Anda di halaman 1dari 44

PENGIMBASA

N
GURU BELAJAR SERI AKM ANGKATAN 11
FERLI YULI
ARDIANTA
GURU MATA PELAJARAN PENJAS
SMP NEGERI 15 KRUI, KAB. PESISIR BARAT,
LAMPUNG
GURU BELAJAR
Seri Asesmen Kompetensi Minimum
untuk Tingkat SMP
Ass. Bapak Ibu Guru
Perkenalkan, saya FERLI YULI ARDIANTA
Dari SMP Negeri 15 Krui,
Kab. Pesisir Barat, Prov. Lampung
Saya adalah guru Penjas, saat ini
sedang mengikuti Program
Bimtek Guru Belajar Seri AKM
dari Kemendikbud.
Pada kesempatan ini saya
Akan membagikan informasi
dan pengalaman saya setelah
Mengikuti Orientasi di Tahap 1 dan Bimtek di Tahap 2.
Selamat
mengikuti
Bagaimana caranya
untuk mengikuti program
Guru Belajar seri
Asesmen Kompetensi
Minimum?

4/17/21 8
1. Melakukan pendaftaran pada link:
https://gtk.belajar.kemdikbud.go.id/

4/17/21 9
2. Silahkan Anda pilih Guru Belajar
3. Klik masuk

4/17/21 10
4. Gunakan username dan kata
sandi akun sim PKB untuk login

4/17/21 11
5. Silahkan pilih Asesmen Kompetensi
Minimum, klik selengkapnya

4/17/21 12
6. Silahkan registrasi sesuai jadwal yang tersedia

4/17/21 13
3 TAHAPAN GURU BELAJAR SERI AKM

TAHAPAN
1 2 3
Orientasi Bimtek Pengimbasan
1. ORIENTASI
Pada tahap ini, peserta akan mendapatkan pemahaman terkait latar belakang, tujuan umum,
kebijakan, dan alur Program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi Minimum.

Program ini bertujuan untuk menjawab berbagai persoalan guru dalam menghadapi Asesmen
Kompetensi Minimum, diantaranya: 
1. Berkembangnya miskonsepsi tentang asesmen nasional 
2. Adanya malpraktik pembelajaran dalam melakukan persiapan menghadapi asesmen nasional 
3. Guru belum mengetahui cara membaca hasil asesmen nasional 
4. Guru belum memahami bagaimana menindaklanjuti hasil asesmen nasional

Anda akan melakukan serangkaian kegiatan pembelajaran secara mandiri melalui program
pembelajaran otomatisasi dengan alokasi waktu selama 32 jam pertemuan yang dapat Anda atur
ANNA
secara fleksibel. Program LARISSA
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen
ROMAN Kompetensi Minimum disusun dengan
FEDERICO
memadukan tahapan dan pendekatan modular yang memfasilitasi peserta melakukan personalisasi
CEO CFO COO CTO
pembelajaran. Selain itu, program ini dapat mendorong guru untuk saling belajar dengan guru yang
lain dalam hal berbagi praktik baik pembelajaran. Selamat belajar!
Orientasi 4/17/21 15
APA PENTINGNYA ASESMEN NASIONAL
Nasional perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Pertanyaannya, mutu pendidikan seperti apa yang diharapkan? Apakah
mutu pendidikan dapat dilihat dari hasil Ujian Nasional saja seperti yang
selama ini terjadi?

Peningkatan mutu sistem pendidikan tidak hanya berorientasi pada


pencapaian siswa dalam menguasai materi pelajaran dan nilai ujian akhir,
apapun sebutannya. Keberhasilan sistem pendidikan lebih difokuskan pada
pencapaian kompetensi siswa yang meliputi pengetahuan, keterampilan
dan sikap. Terlebih pada era transformasi pendidikan abad ke-21, dimana
ANNA arus perubahan menuntut siswa menguasai berbagai kecakapan hidup
yang esensial untuk menghadapi
LARISSA ROMAN berbagai tantangan abad ke-21 dimana
FEDERICO
siswa memiliki kecakapan belajar dan berinovasi, kecakapan menggunakan
CEO CFO COO CTO
teknologi informasi, kecakapan hidup untuk bekerja dan berkontribusi
pada masyarakat. 4/17/21 16

