Anda di halaman 1dari 22

Oleh:

Dr. I Nengah Kastika, B.Sc., SH., MH


Brigjen TNI (Purn)
Jakarta, Mei 2021
1
2
 KEDUDUKAN HUKUM PAJAK dlm TATA
HUKUM INDONESIA
Hk. Tata Tantra/
Hk. Tata Negara
Hukum Tantra/
Hukum Negara
Hk. Adm. Tantra/
Hk. Adm. Negara
Hk Perdata
(BW)
Hk Perdata
Materiel Hk Perdata
HUKUM Hukum Perdata
(W.V.K)
Hk Perdata
Formiel

Hk Pidana
Materiel
Hukum Pidana
Hk Pidana 3

Formiel
Lanjutan..........

Hk. Tata Negara

Hukum Negara

Hk. Adm Negara Hukum Pajak

hubungan
HUKUM Hukum Perdata

hubungan
Hukum Pidana

4
 HUKUM PAJAK FORMIL DAN MATERIIL
Beberapa pengertian ttg Hukum Pajak sdh disampaikan pada
pertemuan pertama.
o HUKUM PAJAK FORMIEL:
adalah Hk Pajak yg memuat peraturan’s mengenai cara’s Hk
Pajak Materiil menjadi kenyataan atau ketentuan’s Hukum yg
diperlukan utk melaks/merealisasikan kett Hk Pajak Materiel
(UU No. 6 Tahun 1983 ttg KUP).
Hukum Pajak Formiel memuat:
• cara’s pendaftaran diri utk memperoleh NPW;
• cara’s pembukuan pajak;
• Cara’s pemeriksaan pajak;
• Cara’s penagihan pajak;
• hak dan kewajiban WP;
• cara’s penyidikan pajak; macam’s sanksi dll. 21 5
UU Pajak yg termasuk Hukum Pajak Formil:
1. UU No. 6/1983 Ttg KUP sbgm tlh diubah bbrp kali, terakhir dg
UU No. 28 Th 2007; dan diubah lagi dg UU No. 16 Th 2009 ttg
Penetapan Perpu No. 5 Th 2008 ttg Perubahan Keempat
Atas UU No. 6 Th 1983 ttg KUP menjadi UU.
2. UU No. 17 Th 1997 sbgm tlh diubah dg UU No. 19 Th 2000 ttg
Penagihan Pajak dg Surat Paksa; dan
3. UU No. 14 Th 2002 ttg Pengadilan Pajak.
o HUKUM PAJAK MATERIEL
adalah Hukum Pajak yg memuat norma’s yg menerangkan
keadaan’s, perbuatan’s dan peristiwa’s hukum yg hrs dikena-
kan pajak; siapa’s yg hrs dikenakan pajak, berapa besarnya
pajak atau dpt dikatakan “sgl sesuatu ttg timbulnya, besar-
nya, dan hapusnya utang pajak, dan hub hukum antara Pe
merintah dan Wajib Pajak/WP”. 6
UU Pajak yg termasuk Hukum Pajak Materiil:
1. UU No. 7 Th 1983 ttg Pajak Penghasilan (PPh)
2. UU No. 8 Th 1983 ttg Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
3. UU No 8 Th 1983 ttg PPN dan PPnBM.
4. UU No. 12 Th 1985 ttg Pajak Bumi dan Bangunan/PBB
5. UU No. 13 Th 1985 ttg Bea Materai (BM)
Ada juga UU yg memuat Hukum Pajak Materiil
dan Hukum Pajak Formil:
1. UU 12/1985 sbgm tlh diubah UU 12/1994 ttg PBB
2. UU 18/1997 sbgm tlh diubah UU 34/2000 ttg PDRD
3. UU 21/1997 sbgm tlh diubah UU 20/2000 ttg BPHTB

