dan 18 PKSN, dan di 54 Kab/Kota
Surat Menteri PPN no. TOTAL DAERAH AFIRMASI 2021: 2.212
B.055/M.PPN/D.2/PP/03.03/01/2020 kecamatan di 181 kab/kota
tentang Lokasi Prioritas Pembangunan Kawasan Transmigrasi
Perbatasan Negara dalam RPJMN 2020-
2024 tgl 21 Januari 2020 52 Kawasan transmigrasi prioritas target Database dapat diunduh melalui:
RPJMN 2020-2024 di 49 kabupaten/kota
https://bit.ly/DaerahAfirmasi_2021
Kepmendes tentang Penetapan Kawasan
Transmigrasi 63
STRATEGI PEMERATAAN ANTARWILAYAH
62 Kawasan Perdesaan Prioritas Nasional (KPPN) diarahkan sebagai
Aceh Timur
simpul pertumbuhan lokal dalam Koridor Pembangunan RPJMN 2020 – 2024

Bulungan
Toba Samosir Minahasa
Samosir Bintan Sambas Buol Utara
Berau Gorontalo Utara Morotai
Bengkayang
Kubu Nunukan
Raya
Gorontalo
Mempawah Kutai Timur
Agam Karimun Boalemo
Muaro Jambi
Poso
Raja Ampat Manokwari
Banyuasin
Belitung Mamuju Tengah Jayapura

Morowali
Bengkulu Mamuju Luwu Timur
Bangka
Tengah Banjar
Selatan Belitung Timur Kotawaringin Konawe
Pinrang Maluku Tengah
Barat Barito Selatan
Mesuji Kuala Bone Muna
Barru
Tulang Bawang
Kendal Pamekasan
Wakatobi
Banyuwangi
Pandeglang Manggarai
Sukabumi Lombok Timur
Barat Ngada
Magelang
Buleleng Merauke
Dompu
Klungkung Sumbawa
Lombok Tengah Sumba Timur
62 KPPN
Pertumbuhan Pemerataan

41 21 Lokasi KPPN di Koridor Lokasi KPPN di Koridor


Pertumbuhan: 41 Kawasan Pemerataan : 21 Kawasan
PRIORITAS PENANGGULANGAN BENCANA
DALAM RPJMN 2020-2024

65
PRIORITAS PENANGGULANGAN BENCANA
DALAM RPJMN 2020-2024

66
KEBIJAKAN PENANGANAN
7 BENCANA
ARAHAN PRESIDEN DAN KERANGKA REGULASI
ARAHAN PRESIDEN
Agenda Pembangunan Dalam Konteks Penanggulangan Bencana

Pembangunan Infrastruktur Penyederhanaan Birokrasi Regulasi


• Harmonisasi aparatur daerah dan aparatur • Penerapan Permendagri No. 101 tentang
• Pembangunan infrastruktur mitigasi
pusat dalam penanganan penanggulangan Standar Pelayanan Minimal Sub-urusan
bencana √ bencana Penanggulangan Bencana
• Penguatan manajemen resiko bencana
• Penguatan peran pemerintah daerah dalam • Penyelesaian RPerpres Rencana Induk
untuk pembangunan infrastruktur
koordinasi penanggulangan bencana Penanggulangan Bencana 2015-2045
• Penerapan standarisasi bangunan
√ • Fleksibilitas pengadaan barang dan jasa • Penyelesaian Revisi PP 21/2008 tentang
berbasis mitigasi bencana
pasca bencana Penyelenggaraan Penanggulangan
• Aspek bencana dalam Dana Desa dan
Bencana
DAK
√ • Penataan ruang berbasis mitigasi bencana
• Relaksasi/fleksibilitas perizinan dan kredit
Pembangunan SDM
√ pascabencana
• Peningkatan kapasitas
masyarakat, pemerintah, dan Transformasi Ekonomi
pemerintah daerah dalam • Percepatan pemulihan pascabencana
penanggulangan bencana bidang sosial ekonomi
• Kesiapsiagaan masyarakat • Penguatan UMKM berbasis
dalam menghadapi bencana ketahanan dan daya lenting bencana
• Penguatan scientific-based • Penguatan aspek amdal, penataan
policy dalam penanggulangan √
√ ruang, dan mitigasi bencana di
bencana kawasan strategis dan perkotaan
(KEK, KI, KSPN)
68
ARAHAN PRESIDEN
Rakornas Penanggulangan Bencana 2020
Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan wilayah
rentan bencana. Gempa bumi, tanah longsor, gunung 1. Seluruh pemerintah pusat dan daerah bersama-sama,
meletus, tsunami, kebakaran hutan, banjir. Oleh karena
bersinergi melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan. √
itu sikap sigap dan waspada menghadapi
ketidakpastian sangatlah penting. √ Pengendalian tata ruang berbasis risiko bencana dan selalu
sigap menghadapi bencana sesuai karakteristik wilayahnya √
Kapasitas kita dalam mengelola risiko menghadapi
gejolak ekonomi global, mengelola bencana yang tidak masing-masing.
terduga harus kita perkuat. Pembangunan kita harus 2. Gubernur, Bupati segera menyusun rencana kontijensi. √
sensitif terhadap berbagai risiko. Infrastruktur harus √
disiapkan mendukung mitigasi risiko bencana. 3. Penanggulangan bencana harus dilaksanakan dengan
Masyarakat juga harus waspada dan sadar risiko. pendekatan kolaboratif: pentahelix. Kolaborasi antara unsur
* Disampaikan pada Pidato Kenegaraan dalam rangka HUT
ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di depan Sidang
pemerintah dengan akademisi, peneliti, dunia usaha,
Bersama DPD RI dan DPR RI (16 Agustus 2019) masyarakat, serta dukungan media massa untuk
memberitakan secara masif.
Masyarakat tangguh bencana
4. Pemerintah pusat dan daerah harus meningkatkan
√ Sistem peringatan dini kemampuan SDM dan tata kelola lembaga.
5. Panglima TNI dan Kapolri turun mendukung penanggulangan
√ Ketahanan infrastruktur
bencana, termasuk penegakkan hukum serta bersinergi
dengan pemerintah daerah dan BNPB.

69
69
PERPRES 87/2020 TENTANG RENCANA INDUK
PENANGGULANGAN BENCANA

Dokumen Rencana Induk Penanggulangan Bencana


telah disahkan melalui Perpres Nomor 87 Tahun 2020

Visi
"Mewujudkan Indonesia Tangguh Bencana untuk
Pembangunan Berkelanjutan"

Misi
1. Mewujudkan penanggulangan bencana yang tangguh
dan berkelanjutan.
2. Mewujudkan tata kelola penanggulangan bencana
yang professional dan inklusif.
3. Mewujudkan penanganan darurat bencana dan
pemulihan pascabencana yang prima.
PERPRES 87/2020 TENTANG RENCANA INDUK
PENANGGULANGAN BENCANA
Ditetapkan untuk jangka 25 Visi utama adalah Mewujudkan
tahun, terdiri dari 5 tahap Indonesia Tangguh Bencana Untuk
dengan jangka waktu 5 Pembangunan Berkelanjutan
tahunan

Ditinjau secara berkala setiap 1x


dalam 5 tahun atau dapat ditinjau
sewaktu-waktu berdasarkan hasil • RIPB 2020-2044 dilaksanakan dalam
evaluasi bentuk Renas PB yang menjadi acuan
daerah
• Renas PB ditetapkan melalui Perka BNPB
Hasil pemantauan pengendalian • RPB daerah ditetapkan melalui Perka
dan evaluasi dilaporkan kepada Daerah
presiden melalui Menko PMK

Merupakan bahan penyusun


RPJMN dan RPJMD
Pemantauan, pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan RIPB tahun 2020-2044
Sumber: BNPB
dilakukan 1x dalam 1 tahun
PENTAHAPAN DAN TARGET RIPB

PERENCANAAN 2020 - 2044


RIPB Mempertimbangkan Capaian Kesepakatan Global RIPB 2020 –
Paris 2044
Agreeme
nt Centennial
Resilient VISI INDONESIA
Plan
EMAS 2045

SFDRR SDG’s 2015 – 2030


Indonesia Tangguh
2015 - 2030 2030 SDG, SFDRR &
AGENDA Bencana untuk
GLOBAL Mendukung
Global
Resilient Plan Pembangunan
2020 – 2024 Berkelanjutan

70
RPJMN & Renas Daerah Tangguh
PB Baseline
Resilient Plan Bencana

200 202 % 204


5 RPJPN 1 5 RPJPN 2 5
72
FOKUS PENCAPAIAN RIPB 2020-2044
Indonesia yang tangguh terhadap bencana diwujudkan melalui:

Penanggulangan bencana Tata kelola penanggulangan Penanganan darurat bencana


1 yang tangguh dan 2 bencana yang profesional dan 3 dan pemulihan pascabencana
berkelanjutan inklusif yang prima

FOKUS CAPAIAN 2020-2024:


Terwujudnya peraturan Terintegrasinya data, informasi, dan Terlaksanannya kerjasama seluruh
0 perundang-undangan yang 05 literasi kebencanaan serta 09 pemangku kepentingan dalam
1 harmonis di bidang meningkatnya pemahaman rehabilitasi dan rekonstruksi daerah
penanggulangan bencana terhadap risiko bencana terdampak bencana
Terintegrasinya riset inovasi Terwujudnya tata kelola risiko Terwujudnya pengelolaan
02 dan teknologi kebencanaan 06 bencana yang berkelanjutan 10 ekosistem laut dan pesisir yang
berbasis mitigasi bencana
Tersedianya sistem Meningkatnya kapasitas Meningkatnya kapasitas
03 peringatan dini terpadu 07 penanganan darurat bencana 11 kabupaten/kota terhadap ketahanan
multi ancaman bencana secara terpadu. bencana
Meningkatnya pengembangan Meningkatnya kualitas
04 dan inovasi skema alternatif 08 Meningkatnya ketersediaan
sarana prasarana pelatihan dan
12 infrastruktur vital yang berbasis
pembiayaan penanggulangan standarisasi kompetensi bidang mitigasi bencana
bencana kebencanaan 73
RIPB 2020-2024
Arah Kebijakan dan Strategi
1. Penguatan peraturan perundang-undangan 4. Penguatan tata kelola penanggulangan bencana yang semakin profesional,
penanggulangan bencana yang efektif dan efisien transparan, dan akuntabel
Strategi:
Strategi:
a. Meningkatkan kapasitas dan profesionalisme para penyelenggara dan pelaku
a. Meningkatkan kualitas perangkat peraturan perundang-
penanggulangan bencana.
undangan dan implementasi dalam penanggulangan bencana
b. Mengoptimalkan pelaksanaan standar pelayanan minimal penanggulangan bencana.
yang adaptif dan berkelanjutan
c. Meningkatkan keterbukaan informasi dan komunikasi, kualitas sistem perencanaan,
b. Meningkatkan kualitas norma, standar, prosedur, dan kriteria
serta pemantauan dan evaluasi dalam penanggulangan bencana.
penanggulangan bencana
d. Mendorong pelibatan pemangku kepentingan dalam tata kelola penanggulangan

INDONESIA
bencana untuk meningkatkan akuntabilitas.
2. Peningkatan sinergi antar lembaga dan pemangku e. Mewujudkan kabupaten/kota, desa/kelurahan, dan masyarakat tangguh bencana.

