Anda di halaman 1dari 13

Rechtmatigheid, Doelmatigheid en Doeltreffendheid (Keabsahan,

Efisiensi dan Efektivitas) Dalam Pelayanan Publik

Rechtmatigheid

Publiek Service
(Pelayanan Publik)

Doelmatigheid Doeltreffendheid
Penggunaan dana publik oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi pelayanan
tidak hanya harus memenuhi persyaratan legalitas (Rechtmatigheid), tetapi juga
persyaratan efisiensi (Doelmatigheid) dan efektivitas (Doeltreffendheid)

1. Rechtmatigheid :
Keabsahan / Legalitas adalah istilah Hukum Administrasi, yang menunjukkan
bahwa tindakan harus sesuai dengan UU dan peraturan yang berlaku. Uji
legalitas terbatas pada penilaian apakah suatu keputusan mematuhi undang-
undang dan peraturan serta Asas-asas yang hidup dalam berpemerintahan.
Toetsingsgronden Rechtmatigheid (Alasan/Dasar Pengujian)

Wet en Regelgeving Algemene Beginselen van Behoorlijk Bestuur (AUPB)


Uji Rehchtmatigheid menyangkut :
1. Wewenang (bevoegd) :
a) onbevoegdheid ratio materiae kompetensi absolut
b) onbevoegdheid ratio loci kompetensi relatif
c) onbevoegdheid ratio temporis tenggang waktu jabatan

2. Prosedur (procedure)

3. Substansi (substantie)

Ketiga syarat di atas harus dipenuhi dalam uji Keabsahan (rechtmatigheid), yaitu
tentang apakah suatu keputusan dapat ditegakkan dan dibenarkan secara hukum.
2. Doelmatigheid (Efisiensi / Ketepatan Tujuan)

1. Badan administrasi dapat meninjau keputusan (melalui prosedur


keberatan) tentang efisiensi dan legitimasinya. Dalam uji keabsahan yang
diadili adalah apakah keputusan dapat dibenarkan secara hukum.
2. Pemeriksaan efisiensi jauh lebih luas. Dalam menilai efisiensi, badan
administratif menilai, antara lain, apakah keputusan tersebut memenuhi
kebijakan internal, peraturan internal, kewajaran, masuk akal, sesuai
tujuan, manfaat dan sebagainya. Suatu keputusan secara hukum beralasan,
tetapi kadang-kadang badan pemerintahan sampai pada kesimpulan
berdasarkan efisiensi bahwa keputusan yang sah harus ditarik.
Syarat Doelmatigheid

Doelgerichtheid Doelbewustheid
(Fokus pada Pencapaian Tujuan) (Sadar dan Mengetahui Tujuan)
3. Doeltreffendheid (Efektivitas / Berhasilguna)
 Efektivitas menunjukkan bahwa tujuan yang dikehendaki dalam suatu
kebijakan (keputusan) badan pemerintah telah terealisasikan dan dampak
sosial yang diinginkan dari kebijakan tersebut benar-benar tercapai.
 Efektivitas menyiratkan bahwa hasil kebijakan sesuai dengan apa yang
dimaksudkan dengan kebijakan (tujuan kebijakan).
Doelmatigheidscontrole vs Rechtmatigheidscontrole
N0 Doelmatigheidscontrol Rechtmatigheidscontrole

1 Bottom up (Bawah ke atas) Topdown (Atas ke bawah)

2 Middelen efficiënt en effectief Middelen besteed in overeenstemming


aangewend (Sumber daya met wet en regelgeving (Sumber daya
digunakan secara efisien dan dihabiskan sesuai dengan UU dan
efektif) peraturan)

3 Gebaseerd op kengetallen Gebaseerd op wet en regelgeving


(performanceindicatoren), (Berdasarkan UU dan peraturan)
begroting en processen.
(Berdasarkan angka-angka kunci
(kinerja indikator), anggaran dan
proses.
RECHTMATIGHEIDSCONTROLE
Top Down

Bottom Up
DOELMATIGHEIDSCONTROLE
Welfare State Sebagai Tujuan Dalam Pelayanan Publik
Perkembangan Konsep Welfare State:

Staatsonthouding Staatsbemoeienis
Welfare State
(ketidakhadiran Negara) (intervensi Negara)

membatasi peran negara dan menghendaki negara dan Menjadi landasan kedu-
pemerintah untuk mencampu- pemerintah aktif dalam dukan dan fungsi pe-
ri kehidupan ekonomi dan so- kehidupan ekonomi dan merintah (bestuurs-
sial masyarakat (Laissez faire) social masyarakat functie) oleh negara-
negara modern
(moderne rechtsstaat)
Staats in de Rust / Nacht- Staats in Bewegung
wakersstaat (Negara dlm kea- (Negara dlm keadaan
daan diam / Penjaga malam) bergerak)
Kenyataan Empiris yang Menandai
Welfare State (Welvaarsstaat)
Market Failure (Kegagalan State Failure (Kegagalan
Pasar) – Liberal dgn Tricle Negara) -
down effect nya Staatsonthouding

1. Negara kesejahteraan sering diasosiasikan dengan proses distribusi sumber


daya yang ada kepada publik, baik secara tunai maupun dalam bentuk
tertentu (cash benefits or benefits in kind).
2. Konsep kesejahteraan terkait erat dengan kebijakan sosial-ekonomi (untuk
mewujudkan kesejahteraan rakyat secara umum).
3. Bidang² yang paling mendesak untuk diperhatikan dalam kebijakan ke-
sejahteraan adalah masalah pendidikan, kesehatan dan penyediaan lapangan
kerja.
Penggagas Konsep Welfare State

1. Jeremy Bentham (1748-1832) – A.S Father of Welfare State

Utility (utilitarianisme) – Kegunaan

“pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin the greatest happiness


(welfare) of the greatest number of their citizens” (kebahagiaan terbesar (kesejah-
teraan) bagi jumlah terbesar warga mereka).

2. Otto Von Bismarck (1850) – Jerman

3. Sir William Beveridge (1942) dan T.H. Marshall (1963) – Inggris


Beveridge Report :‘the five giant evils’ yang harus diperangi
Want (Hidup
dalam
Disease kemiskinan)
(Penyakit)

Squalor
(Keadaan
Terlantar)

Idleness
(Pengangguran)

Ignorance
(Kebodohan)
Empat Pilar Negara Kesejahteraan
1. social citizenship (warga sosial);
2. full democracy (demokrasi penuh);
3. modern industrial relation systems (sistem hubungan industrial modern);
4. rights to education and the expansion of modern mass educations systems
(hak atas pendidikan dan perluasan sistem pendidikan massal modern).

Negara menerapan kebijakan sosial sebagai penganugerahan hak-hak sosial


(the granting of social rights) kepada warganya.
Asumsi Kuat Negara Kesatuan Republik Indonesia di desain sebagai
Negara Kesejahteraan (welfare state)

1. Pembukaan UUD 1945, bahwa “Pemerintah melindungi segenap bangsa dan


seluruh tumpah darah, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa”.
2. Pasal 27 (2) “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidup-
an yang layak bagi kemanusiaan”;
3. Pasal 28A “Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan
hidup dan kehidupannya;
4. Demikian pula pada Pasal-pasal 28B, 28C, 28H, 31, 33, dan 34.

Anda mungkin juga menyukai