Orientasi
LATAR BELAKANG DAN KEBIJAKAN
ASESMEN NASIONAL
Hasil PISA membuktikan kemampuan belajar siswa pada pendidikan dasar dan menengah kurang memadai.
Pada tahun 2018, sekitar 70% siswa memiliki kompetensi literasi membaca di bawah minimum. Sama halnya
dengan keterampilan matematika dan sains, 71% siswa berada di bawah kompetensi minimum untuk
matematika dan 60% siswa di bawah kompetensi minimum untuk keterampilan sains. Skor PISA Indonesia
stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Kondisi ini menyebabkan Indonesia menjadi salah satu negara yang
konsisten dengan peringkat hasil PISA yang terendah. Bagaimana pendapat Anda? 

Menanggapi kondisi tersebut, reformasi asesmen diperlukan guna mendorong peningkatan kualitas
pembelajaran. Pemetaan mutu pendidikan secara menyeluruh dibutuhkan. Untuk itu pada tahun 2021
mendatang, Asesmen Nasional (AN) akan resmi diterapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Ujian Nasional (UN) sudah tidak lagi diberlakukan. Kebijakan ini ditetapkan berdasarkan hasil koordinasi
ANNA
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
LARISSA dengan sejumlah dinas dan lembaga terkait.
ROMAN FEDERICO

Dalam
CEOhal ini, AN diterapkan untukCFO mengevaluasi kinerja dan
COO mutu sistem pendidikan. Nantinya, hasil
CTO
Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian proses belajar siswa namun
memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran dan kompetensi siswa.
Annual Review 4/17/21 17
KECAKAPAN HIDUP ABAD 21 DAN
PROFIL KARAKTER PELAJAR PANCASILA
Pertanyaannya, bagaimana cara mengukur kompetensi tersebut? Ya,
menggunakan Asesmen Nasional. Asesmen Nasional diberlakukan sebagai alat
ukur untuk mengetahui ketercapaian kompetensi yang harus dikuasai siswa.
Asesmen Nasional tidak hanya memotret hasil belajar kognitif siswa,
sebagaimana yang terjadi dalam Ujian Nasional namun juga memotret hasil
belajar sosial emosional. Termasuk di dalamnya sikap, nilai, keyakinan, serta
perilaku yang dapat memprediksi tindakan dan kinerja siswa di berbagai
konteks yang relevan. 
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi
rujukan pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil
pelajar pancasila ini sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21.
Karakter pelajar Pancasila yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
ANNA 2. Berkebhinekaan global
LARISSA
3. Mandiri ROMAN FEDERICO
4. Bernalar kritis 
CEO CFO COO CTO
5. Kreatif
6. Gotong royong 4/17/21 18

Orientasi
KECAKAPAN HIDUP ABAD 21 DAN
PROFIL KARAKTER PELAJAR PANCASILA

Penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang berfokus pada
pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur dari pemahaman konsep, dan
keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya
ANNA
menguasai konten semata, LARISSA
tetapi lebih menguasai ROMAN
pemahaman secara mendalam FEDERICO
terhadap konsep
yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan
CEO CFO COO CTO
hasil pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin dievaluasi melalui
Asesmen
Orientasi Nasional. 4/17/21 19
KETERKAITAN ASESMEN NASIONAL DENGAN
KECAKAPAN ABAD 21 DAN PROFIL PELAJAR PANCASILA
Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan profil pelajar Pancasila?
Perhatikan penjelasannya pada materi yang telah disediakan berikut ini. 

ANNA
LARISSA ROMAN FEDERICO

CEO CFO COO CTO

4/17/21 20

Orientasi
2. BIMTEK
Program ini akan efektif bila Anda:
1. Mengikuti instruksi pembelajaran dengan teliti
2. Mempelajari secara seksama semua konsep 
3. Mengisi kuis dan diskusi dengan sebenar-benarnya
4. Melakukan latihan secara mandiri dan berkala 
Anda sudah mengetahui tujuan dan cara efektif mengikuti
program.