TANGGUH
kepentingan dalam penanggulangan bencana f. Mewujudkan sarana dan prasarana yang tangguh terhadap bencana.
g. Meningkatkan edukasi kebencanaan dan pengelolaan pengetahuan penanggulangan
Strategi:
a. Meningkatkan koordinasi dan kerja sama antar BENCANA bencana kepada masyarakat dan pemangku kepentingan.

kementerian/lembaga, pemerintah daerah, Tentara Nasional


Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, akademisi,
lembaga usaha, masyarakat, media, dan pemangku
kepentingan lainnya dalam penanggulangan bencana.
b. Mewujudkan dan meningkatkan sistem peringatan dini, data, 5. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas
dan layanan informasi kebencanaan yang terpadu dan penanganan kedaruratan bencana yang cepat
berkesinambungan.
dan andal
6. Percepatan pemulihan daerah dan masyarakat
Strategi:
terdampak bencana untuk membangun kehidupan
3. Penguatan investasi pengelolaan risiko bencana sesuai a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya
yang lebih baik manusia dalam penanganan darurat bencana.
dengan proyeksi peningkatan risiko bencana, dilakukan b. Meningkatkan kesiapan dan keandalan logistik dan
Strategi:
dengan strategi a. Mengoptimalkan perencanaan rehabilitasi dan rekonstruksi peralatan penanganan darurat bencana.
pascabencana berdasarkan tata ruang yang peka risiko c. Mengoptimalkan pengelolaan bantuan masyarakat
Strategi:
bencana. dalam penanganan darurat bencana.
a. Melaksanakan dan mengembangkan program kesiapsiagaan d. Menguatkan kualitas kelembagaan dan penggunaan
dan pengelolaan risiko bencana b. Meningkatkan kualitas penghidupan masyarakat terdampak
bencana yang lebih baik. ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Meningkatkan investasi dan pemanfaatan berbagai skema e. Mempercepat pemulihan sarana dan prasarana vital.
pendanaan inovatif termasuk transfer risiko untuk c. Mewujudkan infrastruktur, perumahan, dan permukiman
penanggulangan bencana berketahanan bencana.
c. Mengoptimalkan pendanaan secara terpadu untuk d. Meningkatkan kualitas pemulihan sosial ekonomi, sumber
penanggulangan bencana daya alam, dan lingkungan hidup.
74
MAINSTREAMING PENGURANGAN RISIKO BENCANA
DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
diperhatikan
(RPJMN)
• Kajian RENCANA AKSI
PB
Lingkungan (5 Tahunan)
Hidup Strategis diperhatikan RENSTRA KL RENJA KL RKP
(KLHS)
• Kajian Risiko
Bencana
Indonesia diperhatikan
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
• Penyusunan (RPJMD)
RENCANA AKSI
Indeks dan PB
Peta Risiko (5 Tahunan) RENSTRA
Bencana RENJA SKPD RKPD
diperhatikan SKPD
• Tujuan
Pembangunan
Berkelanjutan RENCANA TATA RUANG WILAYAH
(SDGs)
RTRW RTRW RTRW
NASIONAL PROVINSI KAB/KOTA RTRW DESA

75
PENGARUSUTAMAAN RENAS PB DALAM
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
RENCANA JANGKA RENCANA JANGKA
RENCANA JANGKA MENENGAH RENCANA STRATEGIS RENCANA
PANJANG PANJANG RENCANA AKSI PRB
(RPJM – RPB) SEKTORAL TAHUNAN
(RPJP – RTRW) (RPJP – RTRW)

Agenda Nasional RPJP


RPJP NASIONAL
NASIONAL
SDGs 2030 RPJM
RPJM NASIONAL RKP
NASIONAL RKPNASIONAL
NASIONAL
PUSAT

RENSTRA K/L
RIPB Nasional 2020- RENCANA
RENCANA
2045 RTRW
RTRW NASIONAL
NASIONAL NASIONAL
NASIONAL PB
PB RAN PRB RENJA K/L
RENJA K/L

RIPB Provinsi 2020- RPJM


RPJM
RPJP
RPJP PROVINSI RKPD PROV
PROVINSI

PROVINSI PROVINSI RKPD PROV


2045 PROVINSI RENSTRA SKPD
PROV
RENCANA
RENCANA RAD PRB PROV RENJA SKPD PROV
RTRW
RTRW PROVINSI
PROVINSI PB
PB PROVINSI
PROVINSI RENJA SKPD PROV

RIPB Kabupaten/Kota RPJM


RPJM RKPD
RKPD
KABUPATEN

RPJP
RPJP KAB/KOTA
KAB/KOTA
2020-2045 KABUPATEN
KABUPATEN RENSTRA SKPD KAB/KOTA
KAB/KOTA
K/K
RENCANA
RENCANA PB
PB RAD PRB RENJA SKPD
RTRW RENJA SKPD
RTRW KAB/KOTA
KAB/KOTA KAB/KOTA
KAB/KOTA KAB/KOTA KAB/KOTA
KAB/KOTA

76
RENCANA KERJA PEMERINTAH
8 TAHUN 2021
TEMA, FOKUS DAN PRIORITAS
TEMA, FOKUS, DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
TAHUN 2021
TEMA RKP 2021 MAJOR PROJECT YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN FOKUS
PEMBANGUNAN TAHUN 2021
“Mempercepat Pemulihan Ekonomi dan Reformasi Sosial”
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Reformasi Sistem Kesehatan Nasional
Investasi  MP - Penguatan Sistem
 MP Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Kesehatan Nasional *)
FOKUS PEMBANGUNAN TAHUN 2021
Prioritas
Reformasi Sistem Perlindungan Sosial
 MP 10 Destinasi Pariwisata
 MP - Integrasi Bantuan Sosial
Prioritas
Menuju Skema Perlindungan
 MP 9 Kawasan Industri di luar
Sosial Menyeluruh
Percepatan Reformasi Reformasi Jawa dan 31 Smelter
Reformasi
 MP Pendidikan dan Pelatihan Reformasi Sistem Ketahanan Bencana
Pemulihan Industri, Sistem Sistem Sistem
Vokasi untuk Industri 4.0  MP - Penguatan Sistem
Pariwisata, dan Kesehatan Perlindungan Ketahanan
 MP Jaringan Pelabuhan Utama Peringatan Dini Bencana
Investasi Nasional Sosial Bencana
Terpadu
*) merupakan Major Project baru yang
diusulkan untuk tahun 2021

PRIORITAS NASIONAL (PN)


Memperkuat Mengembangkan Meningkatkan Revolusi Memperkuat Membangun Memperkuat
Ketahanan Wilayah untuk Sumber Mental Infrastruktur untuk LingkunganHidup, Stabilitas
Ekonomi untuk Mengurangi Daya Manusia dan Mendukung Meningkatkan Polhukhankam dan
Pertumbuhan Kesenjangan dan Berkualitas Pembangunan Pengembangan Ketahanan Bencana, Transformasi
Berkualitas dan Menjamin dan Berdaya Saing Kebudayaan Ekonomi dan dan Perubahan Iklim Pelayanan
Berkeadilan Pemerataan Pelayanan Dasar Publik

PN 1 PN 2 PN 3 PN 4 PN 5 PN 6 PN 7
78
FOKUS PEMBANGUNAN RKP 2021:
REFORMASI (PENGUATAN) SISTEM KETAHANAN BENCANA
Bencana Alam, fokus pada
Memperkuat sistem Peringatan Dini bencana
Penguatan Sistem dan Respon ST
01 Peringatan Dini, untuk bencana RA Memperkuat manajemen bencana yang kolaboratif
geologi, tektonik, vulkanik, TE
hidrometeorologi, iklim dan GI Meningkatkan investasi pengurangan risiko bencana
Reformasi lingkungan
Sistem
Ketahanan
Menyusun rencana penanganan darurat
Bencana
Bencana Non Alam, fokus pada Memperkuat manajemen krisis terpadu
Penguatan Sistem dan Respon
02 Peringatan Dini untuk bencana Memperkuat sistem data bencana terpadu
epidemi, wabah penyakit, gagal
teknologi, dan gagal Memperkuat sistem logistik dan jaring pengaman sosial
modernisasi.,

Peningkatan Kesiapsiagaan di Penguatan sistem operasi Penguatan kapasitas adaptif


FOKUS INVESTASI

masa pra-bencana tanggap darurat dan ketangguhan masyarakat

a. Manajemen Bencana Berbasis a. Manajemen krisis terpadu dan a. Edukasi dan literasi masyarakat;
Masyarakat (Desa Tangguh Bencana, multisector (Crisis center,
Keleuarga Tangguh Bencana, dan Pusdalops); b. Komunikasi publik yang efektif;
Relawan); c. Bantuan non pemerintah yang
b. Sistem data bencana terpadu
terpadu; dan
b. Rencana penanggulangan bencana dan satu referensi; dan
(Rencana Kontijensi, Rencana d. Gladi dan simulasi.
c. Sistem logistik terpadu
Operasi, dan strategi lainnya); dan (terutama pangan) dan jaring
c. Perlengkapan Peringatan dini. pengaman sosial. 7979
Agenda Pembangunan 6: Lingkungan Hidup dan Ketahanan Bencana

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


KP1: Pencegahan Pencemaran dan Kerusakan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup

3 Program KP2: Penanggulangan Pencemaran dan Kerusakan


Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Prioritas KP3: Pemulihan Pencemaran dan Kerusakan
Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
KP4: Penguatan Kelembagaan dan Penegakan

11 Kegiatan
Prioritas
PP1:
Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup
Hukum di Bidang Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup

42 Proyek
Prioritas

KP1: Pembangunan Energi Berkelanjutan


KP2: Pemulihan Lahan Berkelanjutan
PN 6
KP1: Penanggulangan Bencana
KP3: Penanganan Limbah KP2: Peningkatan Ketahanan Iklim
KP4: Pengembangan Industri Hijau
KP5: Rendah Karbon Pesisir dan Laut

PP3: PP2: Peningkatan


Pembangunan Ketahanan Bencana
Rendah Karbon dan Iklim

80
Agenda Pembangunan 6: Lingkungan Hidup dan Ketahanan Bencana

Program Prioritas (PP) 2 : Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim

Pro-PN:
KP1 Penanggulangan 1) Penguatan Data, Informasi, & Literasi Bencana
Bencana 2) Penguatan Sistem, Regulasi dan Tata Kelola Bencana
3) Peningkatan Sarana Prasarana Kebencanaan
4) Integrasi Kerjasama Kebijakan dan Penataan Ruang
berbasis Risiko Bencana
5) Penguatan Penanganan Darurat Bencana
6) Pelaksanaan Rehabilitasi dan Rekonstruksi di daerah
terdampak bencana
7) Penguatan sistem mitigasi multi ancaman bencana
terpadu

PP 2 : Peningkatan
Ketahanan Bencana
dan Iklim
Pro-PN:
1) Peningkatan Ketahanan Iklim pada Sektor
Kelautan dan Pesisir  
2) Peningkatan Ketahanan Iklim pada Sektor KP2 Peningkatan
Air
3) Peningkatan Ketahanan Iklim pada Sektor
Ketahanan Iklim
Pertanian  
4) Peningkatan Ketahanan Iklim pada Sektor
Kesehatan
81
PRIORITAS NASIONAL:
MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DAN MENJAMIN PEMERATAAN
Pengembangan Wilayah Tahun 2021
Kerangka PN 2
1. Mempercepat pemulihan dampak pandemi Covid-19,
Mengembangkan Wilayah
2. Melanjutkan transformasi sosial ekonomi, untuk Mengurangi Kesenjangan dan Menjamin Pemerataan
3. Mengoptimalkan keunggulan kompetitif wilayah, dan
4. Meningkatkan pemerataan kualitas hidup antarwilayah

Strategi Pengembangan Wilayah


5. Strategi pertumbuhan atau transformasi sosial ekonomi
wilayah, dan
6. Strategi pemerataan yang diperkuat dengan mitigasi
bencana dan pengurangan risiko.

Sasaran Pengembangan Wilayah


7. Mempercepat pemulihan kondisi sosial ekonomi
masyarakat,
8. Mendorong percepatan pertumbuhan dan peningkatan
peran wilayah di luar Jawa-Bali dengan tetap menjaga
prospek pertumbuhan di Wilayah Jawa-Bali, dan
9. Meningkatkan pemerataan pembangunan antarwilayah.
82
82
PRIORITAS NASIONAL:
MENGEMBANGKAN WILAYAH UNTUK MENGURANGI KESENJANGAN DAN MENJAMIN PEMERATAAN
Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Capaian
Wilayah Perkiraan 2020 Sasaran 2021
2017 2018 2019

Papua 4,46 7,06 -10,68 0,0 - 2,0 2,6 - 5,8

Maluku 6,66 6,83 5,83 -0,3 - 5,0 5,2 - 6,2

Sulawesi 6,96 6,64 6,65 -0,5 - 4,0 5,4 – 7,0

Kalimantan 4,34 3,91 4,99 -0,4 - 2,1 3,6 – 5,7

Nusa Tenggara 2,05 -0,40 4,54 0,0 - 3,1 3,5 – 5,2

Jawa-Bali 5,62 5,74 5,53 -0,5 - 1,9 4,8 – 5,5

Sumatera 4,29 4,55 4,57 -0,3 - 2,6 3,9 – 5,1

Penurunan Tingkat Kemiskinan Wilayah Penurunan Tingkat Pengangguran Wilayah


Capaian Capaian
Wilayah Perkiraan 2020 Sasaran 2021 Wilayah Perkiraan 2020 Sasaran 2021
2017 2018 2019 2017 2018 2019

Papua 26,7 26,4 25,4 25,9 25,5 Papua 4,2 3,8 4,2 5,5 5,2

Maluku 13,4 13,3 13,2 13,5 12,8 Maluku 7,6 6,2 6,2 7,8 7,6

Sulawesi 10,9 10,4 10,1 10,2 9,8 Sulawesi 4,9 4,7 4,5 6,9 6,6

Kalimantan 6,2 4,1 5,8 5,8 5,6 Kalimantan 5,0 4,8 4,7 6,8 6,5

Nusa Tenggara 18,3 17,9 17,4 18,3 17,8 Nusa Tenggara 3,3 3,3 3,4 5,7 5,4

Jawa-Bali 9,2 8,7 8,2 8,3 7,9 Jawa-Bali 5,9 5,7 5,7 8,3 7,9

Sumatera 10,5 10,2 9,8 10,1 9,6 Sumatera 5,2 5,1 5,0 7,6 7,2
83
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH SUMATERA
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Mendorong operasionalisasi dan peningkatan investasi di kawasan- 1. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan dasar di bidang
kawasan industri dan KEK khususnya di sepanjang koridor Tol Trans pendidikan, kesehatan, air minum, dan sanitasi. Simultan dengan
Sumatera di pesisir timur, yaitu KEK Arun Lhokseumawe, KI/KEK Sei arah kebijakan dan strategi percepatan industrialisasi Wilayah
Mangkei, dan KI/KEK Galang Batang, dengan mengoptimalkan paket- Sumatera, peningkatan akses dan mutu pendidikan difokuskan
paket insentif fiskal dan nonfiskal serta memantapkan pasokan energi; pada pendidikan menengah, kejuruan/vokasional, dan tinggi.
serta mengoptimalkan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan 2. Mempercepat penuntasan jaringan transportasi pengumpan
Bebas (KPBPB) antara lain KPBPB Sabang dan KPBPB Batam. (feeder) yang menghubungkan kawasan tengah dan barat dengan
2. Memacu pengembangan kawasan pariwisata unggulan khususnya di
DPP Danau Toba dan DPP Bangka Belitung/KEK Tanjung Kelayang dengan jaringan infrastruktur utama Tol Trans Sumatera di pesisir timur.
melaksanakan rencana induk (masterplan) kawasan pariwisata yang telah 3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar di daerah gugus-
disusun. gugus pulau baik di bagian barat maupun timur Pulau Sumatera
3. Mengintegrasikan sistem transportasi wilayah multimoda (tol, kereta dengan fokus jalan lingkar dan listrik (Nias, Mentawai, Meranti).
api, pelabuhan, dan bandara) dengan pengembangan kawasan industri 4. Mempercepat penerapan SPM, termasuk sanitasi dan air minum
dan kota-kota utama. yang aman, pengelolaan sampah dan limbah, serta penyediaan
4. Meningkatkan produktivitas budidaya pertanian, perkebunan, dan perumahan.
perikanan khususnya usaha rakyat. 5. meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pembangunan
5. Memacu pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat pelayanan alternatif serta pembangunan kota-kota kecil dan sedang.
dan aglomerasi wilayah, pendukung sektor industri dan pariwisata, 6. Mengoptimalkan pelaksanaan otonomi khusus Aceh bagi
termasuk WM Medan, WM Palembang, dan kota-kota lainnya dengan peningkatan kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah.
fokus peningkatan transportasi massal perkotaan, penyediaan layanan 7. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas (aparatur, kelembagaan
dasar seperti perumahan, akses pada energi, air minum, sanitasi dan dan keuangan) pemerintah daerah dan desa dalam rangka
pengelolaan persampahan yang aman, pengembangan sistem drainase peningkatan daya saing daerah.
perkotaan, penataan kawasan permukiman, dan ruang terbuka hijau 8. Mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan,
publik di perkotaan.
6. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan,
sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain dan pulau-pulau terluar secara simultan dengan pembangunan
melalui forum kerja sama regional Wilayah Sumatera. kota-kota kecil dan sedang
7. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian
84
PKSN Sabang Arah Pengembangan Wilayah 2021 KI/KEK/KPBPB

Sabang
KPBPB Sabang
Wilayah Sumatera Destinasi
Pariwisata Prioritas (DPP)
Banda Aceh
MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021 Biruen
Wilayah
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi KEK/KI Arun Lhoksumawe Metropolitan (WM)

MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas SKPT Sabang Lhokseumawe


Langsa Pusat Kegiatan
WM Medan Strategis Nasional
MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Aceh Besar
MP 3 9 Kawasan Industri di Luar Jawa KEK/KI Sei PKSN Ranai Sentra Kelautan dan Perikanan
dan 31 Smelter Gayo Lues Mangkei Terpadu (SKPT)
MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Pematang Siantar SKPT Natuna Kabupaten Pengembangan
untuk Industri 4.0 DPP
PKSN Alternatif
Danau
Bengkalis
MP 22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu Toba
Sibolga Kota Besar
Dumai
Reformasi Sistem Kesehatan Nasional Pekanbaru Batam
Tanjung Pinang Kota Sedang
Gunugsitoli
MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional KEK/KI Galang
Batang Kota Kecil
Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial
Bukittinggi KPBPB Batam – Koridor Pembangunan
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju
Bintan - Karimun
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh
Padang Jambi Koridor Pertumbuhan
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana
WM Palembang
MP 39 Penguatan Sistem Peringatan Koridor Pemerataan
SKPT Mentawai Solok Pangkal Pinang
Dini Bencana

MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021 KEK Tanjung


Kelayang
MP 8 Pembangunan Wilayah Batam – Bintan

Lubuklinggau
MP 9 Wilayah Metropolitan (WM)
Prabumulih DPP Bangka
Bengkulu Belitung
MP 13 Pemulihan Pasca Bencana