7
 HUBUNGAN HUKUM PAJAK DG HUKUM LAINNYA
o HUBUNGAN HUKUM PAJAK DG HUKUM PERDATA.
HUKUM PERDATA mrpkn hubungan hukum antara anggota
masyarakat, sedangkan ”HUKUM PAJAK” mrpkn Hk Publik/
bagian dari Hk Adm Negara yg mengatur hubungan hukum
(mslh pemungutan pajak) antara PEMERINTAH dgn
MASYARAKAT.
Dlm Hk Pajak selalu mencari dasar kemungkinan pungutan
pajak berdsrkan perbuatan Hk Perdata, berupa: perjanjian; hal
pendapatan; kekayaan; dan warisan.
Contoh:
Seseorang melakukan perjanjian jual beli, merupakan dasar
bagi Hukum Pajak utk memungut pajak; Transaksi
pengenaan/pemungutan PPN; transaksi penjualan tanah dan
bangunan merupakan “Perbuatan Hukum Perdata” yg
merupakan obyek dikenakannya pemungutan pajak. 8
Hubungan Lain:
Terminologi HUKUM PAJAK banyak dipengaruhi oleh HUKUM
PERDATA sep; WAJIB PAJAK (WP) disebut SUBYEK
HUKUM.
Namun, ada sbgn sarjana mengatakan bhw hub yg erat antara Huk
Pajak dgn Hukum Perdata krn ajaran di bidang Hukum yg
menyatakan bhw ”lex specialis derogat lex generalis”
yaitu: hukum yg khusus mengesampingkan hukum yg umum.
Contoh mengenai kett dlm Hk Pajak yg mengesampingkan
ketentuan dlm Hk Perdata a.l “hak majikan memotong pajak”.
• Dlm Psl 16025 BW menyatakan bhw: si majikan diwajibkan
m’bayar kpd si buruh upahnya pd waktu yg tlh ditentukan.
• Dlm Hk Pajak diatur baik dlm UU Pajak lama maupun
baru.
 Dlm UU Pajak lama: Psl 23 Ordonansi Pajak Upah dan Psl
17a Ordonansi PPd 1944 menyatakan bhw “majikan diberi
hak utk “memotong lebih dahulu” Pajak Upah/PPh Psl 17a
sblm menerima gaji. 9
 Demikian pula dlm UU Pajak baru: Psl 21 UU No. 7 Th 1983
dinyatakan pd ayat (1) pemotongan pajak atas penghasilan
sehub dg pekerjaan dan penyetorannya ke Kas Negara, wajib
dilakukan oleh pemberi kerja yg membayar gaji, upah dan
honorarium dg nama apapun, sbg imbalan atas pekerjaan yg
dilakukan oleh pegawai/orang lain yg dilakukan di Indonesia.
Apabila dicermati kett dlm KUH Perdata dan UU Pajak sep yg
tlh diuraikan di atas, sepintas seperti bertentangan, dimana BW
menyatakan bhw: majikan wajib membayar gaji kpd si buruh,
pd hal dlm UU Pajak majikan diberi hak utk memotong lebih
dahulu Pajak Upah/PPh Psl 17a sblm diterimakan gaji; maka
dhi. “KETENTUAN DLM UU PAJAK YG DIANUT”.

10
Mengenai hubungan antara Hukum Pajak dg Hukum Perdata: Prof.
Mr. W.F Prins dlm bukunya: Het Balestingrescht van Indonesie,
menyatakan hub erat antara Hk Pajak dg Hk Perdata sangat
mungkin sekali timbul krn banyak digunakan istilah’s Hk Perdata
dlm Hk Pajak walaupun sbg hal prinsip hrs dipegang teguh bhw
pengertian’s yg dianut oleh Hk Perdata tdk selalu dianut dlm
Hukum Pajak.
Misalnya:
Istilah “tempat tinggal/domisili” diatur baik dlm Hukum Perdata
maupun dlm Hukum Pajak.
Mengenai Domisili:
• Di dlm Hukum Perdata, domisili diatur dlm Psl 17 s.d Psl 25
KUH Perdata
• Sedangkan, dlm Hukum Pajak a.l: UU Pajak Lama, yaitu: Psl 1
Ayat (2) Ordonansi PPh 1932 jo. Psl 1 Ayat (2) Ordonasi PPd
1944; dan, dlm UU Pajak Baru Psl 2 Ayat (5) dan Ayat (6) UU
No. 7 Th 1983 ttg Pajak Penghasilan (PPh). 11
Adapun bunyi pasal tsb di atas sbb:
1. Psl 17 KUH Perdata: setiap orang dianggap mempunyai
tempat tinggalnya dimana ia menempatkan pusat kediamannya;
dlm hal tdk adanya tempat tinggal yg demikian, mk tempat
kediaman sewajarnya dianggap sbg tempat tinggal.