Sebelum mengikuti Bimtek, Anda akan diminta


mengerjakan Asesmen Pra Program untuk mengetahui
kemampuan awal sebelum mengikuti proses belajar.

Bimtek- KONSEP 4/17/21 21


A. KONSEP ASESMENT NASIONAL
Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah, madrasah, dan program
kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar
siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan
pendidikan yang mendukung pembelajaran.

Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar literasi membaca dan
numerasi siswa. 
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan proses belajar-mengajar di
kelas maupun di tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan terkait konsep dan
pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai gelisah terkait penghapusan Ujian
Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan
menyeluruh mengenai Asesmen Nasional pun perlu terus disebarluaskan
Bimtek- KONSEP 4/17/21 22
TUJUAN DAN MANFAAT ASESMEN NASIONAL
Perubahan sistem evaluasi dari Ujian Nasional ke Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memperbaiki
kualitas pendidikan secara menyeluruh. Asesmen Nasional dirancang untuk menghasilkan informasi akurat
untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar, yang pada gilirannya akan meningkatkan hasil belajar siswa. 
1. Asesmen Nasional menghasilkan informasi untuk memantau: (a) perkembangan mutu dari waktu ke
waktu, dan (b) kesenjangan antar bagian di dalam sistem pendidikan (misalnya di satuan pendidikan:
antara kelompok sosial ekonomi, di satuan wilayah antara sekolah negeri dan swasta, antar daerah,
ataupun antar kelompok berdasarkan atribut tertentu). 
2. Asesmen Nasional bertujuan untuk menunjukkan apa yang seharusnya menjadi tujuan utama sekolah,
yakni pengembangan kompetensi dan karakter siswa. 
3. Asesmen Nasional juga memberi gambaran tentang karakteristik esensial sebuah sekolah yang efektif
untuk mencapai tujuan utama tersebut. Hal ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan Dinas
Pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran.
Maka dari itu, hasil Asesmen Nasional sendiri diharapkan mampu memberikan manfaat, bukan sekedar nilai
belaka. Pada tahun 2021, Mendikbud telah menyatakan bahwa hasil Asesmen Nasional dimaksudkan sebagai
peta awal mutu sistem pendidikan secara nasional. Asesmen Nasional tidak akan digunakan untuk
mengevaluasi
Bimtek- KONSEP
kinerja sekolah maupun daerah. 4/17/21 23
MANFAAT ASESMEN NASIONAL

Kaitannya dengan infografis tersebut, secara jangka panjang Asesmen Nasional memberi kesempatan sekaligus
menuntut guru dan sekolah untuk memperbaiki kualitas pengajarannya guna menciptakan siswa yang lebih
kompeten. Hal ini terlihat dari penekanan pembelajaran dan asesmen yang lebih fokus pada daya nalar dalam bentuk
literasi membaca dan numerasi. Hal ini juga mendorong guru dan sekolah mengubah praktik-praktik pembelajaran
lama yang tidak lagi relevan dengan kondisi saat ini. 

