DISEASE
• Acute Kidney Injury (AKI) sering terjadi, dengan insidensi 5% dari jumlah pasien yang dirawat,
8% pada pasien sakit kritis.
• AKI Postoperatif terjadi pada 1% bahkan lenih pada pembedahan umum, dan mencapai 30% pada
pasien yang menjalankan bedah thorax kardiovaskuler.
• Faktor resiko AKI pada preoperatif termasuk adanya Riwayat penyakit ginjal, hipertensi, diabetes
melitus, liver injury, sepsis, trauma, hypovolemia, multiper myeloma,dan umur lebih dari 55
tahun.Resiko AKI Perioperatif antara lain NSAID, radiokontras, dan antibiotic. Klinisi harus
mengerti resiko dari AKI, diagnose banding dan evaluasi.
DIAGNOSA BANDING DAN EVALUASI PADA AKI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA
GANGGUAN FUNGSI GINJAL.
BIOMARKER AKI
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
.
HUBUNGAN ANTARA KREATININ SERUM DAN
GFR
URINALISIS
• Urinalisis secara rutin dapat menunjukkan evaluasi fungsi ginjal, urinalisis juga sangat
membantu dalam mengidentifikasi beberapa disfungsi renal tubular.
• Urinalisis secara rutin termasuk Ph, berat jenis, deteksi kuantitas dan jumlah dari glukosa,
protein, bilirubin dan pemeriksaan mikroskopis sedimen urin.
• Ph urin lebih dari 7 menunjukkan asidosis sistemik yang mengarah pada asidosis tubular,
Berat jenis berkolerasi dengan osmolalitas 1.010.
GEJALA CKD
KOMPLIKASI TERAPI PENGGANTI GINJAL
EFEK ANESTESI PADA GANGGUAN FUNGSI
GINJAL
Obat Intravena
• Propofol dan Etomidate : Farmakokinetik propofol dan etomidate memiliki efek minimal pada penurunan fungsi ginjal.
Penurunan protein sebagai pengikat etomidate pada pasien hypoalbuminemia mungkin meningkatkan efek farmakologis.
• Barbiturates : Pasien dengan penyakit ginjal sering menunjukkan peningkatan sensitifitas terhadap barbiturate selama induksi,
meskipun farmakokinetik tidak berubah
• Ketamine : Ketamin hanya dalam jumlah sedikit diubah di ginjal.
• Benzodiazepines : Dimetabolisme di hepar dan dikonjugasi di urin, karena diikat kuat oleh protein, maka sensitifitas
benzodiazepine meningkat pada pasien hypoalbuminemia.
• Opioids : Opioid terbanyak digunakan pada praktek dalam anestesi (morfin, meperidine, fentanyl, sufentanil, dan alfentanil )
diubah menjadi tidak aktif di liver, beberapa metabolit di ekskresikan lewat urin. Akumulasi morfin dan meperidine
memperpanjang depresi nafas pada pasien dengan gagal ginjal, dan akumulasi normoperidein berkaitan dengan kejang,
• Pada dosis premedikasi, atropine dan glycopyrrolate dapat digunakan secara aman dengan penurunan fungsi ginjal, karena 50%
obat-obatan ini dan metabolit aktifnya secara norma dikeluarkan lewat urin. Scopolamin sedikit bergantung pada ekskresi
ginjal, tetapi efek CNS akan dipengaruhi dengan penurunan fungsi ginajl.
INHALATION AGENTS
• Volatile Agents : Anestesi volatile ideal digunakan untuk pasien dengan gangguan ginjal
dikarenakan sedikit dipengaruhi oleh ginjal untuk eliminasi, kemampuan untuk mengontrol
tekanan darah, dan efek langsung minimal pada aliran darah ginjal. Percepatan induksi dan
emergensi. Beberapa klinisi memilih Sevofluran (dengan <2L/min) untuk pasien dengan
gangguan ginjal pada prosedur yang lama.
• Nitrous Oxide : membatasi penggunaan nitrous oxide untuk mempertahankannya FiO2 50%
atau lebih besar pada pasien anemia berat dengan penyakit ginjal stadium akhir dalam upaya
untuk meningkatkan kandungan oksigen arteri.
MUSCLE RELAXANTS
• Succinylcholine dapat digunakan dengan aman pada pasien dengan gagal ginjal, tanpa adanya
hiperkalemia pada saat induksi. Ketika serum kalium diketahui meningkat, suksinilkolin harus
dihindari. Meskipun penurunan kadar cholinesterase plasma telah dilaporkan pada pasien uremik
setelah dialisis, perpanjangan yang signifikan dari blokade neuromuskuler jarang terlihat.
• Cisatracurium, sering merupakan obat pilihan untuk relaksasi otot pada pasien dengan gagal
ginjal, terutama dalam situasi klinis di mana sulit melaksanakan pemantauan fungsi
neuromuskuler
• Vecuronium & Rocuronium, secara umum, dengan pemantauan neuromuskuler yang tepat,
kedua agen ini dapat digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal yang berat.
• PREOPERATIVE CONSIDERATIONS : Kebanyakan pasien perioperative dengan
AKI adalah penyakit kritis, dan sering berkaitan dengan trauma atau komplikasi
pembedahan. Optimalisasi perioperative bergantung pada terapi pengganti ginjal.
Hemodialisa lebih efektif dibandingkan dialysis peritoneal.
• Indikasi terapi pengganti ginjal :
• Anamnesa dan pemeriksaan fisik meliputi fungsi ginjal dan respirasi.
• Tranfusi preoperative harus dilakukan pada pasien dengan severe anemia.
• CT/BT harus diperiksa.
• Elektrolit serum,BUN, dan kreatinin dapat menjadi tolak ukur dialysis yang adekuat.
Glukosa dapat sebagai petunjuk potensial untukterapi insulin perioperative.
• Obat-obatan dengan eliminasi melalui ginjal harus dihindari.
• INTRAOPERATIVE CONSIDERATIONS
• Anesthesia Maintenance
• Fluid Therapy
ANESTESIA PADA PASIEN GANGGUAN GINJAL RINGAN SAMPAI
SEDANG
PREOPERATIF
• Penekanan dalam manajemen pasien ini adalah pada pencegahan, karena tingkat kematian gagal ginjal pasca operasi lebihi 50%.
• Kombinasi diabetes dan penyakit ginjal yang sudah ada sebelumnya secara nyata meningkatkan risiko perioperatif dari
penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal.
• Perlindungan ginjal dengan hidrasi yang memadai dan pemeliharaan aliran darah ginjal diindikasikan untuk pasien berisiko
tinggi untuk acute kidney injury dan gagal ginjal.
• Penggunaan manitol, dosis rendah infus dopamin atau fenoldopam, loop diuretik, atau infus bikarbonat untuk perlindungan
ginjal masih kontroversial.
INTRAOPERATIF
• Monitoring : Pemantauan urin output 0,5 cc/kgBB, Monitoring Tekanan Darah.
TERIMAKASIH