Bandar Lampung
Selat Sunda
Slide - 85
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH JAWA-BALI
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Mendorong pengembangan kawasan industri manufaktur yang terintegrasi 1. Mempercepat pembangunan infrastruktur
dengan jaringan tol, kereta api, dan pelabuhan di sisi Pantai Utara Pulau Jawa. konektivitas di kawasan Pulau Jawa bagian selatan
2. Meningkatkan investasi dan mengembangkan pariwisata massal kelas dunia dan Pulau Bali bagian utara.
khususnya di poros Pulau Bali-Banyuwangi-Bromo-Borobudur-Kepulauan
Seribu-Tanjung Lesung, dengan beberapa kawasan yang terus dikembangkan 2. Mendorong pembangunan kota-kota kecil dan
yaitu KEK Tanjung Lesung, DPP Borobudur dan sekitarnya, dan DPP Bromo- sedang menjadi pusat distribusi dan industri wilayah
Tengger-Semeru. Pengembangan DPP Borobudur dan sekitarnya dan DPP skala kecil-sedang, khususnya di Pulau Jawa bagian
Bromo-Tengger-Semeru akan dilaksanakan sesuai rencana induk (masterplan) selatan dan Pulau Bali bagian utara. Pengendalian
kawasan pariwisata yang telah disusun. skala industri disesuaikan dengan daya dukung
3. Mendorong pengembangan ekonomi kreatif khususnya ekonomi digital yang
mengoptimalkan kekayaan budaya bangsa. wilayah yang relatif berbukit dan banyak terdapat
4. Mengendalikan konversi lahan-lahan subur pertanian dan mempertahankan ekosistem karst.
jaringan irigasi di kawasan-kawasan lumbung beras. 3. Mendorong pemanfaatan teknologi informasi dan
5. Meningkatkan kelayakhunian kawasan perkotaan sebagai pusat layanan dan komunikasi untuk membantu petani dan UMKM
aglomerasi wilayah serta pendukung sektor industri dan pariwisata, khususnya mengakses pasar yang lebih luas.
di WM Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, dan Kota Baru Maja
dengan fokus pada peningkatan transportasi massal, drainase perkotaan, 4. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas (aparatur,
pengendalian banjir, penyediaan perumahan, akses pada energi, air minum, kelembagaan dan keuangan) pemerintah daerah dan
sanitasi, pengelolaan persampahan yang aman, penataan kawasan permukiman, desa dalam peningkatan daya saing daerah.
ruang terbuka hijau publik, dan peningkatan kerja sama lintas daerah dalam
regionalisasi penyelenggaraan layanan publik.
6. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja sama
antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain melalui forum
kerja sama regional Wilayah Jawa-Bali.
7. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian sertifikat hak
atas tanah
86
Arah Pengembangan Wilayah 2021
Serang
Wilayah Jawa-Bali
Cilegon
WM Jakarta
Kawasan Pesisir WM
Selat Sunda Bandung
Cirebon
WM Semarang
Tegal
Surakarta WM Surabaya
Pekalongan
KEK Tanjung
Lesung
Kota Baru
Maja Sukabumi
Pasuruan
Probolinggo
MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi Magelang WM Denpasar

MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas DPP Borobudur dskt


Yogyakarta
MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Kediri DPP Bromo-Tengger-Semeru
MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi Batu
untuk Industri 4.0 Malang

MP 22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu


KI/KEK/KPBPB
Reformasi Sistem Kesehatan Nasional
Kota Besar
MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
Kota Sedang
Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju Koridor Pembangunan
MP 9 Wilayah Metropolitan (WM) Wilayah Metropolitan (WM)
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh
Koridor Pertumbuhan
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana MP 11 Pengembangan Kota Baru
Kota Baru Koridor Pemerataan
MP 39 Penguatan Sistem Peringatan
Dini Bencana MP 13 Pemulihan Pasca Bencana

Slide - 87
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH NUSA TENGGARA
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Memfasilitasi pengembangan industri MICE (Meeting, Incentives, 1. Meningkatkan pemerataan akses rumah tangga pada
Conference, and Exhibition) dan perhelatan olahraga internasional pelayanan pendidikan dan kesehatan untuk mempercepat
sebagai penggerak sekaligus sarana promosi pariwisata Nusa pembangunan manusia, khususnya pendidikan dasar dan
Tenggara melalui pengembangan DPP Lombok-Mandalika/KEK menengah yang berkualitas.
Mandalika dan DPP Labuan Bajo, sesuai rencana induk (masterplan) 2. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan pengembangan
kawasan pariwisata yang telah disusun. pendidikan keterampilan hidup (life-skills) dan vokasional
2. Meningkatkan produktivitas usaha perikanan termasuk tambak garam, untuk mempersiapkan partisipasi masyarakat pada sektor-
peternakan, perkebunan serta budidaya tanaman pangan termasuk sektor strategis.
pembangunan pasar ikan yang terintegrasi dengan pelabuhan ikan. 3. Mendorong percepatan pembangunan kawasan perdesaan,
3. Mendorong pengembangan ekonomi kreatif bernilai tinggi termasuk daerah tertinggal, kawasan transmigrasi, kawasan
industri kerajinan mutiara dan kain tenun tradisional. perbatasan, dan pulau-pulau terluar secara simultan dengan
4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur konektivitas wilayah pembangunan kota-kota kecil dan sedang.
kepulauan dan memperkuat koneksi transportasi dengan hub 4. Menuntaskan pembangunan infrastruktur dasar khususnya
pariwisata internasional utama Bali. untuk meningkatkan elektrifikasi rumah tangga, akses air
5. Mengembangkan kawasan perbatasan dengan negara tetangga Timor minum dan sanitasi di perdesaan.
Leste untuk memperkuat kedaulatan nasional dan memfasilitasi 5. Mempercepat penerapan SPM, termasuk sanitasi dan air
perdagangan lintas negara. minum yang aman, pengelolaan sampah dan limbah, serta
6. Mengembangkan kawasan perkotaan untuk mendukung sektor penyediaan perumahan.
industri dan pariwisata dengan fokus pada peningkatan penyediaan 6. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas (aparatur,
perumahan, akses pada energi, air minum, sanitasi, persampahan yang kelembagaan dan keuangan) pemerintah daerah dan desa
aman, serta drainase dan transportasi umum perkotaan. dalam mengelola keuangan daerah dan dana desa yang
7. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja memfasilitasi pengembangan ekonomi lokal dan peningkatan
sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain daya saing daerah.
melalui forum kerja sama regional Wilayah Nusa Tenggara. 7. Menuntaskan pemulihan sosial ekonomi dampak gempa di
8. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian Nusa Tenggara Barat.
sertifikat hak atas tanah.
88
Arah Pengembangan Wilayah 2021
Wilayah Nusa Tenggara
DPP Lombok /
KEK Mandalika
DPP Labuan Bajo

Mataram

PKSN Atambua
TIMOR
LESTE

PKSN Kefamenanu

SKPT Sumba Timur

MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021


Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi Palu

MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas

MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi SKPT Rote Ndao


untuk Industri 4.0

Reformasi Sistem Kesehatan Nasional

MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021 Destinasi


MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional Pariwisata Prioritas (DPP) Kota Sedang

Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial MP 13 Pemulihan Pasca Bencana Koridor Pembangunan
Pusat Kegiatan
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju Strategis Nasional
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh MP 14 Pusat Kegiatan Strategis Nasional Koridor Pertumbuhan

Reformasi Sistem Ketahanan Bencana Sentra Kelautan dan Perikanan Koridor Pemerataan
Terpadu (SKPT)
MP 39 Penguatan Sistem Peringatan
Dini Bencana
Slide - 89
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH KALIMANTAN
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Menyiapkan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur
1. Meningkatkan konektivitas wilayah dengan
sebagai pusat pemerintahan baru yang dapat mendorong pemerataan
pertumbuhan wilayah, menambah bangkitan ekonomi di Kalimantan mengintegrasikan infrastruktur multimoda yang meliputi
dan sekitarnya, serta memberikan dampak positif ke berbagai sektor. transportasi darat, sungai, laut, dan udara.
2. Meningkatkan investasi dan optimalisasi kawasan-kawasan strategis 2. Memperkuat peran kota-kota kecil dan sedang sebagai
khususnya kawasan industri pengolah sumber daya alam hasil pusat pelayanan dan pertumbuhan di daerah perdesaan,
perkebunan dan pertambangan yaitu KI Ketapang dan KI Surya Borneo. pedalaman, kawasan transmigrasi, dan kawasan
3. Mendorong pengembangan kawasan perkotaan sebagai pusat perbatasan khususnya dalam pelayanan pendidikan dan
pelayanan dan aglomerasi wilayah, pendukung sektor industri dan kesehatan serta pengembangan ekonomi lokal.
pariwisata, termasuk WM Banjarmasin, Kota Baru Tanjung Selor sebagai 3. Meningkatkan pembangunan kawasan perbatasan di
pusat pemerintahan, dengan fokus pada peningkatan penyediaan bagian utara untuk menjaga kedaulatan nasional dan
perumahan, akses pada energi, air minum, sanitasi, persampahan yang mengurangi kesenjangan dengan penduduk di wilayah
aman, serta drainase dan transportasi umum perkotaan. negara tetangga.
4. Mempertahankan pelestarian lingkungan dan fungsi ekologis di 4. Mempercepat penerapan SPM, termasuk sanitasi dan air
kawasan hutan tropik Kalimantan sebagai pusat konservasi dan minum yang aman, pengelolaan sampah dan limbah, serta
rehabilitasi plasma nutfah dan satwa yang dilindungi, sebagai pusat
penyediaan perumahan.
penelitian obat-obatan, serta untuk menjamin daya dukung lingkungan.
5. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas pemerintah
5. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja
sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain daerah dan desa guna mendorong peningkatan daya saing
melalui forum kerja sama regional Wilayah Kalimantan. daerah serta penyelenggaraan pelayanan publik di wilayah
6. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian administratif yang relatif luas. .
sertifikat hak atas tanah.
90
KI/KEK/KPBPB
Pusat Kegiatan
Strategis Nasional Arah Pengembangan Wilayah 2021
Wilayah Kalimantan
Wilayah Kota Besar
Metropolitan (WM) MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021
Kota Sedang Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi

Kota Baru PKSN Tau - MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas


Koridor Pembangunan Lumbis
Koridor Pertumbuhan MP 3 9 Kawasan Industri di Luar Jawa
Ibu Kota Negara PKSN Long dan 31 Smelter
Koridor Pemerataan SKPT Sebatik
Midang
Sentra Kelautan dan Perikanan MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi
PKSN Nunukan
Terpadu (SKPT) untuk Industri 4.0

MP 22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu


PKSN Long
PKSN Paloh Aruk Tarakan
Nawang Reformasi Sistem Kesehatan Nasional

PKSN Jagoi Kota Baru


Tanjung Selor MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional
Babang
Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh

Singkawang Ibu Kota Negara Reformasi Sistem Ketahanan Bencana


MP 39 Penguatan Sistem Peringatan
Dini Bencana
Pontianak
MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021
Samarinda
MP 9 Wilayah Metropolitan (WM)

