Anda di halaman 1dari 9

HADIST DITINJAU DARI KUALITAS RAWI

KELOMPOK 6 {HTN E}:

    1. RAHMA DIA NI PUTRI (NPM. 2021020154)

2. RISALDI (NPM. 2021020357)


3, SANDRI MUHAMMAD NURFANI
(NPM. 2021020463)
 

 
 
HADIST DITINJAU DARI KUALITAS PERAWI

• Dilihat dari segi kualitasnya, hadits dapat diklasifikasi menjadi hadits sahih, hasan dan dha‟if.
Pembahasan tentang hadits sahih dan hasan mengkaji tentang dua jenis yang hampir sama, tidak hanya
keduanya berstatus sabagai hadits maq- bul, dapat diterima sebagai hujjah dan dalil agama, tetapi juga dilihat
dari segi persyaratannya dan kriteria-kriterianya sama kecuali pada hadits hasan, diantara periwayatnya ada
yang kurang kuat hapalannyanya, sementara pada hadits sahih diharuskan kuat hafalan. Sedang persyaratan
lain, terkait dengan persambungan sanad, keadilan periwayat, keterlepasan dari syadz dan ‘illat. Sedangkan
hadits dha‟if adalah hadits yang tidak memenuhi sebagian atau semua persyaratan hadits hasan atau sahih.
PEMBAGIAN HADIST DITINJAU DARI KUALITAS PE RAWI

Berdasarkan dari segi kualitasnya atau jumlah rawi hadits, maka dibagi menjadi tiga, yaitu :
• 1. Hadits sahih
a. Pengertian Hadits Sahih
Kata sahih dalam bahasa diartikan orang sehat antonim dari kata as-saqim diartikan orang yang
sakit jadi, yang dimaksud hadits sahih adalah hadits yang sehat atau benar tidak terdapat penyakit
dan cacat.
• b. Syarat-syarat hadits sahih
• 1) Rawinya bersifat Adil
• Menurut Syuhudi Ismail, kriteria-kriteria periwayat yang
bersifat adil adalah :
• a) Beragama islam
• b) Berstatus mukalaf (Al-Mukallaf) c) Melaksanakan ketentuan agama
•   d) Memelihara muru’ah
• 2) Rawinya bersifat dhabit
• Dhabit adalah bahwa rawi yang bersangkutan dapat menguasai haditsnya dengan baik dengan hapalan yang
kuat atau dengan kitabnya, lalu ia mampu mengungkapkannya kembali ketika meriwayatkannya.
• 3) Sanadnya bersambung
• Yang dimaksud dengan ketersambungan sanad adalah bahwa setiap rawi hadits yang bersangkutan benar-
benar menerimanya dari rawi yang berada di atsnya dan begitu selanjutnya sampai kepada pembicara yang
pertama.
• 4) Tidak ber„illat
• Maksudnya bahwa hadits yang bersangkutan terbebas dari catat kesahihan- nya, yakni hadits itu terbebas
dari sifat-sifat samar yang membuatnya cacat meskipun tampak bahwa hadits itu itu tidak menunjukan adanya
cacat tersebut.
• 5) Tidak syadz (janggal)
• Kejanggalan hadits terletak pada adanya perlawanan antara suatu haits yang diriwayatkan oleh rawi yang
maqbul (yang dapat diterima periwayatannya) de n- gan hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang lebih kuat (rajih)
daripadanya, dis- ebabkan kelebihan jumlah sanad dalam ke-dhabit-an atau adanya segi- segi tarjih yang
lain.
•  
•  
• c. Klasifikasi hadits sahih
• Hadits sahih terbagi menjadi dua, yaitu sahih li dzatih dan sahih li ghai- rih.Sahih li dzatihi
adalah hadits sahih yang menmenuhi syarat-syarat secara mak- simal.
• 2. Hadits hasan
• a. Pengertian hadits hasan
• Hasan, menurut lughat adalah sifat musybahah dari „Al-Husna‟, artinya
• bagus.
• b. Klafisikasi hadits hasan
• Sebagaimana hadits sahih, hadits hasan pun terbagi atas hasan li dzatih dan hasan
li ghairih.
• Hadits yang memenuhi segala syarat-syarat hadits hasan disebut hasan li dzatih.
• Adapun hasan li ghairih adalah hadits dhaif yang bukan dikarenakan rawinya pelupa,
banyak salah dan orang fasik, yang mempunyai mutabi‟ dan sya- hid.
• c. Kedudukan hadits sahih dan hasan dalam berhujjah
• Kebanyakan ulama ahli hadits dan fuqaha berpsepakat untuk mengguna- kan hadits sahih dan
hadits hasan sebagai hujjah.
•Hadits-hadits yang mempunyai sifat dapat diterima seba- gai hujjah
disebut hadits maqbul, dan hadits yang tidak mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima
disebut hadits maudu’.
• Yang termasuk hadis maqbul adalah :
• 1. Hadits sahih, baik yang sahih li dzatihi maupun sahih li ghairih`
• 2. Hadits hasan, baik hasan li dzatih maupun hasan li ghairih.
•Yang termasuk hadits mardud adalah segala macam hadits dhaif. Hadits mardudu tidak
dapat diterima sebagai hujjah karena terdapat sifat-sifat tercela pa- da rawi-rawinya atau pada
•   sanadnya.
• 3. Hadits dhaif
•  
• a. Pengertian hadits dhaif
• Dhaif menurut lughat adalah lemah, lawan dari qawi (yang kuat).
• Hadits dhaif adalah semua hadits yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat bagi hadits yang diterima
dan menurut pendapat kebanyakan ulama, hadits dhaif adalah hadits yang tidak terkumpul padanya
sifat hadits sahih dan hasan.
• b. Kriteria-kriteria hadits dhaif
• maka kriteria-kriteria hadits dhaif adalah :
• 1) Sanadnya terputus
• 2) Periwatnya tidak adil
• 3) Periwayatannya tidak dhabith
• 4) Mengandung syadz
• 5) Mengandung „illat.
• c. Klasifikasi hadits dhaif
• Para ulama Muhaditsin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadits dari dua jurusan, yakni jurusan sanad dan jurusan matan.

Sebab-sebab tertolaknya hadits dari jurusan sanad adalah:
•1) Terwujudnya cacat-cacat pada rawinya, baik tentang keadilan maupun ke- dhabit-aanya.
• 2) Ketidakbersambungannya sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau
• lebih, yang digugurkan atau salingg tidak bertemu satu sama lain.
•Adapun cacat pada keadilan da-adhbit-an rawi itu ada sepuluh macam, yaitu sebagai berikut:
• 1) Dusta
• 2) Tertuduh dusta
• 3) Fasik
• 4) Banyak salah
• 5) Lengah dalam menghapal
• 6) Menyalahi riwayat orang kepercayaan
• 7) Banyak waham (purbasangka)
• 8) Tidak diketahui identitasnya
• 9) Penganut bid‟ah
• 10) Tidak baik hafalannya.
KESIMPULAN

•Hadits di tinjau dari segi kualitasnya menjajadi hadits sahih, hasan dan dhaif. Perbedaan
antara hadits sahih dan hadits hasan terdapat pada hafalan perawinya. Sedangkan
hadits dhaif adalah hadits yang ditolak (tidak dapat diterima) karena hadits ini tidak terdapat
syarat-syarat hadits sahih dan hasan.

Anda mungkin juga menyukai