2. Psl 2 Ayat (5) UU No. 7 Th 1983: seseorang atau suatu badan


berada, bertempat tinggal, atau berkedudukan di Indonesia
ditentukan menurut keadaan sebenarnya.
3. Psl 2 Ayat (6) UU No. 7 Th 1983: Ditjen Pajak berwenang
menetapkan seseorang atau suatu badan berada, bertempat
tinggal atau bertempat kedudukan.

12
o HUBUNGAN HUKUM PAJAK DG HUKUM PIDANA.
Ancaman hukuman pidana tdk saja terdapat dlm KUHP, ttp
banyak juga tercantum dlm UU di luar KUHP.
Hal ini disebabkan a.l karena:
• Adanya perubahan sosial secara cepat, shg perubahan’s itu
perlu disertai dan diikuti peraturan’s hukum dg sanksi pidana.
• Kehidupan modern semakin kompleks, shg di samping
adanya peraturan pidana berupa unifikasi yg bertahan lama
(KUHP) diperlukan pula peraturan’s pidana yg bersifat
• kontemporer.
Pd banyk peraturan hukum yg berupa UU dilapangan Hukum
Administrasi Negara (HAN) perlu dikaitkan dg sanksi’s
pidana utk mengawasi peraturan’s itu agar ditaati.
Sanksi’s Pidana terdpt dlm UU di luar KUHP al dlm:
• UU Tindak Pidana Ekonomi
• UU Tindak Pidana Subversi
• UU Tindak Pidana Korupsi
• UU Pajak, dll 13
Antara KUHP dg delik’s/tindak pidana yg tersebar di luar KUHP
ada pertalian yg terletak dlm Aturan Umum Buku I KUHP.
Berlakunya Ketentuan Umum dlm KUHP tercantum dlm Psl 103
KUHP yg berbunyi:
• Ketentuan dlm Bab I s.d Bab VIII Buku I juga berlaku bagi
tindak pidana yg oleh Kett Per-UU lain diancam dg pidana,
kecuali jika oleh UU ybs diatur lain.
• Ketentuan Pidana dlm UU Perpajakan a.l diatur dlm Bab VIII
Psl 38, Psl 39 s.d Psl 43 UU KUP dg jelas menyebutkan
SANKSI PIDANA (KEALPAAN dan KESENGAJAAN) trhd
WP yg melanggar ketentuan Perpajakan.
• Ancman Pidana dlm Hk Pajak mengacu Psl 231 KUHP thd WP
yg dipindah tangankan/pindahkan hak/merusak barang yg disita
krn TIDAK MELUNASI UTANG PAJAK (Mobil 88);
• Bab XIII Psl 24 s.d Psl 27 UU PBB, serta Bab V Psl 13 dan Psl
14 UU Bea Meterai (BM). 14
• Demikian juga jika terjadi TINDAK PIDANA PAJAK, maka
proses Penyidikan, Penuntutan, Pembuktian mengacu kpd
ketentuan KUHP (Psl 184).
Berkaitan dg Sanksi Pidana thd pelanggaran/kejahatan Bidang
Perpajakan yg diancam baik dlm KUHP maupun dlm UU Pajak,
maka diatur:
1. Membuka Rahasia/Rahasia Jabatan
a. Psl 322 KUHP
(1) Barang siapa dg sengaja membuka rahasia yg wajib
disimpannya krn jabatan atau pekerjaannya, sekarang
maupun dahulu diancam dg pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak sembilan
ribu rupiah.
(2) Jika kejahatan dilakukan thd orang tertentu, maka
perbuatan itu hanya dpt dituntut atas pengaduan
orang lain. 15
b. Psl 41 UU KUP
(1) Pejabat yg karena kealpaan tdk memenuhi kewajiban
merahasiakan sbgm dimaksud dlm Psl 34 dipidana dg
pidana kurungan paling lama satu tahun dan denda paling
banyak Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah).
(2) Pejabat yg dg sengaja tdk memenuhi mkewajibannya
atau seseorang yg menyebabkan tdk dipenuhinya kewajiban
pejabat sbgm dimaksud dlm Psl 34 dipidana dg pidana
penjara paling lama dua tahun dan denda paling banyak Rp.
10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
(3) Penuntutan thd tindak pidana sbgm dimaksud ayat (1)
dan ayat (2) dilakukan atas pengaduan orang yang
rahasianya dilanggar.

