Presentasi Kasus CLP Kiara Tim 10
Presentasi Kasus CLP Kiara Tim 10
“Fokus pada Tatalaksana Gangguan Penyesuaian pada pasien HIV dengan Infeksi Oportunistik”
Penyaji :
dr. Putri Rosarie dr. Jubilate Edward Iruanto Tambun
dr. Sri Puspita dr. Handry Carlos
dr. Rahdi Dewin dr. Belinda Julivia Murtani
dr. Hasya Layalia Lahino
Ilustrasi
Kasus
Keluhan Utama
Perasaan sedih karena kondisi penyakit yang semakin
menurun dan memberat serta menjalani perawatan
di ruang isolasi
Riwayat Penyakit Sekarang
● Pasien mengatakan ia mulai merasa badannya lemas sejak 2 hari sebelum dirawat di RS.
Pasien sempat memasak untuk hajatan di kantor lurah sepanjang hari dan pada keesokan
harinya mendadak ia merasa sangat lemas dan tidak bisa terbangun dari tempat tidur.
● Pasien mengatakan ia merasa sedih karena kondisinya yang mengalami perburukan dan
kemudian terdiagnosis COVID-19 sehingga harus dirawat di Kiara.
Riwayat Penyakit Sekarang
● Perasaan sedih tersebut tidak dirasakan terus menerus, ia merasa senang dan bersemangat
saat istri menelepon. Pasien tidak ada perasaan putus asa. Ia masih bersemangat untuk
berobat dan sembuh karena ia ingin membahagiakan ibunya dan membelikan rumah bagi
istrinya sebelum ia meninggal.
● Terdapat perasaan menyesal bahwa ia berhenti minum obat ARV sehingga kondisinya
menjadi menurun.
Riwayat Penyakit Sekarang
● Ketika memikirkan penyakitnya, kadang hal ini membuatnya merasa tertekan sehingga sempat
mengucapkan keinginannya untuk mengakhiri hidup kepada perawat.
● Saat dikonfirmasi ke pasien, pasien mengatakan ia bercanda saat mengungkapkannya ke
perawat dan dikonsulkan ke bagian psikiatri.
● Selama pasien dirawat di Kiara, pasien tidak dapat tidur. Ia seringkali terbangun di malam hari.
Pada pagi hari, pasien kadang merasakan badannya lemas.
● Ia menyatakan keinginannya untuk sembuh dan ingin kembali berjualan soto. Sebelumnya
pasien bekerja berjualan soto di dekat tempat tinggalnya. Ia menyewa lapak untuk berjualan
dengan membayar sewa Rp 500.000,00. Ia harus tetap membayar sewa saat tidak berjualan.
Riwayat Penyakit Sekarang
● Saat ini tidak ada penurunan nafsu makan. ia juga tidak ada pengalaman tidak biasa seperti
mendengar suara-suara tanpa sumber atau melihat bayangan-bayangan yang tidak nyata.
● Ia juga tidak ada pikiran-pikiran yang menakutkan. Saat ini, hal yang dapat membuatnya
bersemangat adalah karena pasien ingin bertemu dengan istrinya.
Riwayat Penyakit Dahulu
Zat Psikoaktif &
Medis Alkohol
HIV (2007) 🡪 ARV Merokok sejak 18 tahun 🡪 1
2010 tidak minum ARV 2 bungkus perhari 🡪 berhenti
minggu (bosan dan pengaruh tahun 2017
teman) 🡪 ICU Ganja, shabu dan alkohol
2021 tidak minum ARV (stigma pada usia 18 tahun.
negatif keluarga dan situasi
pandemi COVID-19)
Psikiatri
Belum pernah berobat ke
psikiatri sebelumnya.
Riwayat Personal
Kanak Lanjut (3-11 tahun) Kanak Akhir & Remaja (12-18 th)
Pertumbuhan dan Tinggal bersama tante. Memiliki
perkembangan sesuai dengan beberapa teman baik, tidak ada
anak seusianya. Banyak diasuh kesulitan akademik
oleh nenek dari pihak ibu
Riwayat Masa Dewasa
penyakit hati kronik, serta Hepatitis C belum terapi. menjalankan fungsinya dengan baik
Tinjauan
Pustaka
Ideasi bunuh diri pada Orang dengan HIV AIDS
(1)
3,4 /
800.000 2,1%
100.000
• 800.000 orang di dunia Indonesia : • Prevalensi ideasi bunuh diri
meninggal akibat bunuh diri prevalensi bunuh diri 3.4 per dunia mencapai 2.1%.
• 79% berasal dari negara 100.000 orang • 60% melakukan percobaan
dengan tingkat pendapatan bunuh diri dalam 1 tahun
rendah-menengah. setelah awitan ideasi bunuh
diri muncul
World Health Organization. Mental health: Suicide data. 2018.
Klonsky ED, May AM, Saffer BY. Suicide, Suicide Attempts, and Suicidal Ideation. Annu Rev Clin Psychol. 2016 ;12(1):307–30.
Borges G, Nock MK, Haro Abad JM, Hwang I, Sampson NA, Alonso J, et al. Twelve-month prevalence of and risk factors for suicide attempts in the World Health Organization World Mental Health Surveys. J Clin Psychiatry. 2010 ;71(12):1617–28.
Ideasi bunuh diri pada Orang dengan HIV AIDS (2)
• Perilaku bunuh diri juga banyak ditemukan pada orang dengan HIV AIDS (ODHA).
• Indonesia (2019) mendapatkan sebanyak 23.3% ODHA memiliki ideasi bunuh diri.