Balikpapan
MP 10 Ibu Kota Negara
KI Ketapang
MP 11 Pengembangan Kota Baru

MP 14 Pusat Kegiatan Strategis Nasional

KI Surya Borneo
Palangka Raya

WM Banjarmasin Slide - 91
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH SULAWESI
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Mengoptimalkan pengembangan kawasan-kawasan strategis baik 1. Mendorong pemerataan pelayanan dasar
KEK maupun KI sebagai pusat industrialisasi/hilirisasi komoditas dengan fokus pemenuhan standar pelayanan
unggulan wilayah, yaitu KEK/KI Palu dan KEK Bitung. minimal di bidang pendidikan, kesehatan,
2. Meningkatkan pengembangan kawasan-kawasan pariwisata perumahan dan permukiman.
unggulan yaitu DPP Manado – Likupang/KEK Likupang dan DPP 2. Meningkatkan pembangunan perdesaan,
Wakatobi. daerah tertinggal, kawasan transmigrasi,
3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur konektivitas wilayah, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau terluar.
baik infrastruktur darat yang menghubungkan kawasan-kawasan 3. Memantapkan keterkaitan antara jaringan
strategis dengan kawasan penyangganya, maupun infrastruktur transportasi utama Trans Sulawesi dan
pelabuhan dan udara yang menghubungkan pusat-pusat jaringan pengumpan (feeder) ke kawasan-
pertumbuhan di Sulawesi dengan wilayah lain. kawasan perdesaan dan kota-kota kecil.
4. Meningkatkan pengembangan kawasan perkotaan pendukung 4. Mmpercepat penerapan SPM, termasuk
sektor industri dan pariwisata di Wilayah Sulawesi, termasuk di WM sanitasi dan air minum yang aman, pengelolaan
Makassar sebagai pusat pelayanan aglomerasi wilayah, dengan fokus sampah dan limbah, serta penyediaan
pada penyediaan transportasi massal, drainase perkotaan, akses perumahan.
pada energi, perumahan, air minum, sanitasi dan pengelolaan 5. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas
persampahan yang aman, serta pengendalian pemanfaatan ruang pemerintahan daerah (kelembagaan, aparatur
untuk mencegah urban sprawl. dan keuangan daerah) dalam rangka
5. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja peningkatan daya saing daerah.
sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain
melalui forum kerja sama regional Wilayah Sulawesi.
6. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian
sertifikat hak atas tanah. 92
KEK Likupang

Arah Pengembangan Wilayah 2021


DPP Manado - Likupang
WM Manado KEK Bitung
Wilayah Sulawesi

MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021


KI/KEK/KPBPB
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi
Destinasi Gorontalo
MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas
Pariwisata Prioritas (DPP)

KEK/ KI Palu MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas


Wilayah
Metropolitan (WM) MP 3 9 Kawasan Industri di Luar Jawa
dan 31 Smelter

Kota Sedang Palu MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi


untuk Industri 4.0

Koridor Pembangunan MP 22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu

Reformasi Sistem Kesehatan Nasional


Koridor Pertumbuhan
Mamuju
Koridor Pemerataan MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional

Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial


Palopo
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana

Parepare Kendari MP 39 Penguatan Sistem Peringatan


Dini Bencana

MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021

MP 9 Wilayah Metropolitan (WM)


DPP Wakatobi
WM Makassar
MP 13 Pemulihan Pasca Bencana

Slide - 93
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH MALUKU
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Mengembangkan pusat-pusat industri pengolahan yang meliputi 1. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pelayanan
kawasan industri pengolahan nikel dan bahan tambang lainnya di KI kesehatan dan pendidikan secara merata di wilayah
Teluk Weda, kawasan industri pengolahan hasil perkebunan, kawasan kepulauan.
industri pengolahan perikanan, serta pengembangan pasar dan 2. Mempercepat pembangunan perdesaan, daerah
pelabuhan ikan. tertinggal, kawasan transmigrasi, pulau-pulau terluar,
2. Meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan perkebunan termasuk dan kawasan perbatasan yang dilakukan simultan
pembangunan pasar ikan yang terintegrasi dengan pelabuhan ikan. dengan meningkatkan peran kota-kota kecil sebagai
3. Mempercepat pengembangan kawasan pariwisata unggulan wilayah pusat kegiatan ekonomi lokal.
khususnya DPP/KEK Morotai. 3. Memperkuat konektivitas antarpulau khususnya dengan
4. Menyiapkan rencana pengembangan industri terpadu untuk mendukung meningkatkan prasarana dan sarana penyeberangan
pengembangan Blok Masela, yang meliputi pengembangan kawasan antarpulau.
kegiatan turunan migas, kawasan permukiman pekerja, dan fasilitas 4. Mempercepat penerapan SPM, termasuk sanitasi dan air
pendukung. minum yang aman, pengelolaan sampah dan limbah, serta
5. Mengembangkan kawasan perkotaan, termasuk pembangunan Kota penyediaan perumahan.
Baru Sofifi sebagai pusat pemerintahan, dengan fokus pada peningkatan 5. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas pemerintahan
penyediaan perumahan, akses pada energi, air minum, sanitasi, daerah (kelembagaan, aparatur, dan keuangan daerah)
persampahan yang aman, drainase, serta transportasi umum perkotaan. guna mendorong peningkatan daya saing daerah.
6. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas kerja
sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah antara lain
melalui forum kerja sama regional Wilayah Maluku.
7. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui pemberian
sertifikat hak atas tanah.
94
DPP / KEK Morotai Arah Pengembangan Wilayah 2021
SKPT Morotai
Wilayah Maluku

Kota Baru Sofifi MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021


KI/KEK/KPBPB
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi

Ternate Destinasi MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas


Pariwisata Prioritas (DPP)
KI Teluk Weda MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas
Pusat Kegiatan
Strategis Nasional MP 3 9 Kawasan Industri di Luar Jawa
dan 31 Smelter

Sentra Kelautan dan Perikanan MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi


Terpadu (SKPT) untuk Industri 4.0
Reformasi Sistem Kesehatan Nasional
Kota Baru
MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional

Kota Sedang Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial


MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju
Kota Kecil Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh

Koridor Pembangunan
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana
Ambon
MP 39 Penguatan Sistem Peringatan
Koridor Pertumbuhan Dini Bencana

Koridor Pemerataan MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021

MP 11 Pengembangan Kota Baru

Tual

SKPT Moa SKPT Saumlaki

PKSN Saumlaki
Slide - 95
STRATEGI PENGEMBANGAN
WILAYAH PAPUA
Strategi Percepatan Pertumbuhan Strategi Percepatan Pemerataan
1. Melanjutkan pembangunan infrastruktur yang menyambungkan 1. Memanfaatkan kearifan lokal untuk percepatan penurunan
pusat-pusat pertumbuhan wilayah dan pusat-pusat produksi kemiskinan dan perbaikan tingkat kesehatan masyarakat.
rakyat. 2. Mendorong penerapan standar pelayanan minimal pada
2. Mendorong pengembangan industri pengolahan berbasis pelayanan dasar khususnya bidang pendidikan, kesehatan,
teknologi tepat guna dan komoditas lokal pertanian, perkebunan, perumahan dan permukiman, serta perluasan penyediaan
peternakan, dan kehutanan. listrik perdesaan. Sejalan dengan hal ini, pengembangan flying
3. Mempercepat pengembangan ekonomi kemaritiman melalui healthcare dan tele-medicine, serta pengembangan sekolah
industri perikanan dan pariwisata bahari di DPP Raja Ampat. terpadu berasrama akan terus dilakukan untuk menjangkau
4. Mendorong hilirisasi industri pertambangan. penduduk di daerah terpencil, terisolasi, dan pegunungan.
5. Mempercepat penyiapan sumber daya manusia terampil disertai 3. Menerapkan pendekatan klaster berbasis wilayah adat dan
pengembangan kewirausahaan terutama pengembangan inovasi distrik untuk mempercepat pembangunan daerah tertinggal,
dan kreativitas kaum muda asli Papua (Papua Creative Hub) kawasan transmigrasi, kawasan perbatasan, serta kampung.
sebagai pendukung pengembangan ekonomi lokal. 4. Mempercepat penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
6. Membangun kawasan perkotaan sebagai pusat aglomerasi termasuk sanitasi dan air minum yang aman, pengelolaan
wilayah, termasuk pembangunan Kota Baru Sorong sebagai sampah dan limbah, serta penyediaan perumahan.
pendukung kawasan industri dan pariwisata, dengan fokus pada 5. Meningkatkan kapasitas aparat pemerintah daerah termasuk
peningkatan penyediaan perumahan, akses pada energi, air di tingkat distrik dan kampung, pemberdayaan masyarakat
minum, sanitasi, persampahan yang aman, drainase, serta dalam perencanaan partisipatif, serta pengelolaan dana
transportasi umum perkotaan. otonomi khusus dan dana desa.
7. Meningkatkan pelayanan perizinan investasi dan memperluas 6. Meningkatkan tata kelola dan kapasitas pemerintahan daerah
kerja sama antardaerah dalam peningkatan daya saing daerah (kelembagaan, aparatur, dan keuangan daerah) termasuk
antara lain melalui forum kerja sama regional Wilayah Papua. penataan daerah, guna mendorong efisiensi dan efektivitas
8. Meningkatkan kepastian hukum hak atas tanah melalui penyelenggaraan pemerintahan daerah, percepatan
pemberian sertifikat hak atas tanah. pembangunan, dan peningkatan daya saing di tanah Papua.
96
Arah Pengembangan Wilayah 2021
Wilayah Papua Destinasi
Pariwisata Prioritas (DPP)

Pusat Kegiatan
DPP Raja Ampat Strategis Nasional

Sentra Kelautan dan Perikanan


Terpadu (SKPT)
Kota Baru Sorong

SKPT Biak Numfor PKSN Kota Baru


Jayapura

Jayapura Kota Sedang


MAJOR PROJECT PRIORITAS RKP 2021
Koridor Pembangunan
Pemulihan Industri, Pariwisata, dan Investasi

MP 1 Industri 4.0 di 5 Sub Sektor Prioritas Koridor Pertumbuhan

Koridor Pemerataan
MP 2 10 Destinasi Pariwisata Prioritas

MP 3 9 Kawasan Industri di Luar Jawa


dan 31 Smelter

MP 17 Pendidikan dan Pelatihan Vokasi


untuk Industri 4.0 PKSN Tanah
SKPT Timika Merah
MP 22 Jaringan Pelabuhan Utama Terpadu 7 Wilayah Adat

