Anda di halaman 1dari 17

Problematika Pernikahan

Kelompok 7 :
1. ASYFI ISMAWAN (182210216)
2. WIGIH MEIFINA DIYAH PANGESTI (182210217)
3. GILANG FAJAR ROMADHON (182210218)
PENGERTIAN NUSYUZ

Secara bahasa, Nusyûz berarti penentangan atau lebih umumnya


adalah pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara
mutlak, akan tetapi Nusyûz dapat juga terjadi pada suami apabila
seorang suami tidak menjalankan kewajiban yang menjadi hak-hak
istri, seperti tidak memberikan nafkah dan lain sebagainya.
Langkah-langkah Menghadapi Suami dan Istri Nusyûz dalam
Qur’an

Terdapat empat ayat yang menggunakan kata Nusyûz dalam Al-


Qur’an. yaitu dalam surat Mujadalah ayat 11, al-Baqarah ayat 259,
al-Imron ayat 128 dan ayat 34. Namun hanya pada dua ayat yang
berhubungan dengan pembahasan sekarang ini.
Menurut Al-Qur’an langkah-langkah menghadapi istri yang Nusyûz
adalah sebagai berikut:
 pertama, dinasehati.
 kedua, jika nasehat tidak memberikan pengaruh, maka masuk
langkah kedua yaitu pisah tempat tidur.
 ketiga, jika langkah kedua tidak mempan juga, maka memasuki
langkah selanjutnya yaitu memukul istri.
Untuk istri Nusyûz, jalan terakhirnya adalah berupa pukulan. sementara, untuk
suami Nusyûz dituntut untuk berdamai. sudah dijelaskan bahwa hukum-hukum
dan ajaran-ajaran Islam disusun sesuai fitrah manusia. adanya perbedaan
dalam hukum bukan berarti sebuah diskriminasi tetapi kembali pada perbedaan
yang terdapat pada lelaki dan perempuan, misalnya perbedaan dari sisi
psikologis. sebagaimana sebagian ulama mengatakan, salah satu hikmah dari
perbedaan dalam menghadapi suami atau istri yang Nusyûz adalah kembali
pada perbedaan psikologis keduanya.
Sedang dalam masalah batasan pukulan, beberapa ulama menjelaskan :
1. Syahid ats-Tsani, dalam kitab masalik Al-Afham menjelaskan : “dalam
sebagian riwayat, dijelaskan memukul wanita dengan kayu miswak, …”.
2. Syeikh Tusi dalam kitab Al-Mabsuth mengatakan : “maksud dari pukulan
adalah, memukul dengan kain sapu tangan yang diikatkan, yang tidak boleh
menyebabkan memar…”.
3. Fahrurozi, mengatakan : “dibolehkan memukul, jika cara selain memukul
tidak dapat berpengaruh lagi (tidak ada cara lain selain pukulan)”.
4. menurut As-Suyuthi pukulan tidak boleh keras dan membahayakan.
Langkah-langkah Menghadapi Suami atau Istri Nusyûz dalam
Fikih Praktis