• Studi oleh Lampe dkk. pada tahun 2018 mendapatkan 27% ODHA memiliki gangguan
depresi dan 21.6% memiliki gangguan cemas.
• Prevalensi ini dua kali lipat lebih banyak dibandingkan pada kelompok tanpa HIV-
AIDS.
• Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ophini dkk. di Indonesia
yang mendapatkan dan kelompok ini memiliki gejala depresi dan ansietas yang lebih tinggi.
Jia C, Mehlum L, Qin P. AIDS/HIV infection, comorbid psychiatric illness, and risk for subsequent suicide: a nationwide register linkage study. J Clin Psychiatry. 2012;73 10:1315–21.
Ophinni Y, Siste K, Wiwie M, Anindyajati G, Hanafi E. Suicidal ideation , psychopathology and associated factors among HIV-infected adults in Indonesia. BMC Psychiatry. 2020;20(255):1–10.
Sherr L, Lampe F, Fisher M, Arthur G, Anderson J, Zetler S, et al. Suicidal ideation in UK HIV clinic attenders. AIDS [Internet]. 2008;22(13).
Fakto Risiko Perilaku Bunuh Diri pada ODHA
Usia Dewasa
Obat ARV : Muda
Masalah Sosio-
Ekonomi Efavirenz
Ophinni Y, Siste K, Wiwie M, Anindyajati G, Hanafi E. Suicidal ideation , psychopathology and associated factors among HIV-infected adults in Indonesia. BMC Psychiatry. 2020;20(255):1–10.
Schlebusch L, Vawda N. HIV-infection as a self-reported risk factor for attempted suicide in South Africa. Afr J Psychiatry. 2010;13(4):280–3.
Keiser O, Spoerri A, Brinkhof MWG, Hasse B, Gayet-Ageron A, Tissot F, et al. Suicide in HIV-Infected Individuals and the General Population in Switzerland, 1988–2008. Am J Psychiatry . 2010 Feb 1;167(2):143–50.
Bitew H, Andargie G, Tadesse A, Belete A, Fekadu W, Mekonen T. Suicidal Ideation, Attempt, and Determining Factors among HIV/AIDS Patients, Ethiopia. Rybakowski JK, editor. Depress Res Treat [Internet]. 2016;2016:8913160.
Infeksi Oportunistik pada HIV
Tuberculosis Terapi
Infeksi yang sering ARV menurunkan risiko TB
terjadi, tidak ~76%
dipengaruhi CD4 dan HIV + TB🡪 ARV, OAT, PPK
dapat meningkatkan HIV tanpa TB 🡪 ARV, PPI
viral load (CD4≥200 sel/mm3) + PPK
(CD4 ≤ 200 sel/mm3)
du
cti
on
03
Diskusi
Diskusi
● Pasien Tn R, 42 tahun dikonsultasikan di hari perawatan ke-25 karena pasien mengatakan ada ide untuk
mengakhiri hidup pada perawat. Pasien merasa bosan dan putus asa karena perawatan yang lama, yang berlanjut
dari ruang rawat inap gedung A ke Kiara Ultimate RSCM.
● Saat pasien ditemui, pasien mengungkapkan bahwa ia bercanda saat mengungkapkan keinginannya pada perawat.
Namun, ide atau pernyataan bunuh diri dari pasien perlu selalu ditanggapi dengan serius. Hal ini juga didukung
dari studi di Indonesia pada tahun 2019 mendapatkan sebanyak 23.3% ODHA memiliki ideasi bunuh diri.
Diketahui bahwa gangguan penyesuaian itu adalah kondisi serius yang dikaitkan dengan risiko bunuh diri yang
lebih tinggi
Diskusi
● Beberapa faktor prediktor adanya perilaku bunuh diri pada ODHA antara lain masalah sosio-ekonomi, rendahnya
dukungan sosial dan adanya stigma negatif → pasien mendapatkan dukungan dari istrinya dalam minum ARV
secara rutin, namun pasien mendapatkan stigma dari lingkungan sekitarnya sehingga ia memutuskan untuk
berhenti minum ARV pada awal tahun 2010 dari salah satu anggota keluarganya.
● Pasien memiliki riwayat pengobatan infeksi TB dan dinyatakan sembuh pada tahun 2010. Namun, kondisi putus
obat sebanyak 3 kali yang dialami pasien membuat infeksi oportunistik pasien terus muncul. Sedangkan pasien
yang menjalani terapi ARV dapat menurunkan risiko penyakit TB hingga 76%.
Diskusi
● Seiring dengan jalannya psikoterapi suportif secara rutin setiap hari, keluhan insomnia pasien membaik,
serta mood pasien menjadi eutim. Pasien mulai dapat mengembangkan pikiran-pikiran yang lebih
rasional dan lebih optimis dalam menjalani perawatannya. Istri pasien juga rutin menelepon dan
mengirimkan makanan pada pasien.
● Pada akhirnya, lorazepam pasien hanyak diminum jika diperlukan saja. Keinginan pasien untuk tidak
lagi berhenti minum ARV juga diperkuat dalam sesi terapi.
02
Kesimpula
n
Kesimpulan
● Pasien SIDA rentan mengalami infeksi oportunistik, yang diperberat dengan kondisi
pandemi Covid-19. Pada pasien, terdapat ide bunuh diri yang juga sering ditemui
pada pasien SIDA.
● Perlunya penegakan diagnosis multiaksial secara tepat dan tatalaksana
biopsikososial berupa psikofarmaka dan nonpsikofarmaka untuk mendukung proses
terapi pasien. Keluarga terutama istri dan anak angkat pasien juga perlu dilibatkan
dalam proses terapi pasien.
Thank
you