16
2. Pemalsuan Surat
a. Psl 263 KUHP
(1)Barang siapa membuat surat palsu/memalsukan surat yg dpt
timbulkan suatu hak/pembebasan utang/yg diperuntukkan sbg
bukti dp sesuatu hal, dg maksud utk memaksa/menyuruh orang
lain memakai surat tsb se-olah’s isinya benar/tdk dipalsu kan,
diancam, jika pemakaian tsb dpt menimbulkan kerugian krn
pemalsuan surat dg pidana penjara paling lama enam bulan.

(2) Diancam dg pidana yg sama, barang siapa dg sengaja


memakai surat palsu/dipalsukan, se-olah’s sejati, jika
pemakaian surat itu dpt menimbulkan kerugian.

17
b. Psl 39 Ayat (1) UU KUP
Setiap orang yg dg sengaja:
a, b, c, d dan seterusnya.
f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau doku-
men lain yg palsu atau dipalsukan se-olah’s benar.
g. dan seterusnya
Sehingga menimbulkan kerugian pd Pendapatan Negara,
dipidana dg Pidana Penjara paling singkat 6 (enam) bulan
dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
(dua) kali jlh pajak terutang yg tdk atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yg
tdk atau kurang dibayar.
Dst....lihat KUP

18
3. Menyuap
Psl 209 KUHP
(1) Dihukum penjara se-lama’nya 2 (dua) tahun 8 (delapan)
bulan/denda se-banyak’snya Rp. 4.500,- (empat ribu lima
ratus rupiah):
• Barang siapa memberi hadiah/perjanjian kpd seorang
Peg Negeri dg maksud membujuk dia supaya dlm
pekerjaannya berbuat/mengalpakan sesuatu apa, yg
bertentangan dg kewajibannya.
• Barang siapa m’berikan hadiah kpd seorang Peg Negeri
oleh sebab/berhub dg Peg Negeri itu sdh
m’buat/m’alpakan sesuatu apa dlm m’jalankan
pekerjaannya yg bertentangan dg kewajibannya.
(2) Dpt dijatuhi hukuman pencabutan hak’s tertt (Jabatan
ABRI) yg tsb dlm Psl 35 No.1-4 (KUHP Psl 92, 149,210,
418a). Psl ini oleh UU No. 3 Th 1971 dikatagorikan sbg
Tindak Pidana Korupsi). 19
4. Menerima Gratifikasi/Hadiah/Pemberian.
a. Psl 418 KUHP
Pegawai Negeri yg menerima hadiah atau perjanjian,
sedang ia tahu atau patut dpt menyangka, bhw apa yg
dihadiahkan atau dijanjikan itu berhubungan dg kekuasaan
atau hak krn jabatannya, atau yg menurut pikiran orang yg
menghadiahkan atau berjanji itu ada berhubungan dg
jabatan itu, dihukum dg hukuman penjara selama-lamanya
enam bulan atau denda se- banyak’s nya Rp. 4.500,-
(empat ribu lima ratus rupiah):
Ketentuan Pasal 35, 36, 92, 309, 419 KUHP juga
mengatur pasal ini dikatagorikan Tindak Pidana Korupsi.

20
b. Psl 419 KUHP
Dengan hukuman se lama’s nya lima tahun dihukum Pegawai
Negeri:
(1) Yg menerima pemberian atau perjanjian, sedang
diketahuinya bhw pemberian atau perjanjian itu
diberikan kpd nya utk membujuknya supaya dlm
jabatannya melakukan atau mengalpakan sesuatu apa yg
berlawanan dg kewajibannya.
(2) Yg menerima pemberian, sedang diketahuinya bhw
pemberian itu diberikan kpdnya oleh krn atau
berhubungan dg apa yg tlh dilakukan atau dialpakan dlm
jabatannya yg berlawanan dg kewajibannya (KUHP Psl
35, 36, 92, 209, 418, 420, 437). Psl ini dikatagorikan
Tindak Pidana Korupsi.
21
22

Anda mungkin juga menyukai