Imam Khameini menjelaskan: “jika nampak pada istri, tanda-tanda Nusyûz atau
penentangan, seperti: kebiasaan prilaku dan perkataannya berubah, menjawab
perkataan suami dengan kasar padahal sebelumnya berkata dengan lemah lembut,
menampakkan muka masam dan marah pada suami, menjengkelkan (menyakitkan
hati) dan bersungut-sungut padanya, padahal sebelumnya tidak seperti itu, maka
nasehatilah ia. jika istri tidak mendengarkan nasehat suaminya, lantas iapun
melakukan salah satu perbuatan yang menjadikan Nusyûz (seperti keluar rumah
tanpa izin suami, atau tidak melayani suami…), maka dalam hal ini, diperbolehkan
atas suami untuk berpisah tidur dengannya, artinya dapat tidur bersama, tapi dalam
keadaan membelakanginya, atau pisah tidur dengannya. Jika nasehat dan pisah
tidur tidak berpengaruh padanya, maka suami boleh memukulnya yang
menyebabkan ia kembali sadar dan meninggalkan penentangannya. Tidak boleh
berlebihan dalam memukul asal tujuan pemukulan terwujud. jika istri tetap tidak
kembali sadar, maka boleh memukul kembali dengan lebih keras, dengan syarat
tidak menyebabkan luka, tidak memberikan bekas hitam atau merah di badan. Dan
hendaknya, pukulan dilakukan dengan tujuan untuk menyadarkan (ishlah), bukan
untuk melampiaskan kemarahan atau untuk membalas dendam. jika pukulan
tersebut menyebabkan luka dan memberikan bekas merah atau hitam (memar),
maka suami wajib membayar denda (diyah)”.
Imam melanjutkan: “jika nampak pada suami tanda-tanda Nusyûz dengan tidak
memberikan hak-hak istri yang menjadi kewajibannya, maka istri berhak untuk
menuntut hak-haknya dan menasehati suami. jika ternyata cara tersebut tidak
memberikan pengaruh, maka ia dapat mengadukan perkaranya pada pengadilan
agama (hakim syar’i), tapi tidak terdapat hukuman pisah ranjang, juga tidak
terdapat pukulan bagi suami Nusyûz…”
Rumah tangga bukan ajang untuk saling menuntut dan menggugat akan tetapi,
harus dibangun berdasarkan rasa kasih dan sayang, pengorbanan, saling
memahami, saling memaafkan dan lain-lainnya.
Pengertian Fasakh Nikah
Fasakh Artinya Putus Atau Batal. Menurut Bahasa Kata "Fasakh" Berasal Dari Bahasa Arab
Yang Berarti Batal Atau Rusak!. Sedang Menurut Istilah Dapat Diartikan Sebagai Berikut:
a. Menurut DR. Ahmad Al Ghundur : Fasakh Adalah Batal Akad (Pemikahan) Dan
Hilangnya Keadaan Yang Menguatkan Kepadanya.
b. Menurut Muhammad Husain Az- Zihabi : Fasakh Adalah Akad Batalnya (Nikah) Secara
Spontan.
c. Menurut Sayyid Sabiq : Memfasakh Adalah Membatalkannya Dan Melepaskan Ikatan
Pertalian Antara Kami Suami Istri
d. Menurut Prof. K.H. Hasbullah Bakry SH. : Fasakh adalah perceraian yang
diselenggarakan oleh hakim berdasarkan atas sebab-sebab yang telah ditetapkan oleh syari'ah
salah satu suami/isteri sakit gila, sopak (belang), sakit kusta (lepro). Suami innin (tidak kuasa
bersetubuh) suami miskin, tidak kuasa memberi makan, pakaian atau tempat kediaman
kepada isterinya (seperti telah ditetapkan pada syari' ah) fasakh dapat juga diminta apabila
pernikahan sudah dijanjikan bahwa mempelai laki-laki atau mempelai wanita harus
mempenuhi syarat-syarat tertentu, umpamanya tentang
keturunan atau pekerjaan kemudian ternyata tidak memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan itu.
Dasar Hukum Fasakh Nikah
Adapun dasar hukum fasakh nikah yaitu: hukum islam mewajibkan suami
untuk menunaikan hak-hak isteri dan memelihara isteri dengan sebaik-
baiknya, tidak boleh menganiaya dan menimbulkan kemadharatan
terhadapnya. Suami dilarang menyengsarakan kehidupan isteri dan
menyia-nyiakan haknya.
Firman Allah SWT Surat Al-Baqarah ayat 231 yang artinya:
"Maka rujukilah mercka dengan cara yang ma ruf atau ceraikanlah
mereka dengan cara yang ma'rut (pula). Janganlah kamu rujuki mereka
untuk memberi kemadharatan (QS. Al-Baqarah: 23).
Hal-hal yang Menyebabkan Fasakh Nikah
a. Fasakh yang disebabkan rusak atau terdapatnya cacat dalam akad nikah antara
lain sebagai berikut:
1. Setelah pernikahan berlangsung dikemudian hari diketahui bahwa suami isteri
adalah saudara sekandung. seayah, seibu atau saudara sepersusuan.
2. Apabila ayah atau kakek menikahkan anak laki-laki atau perempuan di bawah
umur dengan orang yang juga di bawah umur, maka setelah kedua anak ini
dewasa mereka berhak atau menghentikan pernikahan itu. Apabila anak itu
menghentikan pemikahan terscbut, maka dinamakan fasakh. Hak pilih seperti ini
oleh ulama fiqih tersebut khiyar al-bulugh.
b. Fasakh yang disebabkan ada penghalang setelah berlangsungnya
pemikahan misalnya antara
lain sebagai berikut:
1. Salah seorang diantara suami isteri itu murtad (keluar dari agama
Islam).
2. Apabila pasangan suami isteri tersebut dahulunya menganut agama non
islam, kemudian
isterinya memeluk agama islam, maka dengan sendirnnya akad pernikahan
itu batal.
Apabila suaminya yang masuk Islam sedangkan wanita tersebut kitabiyah
(yahudi atau nasrani) maka pernikahan tersebut tidak batal.
3. Suami atau isteri mempunyai penyakit yang gawat, atau cacat pada
salah satu pihak yang menghalangi kehidupan seksual yang wajar.
4. Suami tidak mampu memberi nafkah.
5. Suami menghilang dalam waktu yang lama (4 bulan).
Dalam buku ilmu fiqih disebutkan beberapa alasan fasakh nikah yaitu:
1. Tidak adanya nafkah bagi isteri Imam Malik, Asy Syafi'l, dan Ahmad
Berpendapat bahwa Hakim boleh menetapkan putusnya perkawinan
karena Suami tidak memberi nafkah pada isteri, baik karena memang
tidak ada lagi nafkah itu atau suami menolak memberi nafkah.
2. Terjadi cacat atau penyakit
Jika terjadi cacat atau penyakit pada salah satu pihak baik suami atau
isteri scdemikian rupa sehingga mengganggu kelestarian hubungan
suami isteri sebagaimana mestinya, atau menimbulkan penderitaan batin
pihak yang satunya, membahayakan hidupnya, mengancam jiwanya,
maka yang bersangkutan berhak mengadukan halnya kepada hakim,
kemudian pengadilan memfasakh perkawinan mereka.
3. Isteri yang menderita fisik atau batin karena tingkah suaminya.
Bentuk bentuk fasakh yang terjadi dengan sendirinya diantaranya sebagai
berikut:
a. Fasakh terjadi karena rusaknya akad pernikahan yang diketahui setelah
pernikahan berlangsung, seperti pernikahan tanpa saksi dan mengawini mahram.
b. Fasakh terjadi karena isteri dimerdckakan dari status budak. Sedangkan
suaminya tetap berstatus budak.
c. Fasakh terjadi karena penikahan yang dilakukan adalah nikah mut'ah.
d. Fasakh terjadi karena mengawini wanita dalam masa iddah.