Reformasi Sistem Kesehatan Nasional Anim Ha


La Pago
MP * Penguatan Sistem Kesehatan Nasional
MAJOR PROJECT PN 2 RKP 2021 Tabi
Reformasi Sistem Jaring Pengaman Sosial Mee Pago
MP 11 Pengembangan Kota Baru
MP 18 Integrasi Bantuan Sosial menuju Saireri
Skema Perlindungan Sosial Menyeluruh
MP 12 Wilayah Adat Papua Domberay
Reformasi Sistem Ketahanan Bencana
Bomberay
MP 39 Penguatan Sistem Peringatan PKSN
MP 14 Pusat Kegiatan Strategis Nasional
Dini Bencana Merauke
SKPT Merauke Slide - 97
KERANGKA PIKIR
9 REFORMASI (PENGUATAN)
SISTEM KETAHANAN BENCANA
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN PENANGGULANGAN BENCANA
Meliputi:
Sistem Ketahanan Kolaborasi
1. Multihazards Criteria
2. Bencana Alam dan Non alam
Bencana Nasional antar 3. Lintas Sektor
4. Antar wlayah
pemangku
Mitigation and Prevention kepentingan
Preparedness
Database, (Penta helix)
Sistem/kebijakan Pendukung
Response Konektivitas
Knowledge Pemulihan Krisis, meliputi:
Recovery (Early Recovery + dengan sistem 1. Sistem Kesehatan Nasional
Rehab-Recons) Management Tiga (3) Komponen Prasyarat pendukung 2. Sistem Jaringan Pengaman
dan Decision Reformasi Sosial
pemulihan
Support System 3. Sistem Ketahanan Pangan dan
krisis lainnya Energi
Antara lain: yang terintegrasi
Reformasi
1. Multihazards Early Warning 4. Kebijakan Permukiman
dan handal
System
2. Pemetaan Risiko Bencana
3. Perhitungan Damage and Loss Sistem
Ketahanan
4. Pendataan Korban dan Fokus pada upaya:
Penerima Bantuan Ketangguhan 1. Desa Tangguh Bencana

Bencana
5. Distribusi Logistik Masyarakat/ 2. Manajemen Krisis
6. Sejarah Kejadian Bencana
Dukungan tingkat RT/RW
Lingkungan Community 3. Keluarga Tangguh
7. Local Wisdom/Knowledge
Strategis based bencana
Tiga (3) Komponen Utama Resilience 4. Sekolah Tangguh
Antara lain:
1. Penataan Ruang Reformasi Bencana
5. Relawan Kebencanaan
2. Daya Dukung Desa-Kota (Smart 6. Komunitas Filantrofi
and Resilient)
(CSO and NGO)
3. Daya Dukung Lingkungan Alam Meliputi:
4. Daya Dukungan Lingkungan 1. Reformasi Regulasi dan Kinerja Kelembagaan
Buatan/Mitigasi Tata Kelola 2. Pola Koordinasi dan Kolaborasi Pusat dan Daerah
5. Infrastruktur Pendukung lainnya Kebencanaan 3. Manajemen Logistik
(Publik dan Konektivitas) 4. Penguatan Kelembagaan Lokal
6. Tren penyakit zoonosis/wabah 5. Strategi Penanganan
99
7. Perubahan Iklim 6. Inovasi Pembiayaan
KONSEP KETAHANAN BENCANA
Keterkaitan Ketahanan Bencana, Reformasi Kesehatan Nasional,
Perlindungan Sosial, dan Pangan Nasional
Reformasi
Sistem
Kesehatan
Nasional

Reformasi
(Penguatan)
Sistem
Ketahanan Reformasi
Reformasi Bencana Sistem
Ketahanan
Perlindungan
Pangan
Sosial

5 FOKUS AREA: Data Bersama, Sistem Peringatan Dini,


Pemberdayaan Masyarakat, Kelembagaan kolaboratif,
sinergi pembiayaan

KERANGKA KERANGKA
KERANGKA REGULASI
KELEMBAGAAN PENDANAAN 100
REFORMASI SISTEM KETAHANAN BENCANA 2020-2024

Peningkatan sarana prasarana


Penguatan Data, Informasi dan Penguatan Sistem, Regulasi, Penguatan Rencana mitigasi dan penanggulangan
Literasi Bencana dan Tata Kelola Bencana Pengurangan Risiko Bencana bencana

Penguatan kesiapsiagaan 10 ISU STRATEGIS DALAM REFORMASI SISTEM


dalam penanganan bencana Peningkatan pengembangan
melalui sosial-engineering KETAHANAN BENCANA dan inovasi skema alternatif
ketahanan bencana multilevel, • Sendai Framework for Disaster Risk Reduction 2015 - 2030 pembiayaan penanggulangan
terutama keluarga, komunitas • Rencana Induk Penanggulangan Bencana 2020 – 2044 bencana
maupun desa • Kapasitas, Kapabiliti, dan Karakteristik Daerah yang berbeda di
Indonesia

Integrasi kerjasama antar Pelaksanaan rehabilitasi dan Penguatan sistem mitigasi


daerah terkait kebijakan Penguatan penanganan rekonstruksi di daerah multi ancaman bencana
bencana darurat bencana terdampak bencana terpadu

101
REFORMSI SISTEM KETAHANAN BENCANA
Prinsip Dasar
Kerangka Teori Ketahanan Bencana
• Memahami Konteks (Context)
• Peran serta masyarakat • Memetakan Goncangan/Ancaman (shock, hazard)
• Tata Kelola Resiko Bencana (Disaster Risk • Mengelola Kapasitas (absord, adapt, dan transform)
Management/Governance) • Mengatasi Ancaman (multihazard)
• Disaster Risk Financing
• Ilmu dan Teknologi
• Ketahanan Infrastruktur strategis Aksi Prioritas dalam Siklus
• Ekologis Manajemen Penanggulangan
• Inklusi Sosial dalam pengurangan resiko Bencana:
bencana/Disaster Risk Reduction • Mitigasi Ancaman
• Kesiapsiagaan Bencana
• Respons Bencana
• Rehabilitasi dan Pembangunan Kembali
Lebih Baik (Rehabilitation and Build Back
Kerangka Global perihal Better)
Paradigma Ketahanan • Pemulihan dan Pembangunan
Bencana (Disaster Resilience)
Keterkaitan Reformasi
Sistem Ketahanan Bencana
Memahami Ancaman Bencana secara dengan Berbagai
menyeluruh (termasuk bencana non-alam, Aspek/Sektor lain
dalam hal ini communicable disease) 102
102
KERANGKA SISTEM KETAHANAN BENCANA
Kerangka Kebijakan 5 Area Strategi Reformasi Tujuan
Pembangunan Satu
Perencanaan

Data Bencana Berkurangnya jumlah


Kerangka

RENCANA INDUK RANCANGAN SISTEM Terintegrasi kematian & orang


RPJMN terdampak bencana
PENANGGULANGAN PERINGATAN DINI
2020-2024
BENCANA 2020-2044 TERPADU Penguatan Sistem
Peringatan Dini Berkurangnya kerugian

INDONESIA TANGGUH BENCANA 2030


Bencana Terpadu ekonomi relatif terhadap
PDB yang disebabkan
Penganggaran

Dana Siap Pakai Pinjaman & Hibah Lembaga oleh bencana


APBN
Kerangka

(DSP) Dalam Negeri Swasta (NGO) Penguatan Ketahanan


Sosial melalui
Dana Rehabilitasi Pinjaman & Hibah Kolaborasi Bertambahnya jumlah
APBD Pemberdayaan
& Rekonstruksi Luar Negeri Masyarakat kota dan permukiman
yang mengimplementasi
Penguatan kebijakan & perencanaan
Kelembagaan yang terkait penanggulangan
Kelembagaan

serta
Kolaboratif
Kerangka

Pemerintah bencana
Daerah dan
BPBD seluruh Bertambahnya jumlah
provinsi/ Peningkatan Investasi
kabupaten/kota dan Pembiayaan kota dan permukiman
yang
mengimplementasikan
Kerangka Regulasi: UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU penanganan holistik
6/2018 tentang Kedaruratan Kesehatan Masyarakat, Permendagri 101/2018 tentang SPM Sub-urusan Bencana risiko bencana di semua
lini sesuai dengan SFDRR
2015-2030
Pemanfaatan Teknologi dan Informasi Komunikasi (TIK) / Digital Platform
TERKAIT
SEKTOR

KESEHATAN SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN HIDUP KEAMANAN 103


REFORMSI SISTEM KETAHANAN BENCANA
Peta Jalan
TAHAPAN IMPLEMENTASI INDIKATOR KUNCI

Satu Data Pembangunan satu data Pengembangan sistem satu data • Terbangunnya basis
Bencana dan informasi kebencanaan dan informasi kebencanaan data (2020)
• Terintegrasinya data
Terintegrasi (2022)

Sistem Pembangunan sistem Peningkatan kapasitas analisis Pengembangan sistem peringatan • Terbangunnya sistem
peringatan dini data dan sistem serta komunikasi dini berbasis masyarakat (2020)
Peringatan • Meningkatnya
Dini Terpadu kapasitas (2022)

Pembangunan desa dan Pengembangan literasi kebencanaan • Meningkatnya literasi


Pemberdayaan keluarga tangguh bencana di keluarga, desa, dan masyarakat dan pemahaman
Masyarakat masyarakat (2024)

• Terbentuknya
Pembentukan Satuan Penguatan manajemen Penguatan koordinasi dan kerja manajemen krisis
Kelembagaan Tugas (ad-hoc) krisis terpadu sama stakeholder (pentahelix) terpadu (2022)
Kolaboratif • Terlaksananya kerja
sama pentahelix (2024)

Investasi dan Optimalisasi Pengembangan opsi Penguatan skema pembiayaan/investasi • Tersedianya skema
pemanfaatan DSP* alternatif pendanaan PB PB yang inovatif pembiayaan PB yang
Pembiayaan inovatif (2022)

2020 2021 2022 2023 2024


Pengembangan Penguatan Pemantapan Optimalisasi Keberlanjutan
*DSP = Dana Siap Pakai SKB SKB SKB SKB SKB 104
104
PENGUATAN SISTEM KETAHANAN BENCANA (SKB)
2020-2022

2020 2021 2022 2023 2024

Pengembangan Penguatan Pemantapan Optimalisasi Keberlanjutan


SKB SKB SKB SKB SKB
Target capaian 2020 - 2021:

1 2
Platform data dan informasi kebencanaan (lintas sektor) untuk
Mekanisme pengaturan kelembagaan dan kemitraan kolaboratif dan
menghasilkan data/informasi kebutuhan penanggulangan bencana
Adaptif sudah tersusun dengan jelas sehingga konsolidasi-koordinasi
dalam sistem informasi Pemerintah yang Adaptif di tingkat nasional
kegiatan lintas sektor dapat berjalan dengan lebih terintegrasi/bersinergi.
dan sub-nasional

Fokus capaian 2022 :


Pemberdayaan Masyarakat & Literasi Kebencanaan Sistem Peringatan Dini (EWS) Peningkatan Kapasitas Pembiayaan Adaptif
tersinergikan dalam program-program pemberdayaan yang
tersusun secara partisipatif sehingga seluruh
telah berjalan (desa tangguh bencana, desa siaga, forum
pemangku kepentingan memiliki pemahaman
masyarakat siaga bencana, dll), termasuk memasukan a/l melalui pengembangan konsep microfinance dan
kesiapsiagaan dan sistem yang dibangun dapat
kurikulum kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman dan transfer risiko (asuransi) serta partisipasi sektor swasta
disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat
risiko bencana mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
(kearifan lokal).
Sekolah Dasar Menengah dan Atas.