Bagaimana contohnya? Misalnya, guru ingin mengembangkan keterampilan literasi pada siswa. Dalam hal ini, guru
perlu memotivasi siswa untuk membaca tidak hanya dari buku teks, tetapi bisa dari berbagai sumber. Guru juga perlu
mengajak siswa berdiskusi dan mengevaluasi informasi yang dibaca, tidak sekedar meringkas dan mengulang
kembali. Bagaimana dengan keterampilan numerasi? Pada keterampilan numerasi, guru perlu memastikan siswa
memiliki intuisi angka (number sense) dan pemahaman aritmatika dasar sejak dini. Guru juga perlu memandu siswa
memecahkan masalah terkait numerasi yang terjadi dalam konteks kehidupannya. Hal ini disebabkan masalah yang
menuntut diskusi dan penalaran tidak dapat dipecahkan hanya dengan menghafal rumus semata. 4/17/21
Bimtek- KONSEP 24
MEMBANDINGKAN ASESMEN NASIONAL
DENGAN UJIAN NASIONAL
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
1. Tujuan penyelenggaraan Asesmen Nasional dan Ujian Nasional
tidak sama. Seperti yang telah dijelaskan pada topik dan aktivitas
sebelumnya, Asesmen Nasional bertujuan untuk mengevaluasi
mutu sistem pendidikan di Indonesia, sedangkan Ujian Nasional
bertujuan untuk mengevaluasi capaian hasil belajar siswa secara
individu. 
2. AN diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah pertama, dan pendidikan menengah atas.
Ini termasuk MI, MTS dan MAN, serta program kesetaraan.
Sementara UN berlaku mulai jenjang pendidikan menengah
pertama dan atas saja.
3. Asesmen Nasional tidak diselenggarakan pada akhir jenjang
pendidikan sebagaimana Ujian Nasional, melainkan di tengah
jenjang pendidikan. Yaitu pada kelas 5, 8, 11. Hal ini dilakukan
untuk mendorong guru dan sekolah melakukan tindak lanjut
Bimtek- KONSEP perbaikan mutu pembelajaran setelah mendapatkan
4/17/21 hasil
25 laporan
AN. Jadi bukan sekedar untuk mengetahui capaian hasil belajar
siswa sebagai salah satu syarat kelulusan.
MEMBANDINGKAN ASESMEN NASIONAL
DENGAN UJIAN NASIONAL
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
4. Pada pelaksanaannya, Asesmen Nasional menggunakan metode survei. Metode survei
dilakukan dengan mengambil sampel siswa diambil secara acak dari setiap sekolah.
Berbanding terbalik dengan Ujian Nasional yang menggunakan metode sensus
dimana semua siswa di seluruh Indonesia wajib mengikutinya.
5. Model soal asesmen yang diberikan dalam AN lebih bervariasi bukan sekedar pilihan
ganda dan uraian singkat sebagaimana yang diberikan dalam UN.
6. Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah
literasi membaca dan numerasi. Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi
Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang
diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Sementara
Ujian Nasional berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata
pelajaran tertentu. Hal inilah yang terkadang memberi kesan mata pelajaran yang
penting dan kurang penting dalam pendidikan. Dalam hal ini, AKM memotret
kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. 
7. Metode penilaian AN dan UN pun berbeda meskipun keduanya berbasis komputer.
Bimtek- KONSEP AN menggunakan metode penilaian Computerized Multistage
4/17/21 26 Adaptive
Testing (MSAT). MSAT ialah metode penilaian yang mengadopsi tes adaptif, dimana
setiap siswa dapat melakukan tes sesuai level kompetensinya.

ASESMEN NASIONAL BUKAN
PENGGANTI UJIAN NASIONAL.
ASESMEN NASIONAL LEBIH MEMBERIKAN GAMBARAN YANG
LEBIH UTUH DAN LUAS MENGENAI MUTU PENDIDIKAN, BUKAN
HANYA SECARA KOGNITIF, NAMUN JUGA KARAKTER DAN IKLIM
BELAJAR.  
EVALUASI UJIAN NASIONAL
Beberapa poin evaluasi berikut ini juga menjadi pertimbangan untuk menghentikan pelaksanaan Ujian Nasional
dan menetapkan penyelenggaraan Asesmen Nasional. 
1. Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input dan proses
pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan dengan tujuan pendidikan
yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan
Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa
dalam menerapkan pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan
karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap dilakukan melalui UN
saja.
2. UN kurang dapat dimanfaatkan guru untuk memperbaiki pembelajaran pada subjek siswa yang sama.
Asesmen Nasional dirancang untuk memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran yang inovatif dan
berorientasi pada pengembangan kompetensi, termasuk di dalamnya kemampuan bernalar.
3. UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara nasional. Hal ini disebabkan
UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih sebagai assessment of learning yang mengukur capaian
akhir, bukan sebagai sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa. 

Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia.
Dan dari ketiga poin tersebut, maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional adalah pemahaman mengenai
Bimtek- KONSEP 4/17/21 28
tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua,
kepala satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
B.PETUNJUK DAN TEKNIS PELAKSANAAN ASESMEN NASIONAL

29

Bimtek- TEKNIK PELAKSANAAN 4/17/21


KRITERIA PESERTA ASESMEN NASIONAL

Mengapa Asesmen Nasional hanya diikuti oleh sebagian siswa? 


Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak digunakan untuk menentukan kelulusan
menilai prestasi siswa sebagai seorang individu. Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik.
Pemerintah melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan cara untuk memotret dan
memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam
Asesmen Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di setiap sekolah pada jenjang
kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.

Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI? 
Hasil Asesmen Nasional diharapkan menjadi dasar dilakukannya perbaikan pembelajaran. Pemilihan jenjang kelas V, VIII dan XI
dimaksudkan agar siswa yang menjadi peserta Asesmen Nasional dapat merasakan perbaikan pembelajaran ketika mereka masih
berada di sekolah tersebut. Selain itu, Asesmen Nasional juga digunakan untuk memotret dampak dari proses pembelajaran di
setiap satuan pendidikan. Murid kelas V,VIII, dan XI telah mengalami proses pembelajaran di sekolahnya, sehingga sekolah dapat
dikatakan telah berkontribusi pada hasil belajar yang diukur dalam Asesmen Nasional. 
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua guru dan kepala sekolah di setiap satuan
pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru, dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas
proses dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum untuk pendidikan kesetaraan
berfungsi sebagai ujian kesetaraan.  30

Bimtek- TEKNIK PELAKSANAAN 4/17/21


MERUMUSKAN BUTIR SOAL ASESMEN NASIONAL
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM,  terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal. 
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik ke titik
lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan nama
benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya. 
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan jawabannya.

Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 30
butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa kelas VIII dan XI akan mengerjakan
36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi membaca dan 36 butir soal untuk mengukur
kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang sesuai dengan
tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi mendasar yang perlu dipelajari
semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh karena itu seluruh siswa akan mendapat soal
yang mengukur kompetensi yang sama. Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata
pelajaran dan peminatan tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
AKM disusun berdasarkan indikator-indikator kompetensi yang membentuk lintasan kompetensi hasil
belajar yang bersifat kontinum.  31

Bimtek- TEKNIK PELAKSANAAN 4/17/21


C.KONSEP LITERASI MEMBACA
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling
mendasar yang ingin dievaluasi dalam Asesmen
Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh
mengenai asesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak
dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang dimaksud dengan
literasi membaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan
untuk membaca, menulis, mencari, menelusuri, mengolah,
dan memahami informasi untuk menganalisis, menanggapi,
dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, MENGENAL AKM LITERASI MEMBACA
mengembangkan pemahaman dan potensi, serta untuk
berpartisipasi di lingkungan sosial. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten,
mencakup kemampuan yang lebih dari sekedar mampu berbagai konteks dan pada beberapa tingkat proses kognitif.
mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan digunakan, dalam hal ini dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks
pemahaman yang lebih bermakna terkait berbagai cakupan informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat proses kognitif
dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk
pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang dapat menyelesaikan masalah atau soal.
memungkinkan siswa untuk dapat menggunakannya dalam Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah menemukan informasi,
berbagai mata pelajaran. interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan
konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk
32
konten
yang digunakan. Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu
Bimtek- LITERASI MEMBACA 4/17/21 personal, sosial budaya, dan saintifik. 
MENGANALISIS TAHAP ASESMEN LITERASI MEMBACA
TINGKAT SMP
Pada jenjang SMP/MTS terdapat 2 level pembelajaran

Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 7 dan 8


siswa akan menemukan informasi dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa
akan memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks
tunggal maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan merefleksi dengan menilai format penyajian
dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 1
Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Informasi

Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 9 dan 10


sama seperti level pembelajaran 1 siswa juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya
saja siswa pada kelas 9 dan 10 akan menggunakan konten yang terus meningkat sesuai dengan jenjangnya.
Siswa akan memahami teks secara literal dan menyusun inferensi, membuat koneksi dan prediksi baik teks
tunggal maupun teks jamak. Siswa juga menilai format penyajian dalam teks dan merefleksi isi wacana untuk
pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks terhadap pengalaman pribadi Bapak dan
Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks
Fiksi dan Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi 33

Bimtek- LITERASI MEMBACA 4/17/21


D.KONSEP NUMERASI
MENGENAL AKM NUMERASI
Pada Numerasi konten dibedakan menjadi 4 kelompok
1. Bilangan
2. Pengukuran dan Geometri
3. Data dan Ketidakpastian
4. Aljabar. 

Kemudian, tingkat proses kognitif menunjukkan proses


berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat MENGENAL AKM NUMERASI
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Numerasi, ketiga
level tersebut adalah pemahaman, penerapan, dan
penalaran.  Sedangkan konteks menunjukkan aspek
kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal,
sosial budaya, dan saintifik. 

34

Bimtek- NUMERASI 4/17/21


MENGANALISIS TAHAP ASESMEN NUMERASI
TINGKAT SMP
Pada jenjang SMP/MTS terdapat 1 level pembelajaran

Pada level pembelajarannya terdapat 3 konten yang dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran,
aljabar, serta data dan ketidakpastian.

 Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 8


siswa akan belajar merepresentasikan bilangan cacah. Siswa akan mengenal bangun geometri dan
pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari persamaan dan pertidaksamaan bilangan, relasi dan
fungsi bilangan, serta rasio dan proporsi.  Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap
melalui link Level Pembelajaran 1 Numerasi.

35

Bimtek- NUMERASI 4/17/21


5. TINDAK LANJUT – PELAPORAN HASIL ASESMEN
MENGIDENTIFIKASI 4 KATEGORI TINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai
dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat
kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi
siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

36

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


5. TINDAK LANJUT – PELAPORAN HASIL ASESMEN
MENGIDENTIFIKASI 4 KATEGORI TINGKAT PENGUASAAN KOMPETENSI

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai
dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat
kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi
siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan.
Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran
yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat
diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan 37 siswa
menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran.
Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21
MENJELASKAN PERBEDAAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KOMPETENSI DENGAN BERBASIS KONTEN

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas
atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin
organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan
konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis
kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa
melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya
mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis
kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan,
konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan
sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan
kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat
literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain
adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun
laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa.  38

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


MENJELASKAN PERBEDAAN PEMBELAJARAN BERBASIS
KOMPETENSI DENGAN BERBASIS KONTEN
Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu
melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih
besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.
Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan
pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran.
Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat
penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran
sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu
melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran
berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan
penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk
menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran
semata.
Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat
bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang
pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan
pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi
tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat
membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 
39

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


ANALISIS KATEGORI PENGUASAAN KOMPETENSI
UNTUK TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan
siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih
dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada
kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan
dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi
siswanya.
Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 

40

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


ANALISIS KATEGORI PENGUASAAN KOMPETENSI
UNTUK TINDAK LANJUT PEMBELAJARAN
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan
siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih
dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada
kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 
Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan
dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi
siswanya.
Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 

41

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


MEREKOMENDASIKAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERDASARKAN
HASIL LAPORAN ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat
memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak
mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk
perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan
Asesmen Kompetensi Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan
bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru
diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat
interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar
lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik
koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk
pemahaman yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi.
Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat
koperasi. 
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh
guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi. 42

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


SEGITIGA BELAJAR:KURIKULUM, ASESMEN,DAN PEMBELAJARAN
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering
digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar
membantu kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin
sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.
Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:
Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan
menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain
mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen
dan refleksi praktik pembelajaran.
Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas
berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk
mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran
memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum.
Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang
optimal.
Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait
pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di
awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar
untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk
menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid. 43

Bimtek- TINDAK LANJUT 4/17/21


TERIMA
KASIH
44

4/17/21

Anda mungkin juga menyukai