Apapun fasakh yang memerlukan campur tangan hakim antara lain scbagai
berikut:
1. Fasakh disebabkan isteri merasa tidak kafaah dengan suaminya.
2. Fasakh disebabkan mahar isteri tidak dibayar penuh sesuai dengan yang
dijanjikan.
3. Fasakh melalui khiyar al-bulugh.
4. Fasakh akibat sabah seorang suami atau isteri menderita penyakit gila.
5. Fasakh terjadi karena isteri yang musyrik tidak mau masuk Islam setelah
suaminya masuk Islam, sedangkan wanita tersebut menuntut perceraian dari
suaminya.
6. Fasakh disebabkan salah seorang suami atau isteri murtad dan menjadi
musyrik atau musyrikah.
Pengertian Khulu dan Dasar Hukum Khulu

Khulu adalah talak tebus, yaitu talak yang dijatuhkan oleh suami dengan iwad
(tebusan) oleh istri kepada suami.
Dasar Hukum :
Qs Al Baqarah ayat 229
Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan
baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali
sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan
istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali)
khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka
keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk
menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu
melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-
orang zhalim. (Qs Al Baqarah : 229)
Rukun khulu'
1. Suami yang menceraika istrinya dengan tebusan
2. Istri yang meminta cerai dari suaminya dengan tebusan
3. Iwadh atau tebusan (ganti rugi)
4. Sighat (ucapa cerai yang disampaikan oleh suami tersebut menyatakan ganti
rugi. bila tidak menyebutkan iwadh maka menjadi talak biasa.
Alasan khuluk
a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi dan lain
sebagainya yang sukar disembuhkan;
b. salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin
pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih
berat setelah perkawinan berlangsung;
d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan
pihak lain;
e. sakah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri;
f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada
harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga;
g. Suami melanggar taklik talak;
h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam
rumah tangga.
Alasan Khuluk Dilakukan :
1. Istri sangat membenci suaminya karena sebab-sebab tertentu dan
dikhawatirkan istri tidak dapat mematuhi suaminya.
2. Suami istri dikhawatirkan dapat menciptakan rumah tangga bahagia dan akan
menderita apabila pernikahan dipertahankan.

Hikmah khulu :
1. Untuk menghindarkan istri dari kesulitan dan kemudaratan yang
dirasakannya
2. Apabila suami ingin melepaskan ikatan pernikahan dengan istrinya,
makaia berhak dengan cara talak. Sedangkan istri menggunakan car
khulu'.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
WASSALaMUALAIKUM WR WB

Anda mungkin juga menyukai