ADANYA DUKUNGAN PEMBIAYAAN NON-KONVENSIONAL DAN PEMBENTUKAN PENGELOLA DANA BERSAMA (Pooling Fund) KEBENCANAAN

Tercapainya Indikator Kunci


• SFDRR 2015-2030: mengurangi kematian & kerugian akibat bencana
• SDGs: (11) kota & permukiman inklusif, aman, tangguh, & berkelanjutan; (13) tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim & dampaknya
• RPJMN 2020-2024: (2020) terbangunnya basis data, proses integrasi yang menyeluruh; (2022) meningkatnya kapasitas dan literasi/pemahaman masyarakat;
(2024 ) terlaksananya kerja sama dalam forum pentahelix dan tersedianya skema pembiayaan PB yang inovatif & berkelanjutan 105
INDIKASI KEGIATAN K/L TAHUN 2021
PENGUATAN KETAHANAN BENCANA
IDENTIFIKASI KEGIATAN KETERANGAN K/L PELAKSANA
• DIBI, INAWARE, INASAFE, INARISK • Portal sistem informasi & data risiko bencana, kerugian akibat bencana, dll • BNPB
• SIDIK • Portal sistem informasi & data indeks kerentanan lingkungan • KLHK
Satu Data • Satu Data Kesehatan • Portal integrasi tata kelola informasi & data kesehatan • KEMENKES
Bencana • Prodeskel Bina Pemdes • Portal sistem informasi desa/kelurahan (sarpras, kependudukan, kelembagaan, dll) • KEMENDAGRI
Terintegrasi • • Aplikasi sistem pemantauan & pelaporan perkembangan penerima bantuan •
SIMONTOK KEMENSOS
• Ina-Geoportal • Portal penyedia data geospasial • BIG
• GISTARU • Portal sistem informasi tata ruang berbasis geospasial • KEMEN ATR/BPN

• Pengembangan InaTEWS, CEWS, MEWS • Analisis data hasil pemantauan bencana, Pemantauan gejala dan prakiraan
• BMKG, Badan Geologi/PVMBG
Sistem ancaman, Penyediaan alat dan instrumentasi
Peringatan Dini • Informasi/perintah evakuasi, koordinasi media, tindakan evakuasi masyarakat, gladi
• Pengembangan Sistem Peringatan Dini dan simulasi, buku panduan SOP, peta risiko, rencana kontijensi, kajian risiko bencana, • BNPB
Terpadu
Multi Ancaman Bencana rencana penanggulangan bencana, sertifikasi kesiapsiagaan kebencanaan
• Desa Tangguh Bencana • Kemampuan Memahami Risiko Bencana (Banjir, Longsor, Karhutla, dst) • BNPB
• Keluarga Tangguh Bencana • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Forum PRB, Sosialisasi, Relawan PB)
• Desa Pesisir Tangguh • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Menanam Mangrove,dsb) • KKP
Pemberdayaan
Masyarakat • Desa Pintar/Satuan Pendidikan Aman • Kemampuan Memahami Risiko Bencana (Banjir, Longsor, Karhutla, dst)
Bencana (SPAB) • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Sosialisasi, literasi) • KEMDIKBUD
• Desa Mandiri Pangan • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (lumbung pangan, bufferstock, dst) • KEMENTAN
• Masyarakat Peduli Api • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Patroli hutan, deteksi api, parit dan
• Kampung Iklim tandon air, dst) • KLHK
• Penguatan Forum PRB • Kolaborasi multipihak dalam upaya PRB oleh masyarakat dan dunia usaha • BNPB
• Asistensi dan supervisi penerapan • Penerapan Standar Minimal Pelayanan bidang bencana sebagai upaya awal
• KEMENDAGRI
Kelembagaan SPM bidang bencana meningkatkan peran pemerintah daerah dalam mitigasi bencana
Kolaboratif • Dokumen Kesepakatan Lintas K/L dalam • Dokumen Kerjasama sebagai acuan dalam upaya penanganan bencana secara • KEMENDES
Penanganan Daerah Rawan Bencana kolaboratif dan terpadu antara Pemerintah Daerah dan Pusat, serta masyarakat
• Program dan Administrasi Kegiatan • Dokumen kegiatan lintas sektor pembangunan manusia dan kebudayaan dalam
Bidang Kerawanan Sosial dan Bencana bidang penanggulangan bencana • KEMENKO PMK

Sinergi • Dana Bersama Bencana (Pooling Fund) • Inisiatif Pembiayaan Penanggulangan Bencana melalui Skema Asuransi • KEMENKEU
Pembiayaan 106
Strategi Penguatan Agenda 1:
Pembangunan Satu Data Bencana Terintegrasi
Perbaikan Tata Kelola Data Bencana Indonesia: Cakupan Dasar Satu Data Bencana Indonesia
Memberikan akses data yang komprehensif, terbarukan,
informatif, dan menjadi suplemen berbagai kegiatan analisis
dan pengambilan keputusan oleh stakeholder dalam masa
prabencana, darurat bencana dan pascabencana.

TARGET PENGUATAN

 Dampak Bencana
1. Pengumpulan Data  Investasi
Pusdatin K/L  Pergerakan Penduduk
2. Analisa Data
 Keterpaparan Wilayah
Pusdatin Pemda 3. Publikasi Data
 Peta Zona Bahaya
4. Restricted Data
5. Data Sharing  Ketahanan Logistik
Sumber swasta/  Keamanan dan Ketertiban
6. Organisasi data
masyarakat 7. Wali Data  Penguatan Pentahelix
8. Otoritas dan Whistle  Sosialisasi Kebencanaan
Sumber dunia usaha blower Data  Mitigasi Kebencanaan
9. dll.  Kegiatan penguatan
Sumber media Masyarakat
 dll.
Sumber: Satu Data Bencana Indonesia, BNPB, dan BPS 107
107
Strategi Penguatan Agenda 2:
Penguatan Sistem Peringatan Dini Bencana Terpadu
INATEWS End To End System

Mengoordinasikan tindakan respon


masyarakat terhadap informasi gempa
bumi dan/atau peringatan dini tsunami
yang disampaikan oleh Pemerintah
(Perpres No. 93/2019 Pasal 33 Huruf f)

TV
Indikator 2021 2024 SMS Portal (BLC) Sirene Siaran Siaran Bahasa
Kecepatan Penyampaian Informasi Peringatan Facebook Radio Berita Lokal
<5 menit 3 menit
Dini Bencana kepada Masyarakat Instagram 108
Strategi Penguatan Agenda 3:
Penguatan Ketahanan Sosial dan Pemberdayaan Terpadu
DESA TANGGUH COVID – KEMENDES PDTT DESA TANGGUH BENCANA - BNPB
• Sistem Komando Desa • Kemampuan Memahami Risiko Bencana (Banjir, Longsor,
• Relawan Menyusun buku panduan, penerapan protokol Kesehatan, Karhutla, dst)


sosialisasi
Memahami risiko dan kerentanan
8 1 • Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Forum PRB,
Sosialisasi, Relawan PB)

DESA SIAGA AKTIF - KEMENKES DESA PESISIR TANGGUH - KKP


• Kemampuan Memahami Risiko Kesehatan dan
Respon 7 2 Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi
(Menanam Mangrove, Menentukan waktu berlayar,
• Layanan kesehatan (Poskesdes, Kader Kesehatan
membangun tanggul sederhana, dst)
desa) dan Penerapan PHBS
MASYARAKAT
TANGGUH
DESA MANDIRI ENERGI - KEMEN DESA MANDIRI PANGAN -
ESDM
Inisiasi energi alternatif (PLTA Sederhana, Biogas
6 3 KEMENTAN
Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (lumbung
sederhana, dst) untuk antisipasi kondisi darurat pangan, bufferstock, tumpangsari, dst)

MASYARAKAT PEDULI API DAN


DESA WISATA – KEMEN PAREKRAF
Inisiasi desa tematik Tangguh bencana (Edukasi dan partisipasi)
5 4 KAMPUNG IKLIM - KLHK
Kemampuan Merespon dan Melakukan Aksi (Patroli hutan,
deteksi api, parit dan tandon air, dst)
109
Strategi Penguatan Agenda 4:
Penguatan Kelembagaan yang Kolaboratif
Kondisi Eksisting
Lemahnya parameter kesiapsiagaan di
pemerintah dan masyarakat Diperlukan penguatan kolaborasi
pentahelix dalam berbagai tahapan
Terbatasnya pengetahuan bencana di pendidikan Pemerintah penanggulangan bencana.
formal dan non-formal

Terbatasnya informasi (buku, pamflet, dll) dalam


meningkatkan kesadaran masyarakat dalam kesiapsiagaan Perencanaan
Lembaga
Belum terwujudnya kolaborasi antar stakeholder Akademisi
dalam urusan kebencanaan Usaha
KOLABORASI Pelaksanaan
Target Penguatan PENTAHELIX
Menyusun parameter yang terukur dan tepat dalam
kesiapsiagaan sekaligus strategi pencapaiannya Pemantauan

Meningkatkan materi kesiapsiagaan, melakukan Masyarakat/


diseminasi dan internalisasi ke masyarakat luas Media
Komunitas
Insentif dan Disentif
Mengembangkan berbagai pola komunikasi terkait
informasi kebencanaan melalui digital platform

Mewujudkan kolaborasi antar stakeholder (Pentahelix)


dalam urusan kebencanaan
110
110
Strategi Penguatan Agenda 5:
Peningkatan Investasi dan Pembiayaan yang Inovatif
Kondisi eksisting: 1. Kurangnya perencanaan alokasi
penggunaan Dana Siap Pakai
2. Pembiayaan kebencanaan masih
bergantung pada APBN
3. Terbatasnya dukungan pendanaan
dalam pengurangan risiko bencana
4. Belum memadainya investasi
mitigasi bencana struktural dan non
struktural

Target penguatan:
 Pemanfaatan skema pembiayaan yang
inovatif dalam penanggulangan bencana
 Peningkatan investasi bencana di bidang
mitigasi struktural dan non struktural
111
111
LANGKAH-LANGKAH YANG SUDAH DILAKUKAN
DALAM PENGUATAN KETAHANAN BENCANA
Data Bersama yang Terintegrasi Platform Data yang Tersedia Kendala & Tantangan
1
• Platform data masih bersifat sektoral • BNPB: DIBI, INAWARE, INASAFE, INARISK
• Data K/L-Provinsi-Kab/Kota belum • Updating data
• KLH: SIDIK • Optimalisasi data
terintegrasi secara optimal • Kemenkes: HEWS, dll (database sistem kesehatan) • Keterbukaan/ akses publik pada data
*Data terkait kebencanaan: data • Kemendagri: Digitalisasi Monografi Desa/Kelurahan yang tersedia
pendukung di setiap tahap pengelolaan risiko • Kemensos: SIMONTOK
bencana • Portal SDI – Jaringan Informasi Geospasial Nasional
(mitigasi-kesiapsiagaan-tanggap darurat- Kuantitas/ Kualitas/
• Kemen ATR: GISTARU, dll Kelengkapan Kebaruan
Akses
rehab/rekon)

Sistem Peringatan Dini • MEWS: sistem peringatan dini cuaca


2
• CEWS: info iklim • Ketersediaan alat yang memadai &
Platform EWS untuk seluruh jenis bencana • TEWS: sistem informasi gempa & tsunami, dll teknologi
perlu dioptimalkan  masyarakat mendapat • SDM: kapasitas mengoperasionalkan
informasi bencana seawal & seakurat mungkin Multi-hazard & multi-risk early warning system alat & melakukan analisis

Pemberdayaan Masyarakat • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan : Kurikulum


3 Kebencanaan (SPAB) dan Desa Pintar
• Terbatasnya pengetahuan & kapasitas • Program bersifat inkremental
• Kemenkes: Desa Siaga Aktif
masyarakat, termasuk membangun literasi • Kendala updating data menyebabkan
• Kemen ESDM: Desa Mandiri Energi
dalam kurikulum pendidikan • Desa Wisata: Kemen Parekraf penerima manfaat (beneficiaries)
• Program/kegiatan pemberdayaan bersifat • BNPB: Desa Tangguh Bencana, dll kurang tepat sasaran
sektoral
Kelembagaan Kolaboratif Belajar dari kasus pandemic COVID, selain dukungan • Alur koordinasi antar pemangku
4
pemerintah, peran lembaga non pemerintah sangat besar kepentingan belum jelas
Pentingnya pelibatan pentahelix dalam
(PMI, LSM/OSM/Organisasi lain, Lembaga Usaha, HFI, • Data/informasi untuk mendukung
mendukung ketahanan bencana mulai dari
Badan PBB) kegiatan kolaborasi sangat terbatas
tahap mitigasi sampai dengan rehab/rekon
Sumber Pembiayaan
Sinergi Pembiayaan
5 APBN/APBD sesuai program regular, Bansos/subsidi, BPJS • Belum ada regulasi pemanfaatan
• Terbatasnya kapasitas APBN & APBD (Asuransi sektor kesehatan dan ketenagakerjaan), Dana dana bersama dalam
• Pentingnya pembiayaan non konvensional Bersama kebencanaan (pooling fund dan asuransi) CSR, penanggulangan bencana
Donor/Filantropi, PPP (KPBU) – khususnya untuk • Pengelolaan pendanaan muti
& inovatif
infrastruktur sektor masih lemah 112
10 PENUTUP
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
LANGKAH-LANGKAH
PENGUATAN KETAHANAN BENCANA
PRIORITAS 6-12 BULAN 13-24 BULAN 25-30 BULAN
Pengarusutamaan PRB dalam Internalisasi PRB dalam Internalisasi PRB dalam Internalisasi PRB dalam
penyusunan RPJMD, RKPD, penyusunan RPJMD, RKPD, penyusunan RPJPD, RPJMD,
Perencanaan Pembangunan Renstra OPD dan APBD Renstra OPD dan APBD RKPD, Renstra OPD dan APBD
Penguatan kapasitas kelembagaan dan Sosialisasi dan Pelatihan bagi Permagangan dan Penguatan standar
Masyarakat dan aparat SKPD pelayanan organisasi dan
aparatur Pendampingan aparat
Penyediaan sistem peringatan dini Sosialisasi dan Pelatihan Penerapan sistem Pengembangan dan
bencana tentang sistem peringatan dini peringatan dini bencana pemantapan sistem
peringatan dini
Pengembangan dan pemanfaatan IPTEK Pelatihan Keterampilan dan Pengembangan knowledge Perluasan jejaring knowledge
dan pendidikan Pendampingan managament management

Simulasi dan gladi kesiapsiagaan


menghadapi bencana secara berkala dan Sosialisasi, Pelatihan dan Festival dan Pameran Perluasan kerjasama
berkesinambungan Simulasi Kesiapsiagaan Pengurangan Risiko Bencana internasional

Penyediaan infrastruktur mitigasi dan Penyiapan Masterplan Penyiapan DED dan Perluasan dan peningkatan
kesiapsiagaan Infrastruktur Pelaksanaan Proyek mutu infrastruktur
Sosialisasi, Pelatihan dan Pelaksanaan, Pembinaan
Penyusunan Indeks Desa Perwujudan Desa Tangguh
Pengembangan desa tangguh bencana dan Evaluasi Pelaksanaan Bencana
Tangguh Bencana Desa Tangguh Bencana
Peningkatan kapasitas manajemen dan Sosialisasi dan Pelatihan Peerbaikan prasarana dan Perluasan dan
pendistribusian logistik kebencanaan tentang Manajemen Logistik sarana manajemen logistik pengembangan kerjasama
LANGKAH-LANGKAH
PENGUATAN KETAHANAN BENCANA

Langkah dan upaya pengurangan risiko, pencegahan dan penanganan bencana perlu dilakukan
dengan sistematik, terukur, terencana dan berkelanjutan
Pendekatan yang ideal dalam mengurangi risiko dan kerentanan, mencegah dan mengatasi
bencana adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan berbasis Komunitas;
2. Pendekatan berbasis kawasan atau wilayah;
3. Pendekatan peningkatan kapasitas dan kompetensi aparat dan masyarakat;
4. Pendekatan pengetahuan (knowledge management) kebencanaan;
5. Pendekatan kerjasama dan kemitraan antarpelaku (daerah, nasional dan internasional).

Diperlukan penguatan peran BNPB dalam koordinasi antar Kementerian/Kembaga dan


antara pemerintah daerah dengan Kementerian/Lembaga

Penguatan manajemen data dan informasi, dan manajemen pengetahuan (knowledge


management) tentang bencana untuk mendukung penyusunan perencanaan kebijakan
penanggulangan bencana  pengenalan siklus dan pola akan meningkatkan kualitas
perencanaan penanganan bencana
LANGKAH-LANGKAH
PENGUATAN KETAHANAN BENCANA
Manajemen investasi kebencanaan berbasis wilayah secara lebih terpadu Pengembangan Spatial-based
Disaster Risk Reduction Modelling

Manajemen komunikasi yang optimal dalam membangun kerjasama, kemitraan, kolaborasi dan
koordinasi baik internal maupun eksternal (Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, LSM,
Perguruan Tinggi, dan Negara/Lembaga Donor)  penanganan bencana secara holistik

Meningkatkan akses masyarakat pada daerah terpencil, terluar, tertinggal, dan wilayah pesisir
yang rawan bencana dan perubahan iklim bencana terhadap layanan publik informasi
kebencanaan

Mendorong penginterasian PRB dalam perencanaan pembangunan melalui visi misi kepala
daerah

Bappeda sebagai unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah, mempunyai tugas


melaksanakanan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencananaan
pembangunan daerah, termasuk didalamnya kebijakan pengurangan risiko bencana dalam
pembangunan

BPBD dan Bappeda provinsi/kabupaten/kota agar melaksanakan peranannya sebagai ujung tombak
untuk memastikan bahwa PRB menjadi isu strategis pembangunan didaerahnya

Bappeda dan BPBD mengawal pengarusutamaan PRB dalam penyusunan RPJMD, RKPD, dan RENSTRA
SKPD
PENUTUP
1. Pemerintah daerah (OPD) dan Pemerintah pusat (K/L) dan sejak awal harus
bekerjasama dalam pendataan, pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan serta
monitoring dan evaluasi pelaksanaan penanggulangan bencana.
2. Pengintegrasian Renas PB dalam perencanaan pembangunan daerah melalui
perumusan visi dan misi Kepala Daerah.
3. Bappeda dan BPBD harus bekerjasama melakukan identifikasi, analisis dan
perkiraan (proyeksi) risiko bencana di setiap daerah.
4. Penguatan manajemen data dan informasi, dan manajemen pengetahuan
(knowledge management) tentang bencana untuk mendukung penyusunan
perencanaan kebijakan penanggulangan bencana pengenalan siklus dan pola akan
meningkatkan kualitas perencanaan penanganan bencana.
5. Meningkatkan kapasitas masyarakat, terutama akses masyarakat pada daerah
terpencil, terluar, tertinggal, dan wilayah pesisir yang rawan bencana dan
perubahan iklim bencana terhadap layanan publik informasi kebencanaan.
6. Bappeda dan BPBD mengawal pengarusutamaan pengurangan risiko bencana
dalam penyusunan RPJMD, RKPD, RPB dan RENSTRA OPD.
117
TERIMA KASIH.
Direktorat Daerah Tertinggal, Transmigrasi dan Perdesaan
(021) 3926249

dttp@bappenas.go.id
kawasan.bappenas.go.id

Anda mungkin juga menyukai