Definisi • Interaksi obat-makanan adalah hasil aksi diantara obat dan makanan yang tidak akan terjadi bila obat atau makanan tersebut tidak digunakan bersamaan. • Terkait dengan farmakokinetika Kurva Farmakokinetika Farmakokinetika • Adalah ilmu yang membahas perjalanan/nasib obat dalam tubuh. • Melibatkan proses ADME – Absorpsi – Distribusi – Metabolisme – Ekskresi Absorpsi
Adalah perpindahan obat dari tempat
pemberian obat menuju aliran darah, tergantung kepada: Rute pemberian obat (per oral, iv, im, dll) Sifat kimia obat Laju pengosongan lambung (bagi obat per oral) Kualitas formulasi obat Makanan dapat mempengaruhi absorpsi obat yang diberikan per oral. Distribusi Adalah proses ketika obat meninggalkan sirkulasi sistemik dan menuju bagian- bagian tubuh tertentu. Obat pada aliran darah terikat oleh protein plasma, hanya obat yang tidak terikat yang dapat meninggalkan darah dan menuju organ target. Kadar albumin serum yang rendah akan meningkatkan ketersediaan/availabilitas obat dan meningkatkan efeknya. Metabolisme Sebagian besar terjadi di hati; sistem enzim sitokrom P-450 memfasilitasi metabolisme obat-obatan; metabolisme pada umumnya mengubah senyawa larut lemak menjadi senyawa larut air (sehingga mudah dieksresikan). Makanan dapat menghambat atau malah meningkatkan sistem enzim ini, akibatnya laju metabolisme obat dapat terpengaruh. Ekskresi Obat dieliminasi dari dalam tubuh sebagai senyawa obat yang utuh (tidak berubah) atau sebagai metabolitnya Ekskresi renal merupakan rute utama eliminasi, dipengaruhi oleh kondisi ginjal. Beberapa obat ada yang diekskresi via empedu atau cairan tubuh lainnya. Isoenzim Substrat Penghambat Pemacu CYP1A2 Parasetamol, Simetidin, Omeprazole, rokok kafein, klozapin, ciprofloxacin, olanzapin, diltiazem, teofilin. eritromisin, enoxaparin CYP2C9 Ibuprofen, losartan, Amiodarone, Rifampin, rosiglitazone, simetidin, barbiturat tolbutamide cotrimoxazole, INH, fluconazole CYP2C19 Citalopram, Fluconazole, Rifampin, diazepam, fluoxetine, barbiturat lansoprazole, fluvoxamine, omeprazole, fluconazole pantoprazole Isoenzim Substrat Penghambat Pemacu CYP2D6 Amitriptilin, kodein, Amiodarone, Rifampin dekstrometorfa fluoxetine, n, haloperidol, haloperidol, imipramine, kuinidin propranolol
sepenuhnya • Efek samping obat dapat dihindarkan • Status gizi optimal pasien dapat terjaga • Biaya dapat ditekan Efek Malnutrisi terhadap Obat Kadar albumin yang rendah menyebabkan obat- obatan menjadi lebih potent, oleh sebab meningkatnya ketersediaan obat di jaringan. Dosis obat yang lebih rendah seringkali diberikan untuk pasien hipoalbumin. Warfarin adalah salah satu contoh obat yg memiliki ikatan tinggi dg albumin, turunnya albumin meningkatkan risiko pendarahan pada pasien. Komposisi tubuh: pada pasien obesitas atau lanjut usia memiliki rasio jaringan adiposa lebih tinggi, akibatnya obat-obat larut lemak terakumulasi dalam tubuh sehingga meningkatkan risiko toksisitas. Efek Makanan terhadap Obat: Proses Absorpsi Makanan dapat menurunkan keluhan pada saluran pencernaan pasien. Namun absorpsi/penyerapan beberapa obat dapat terganggu, misalnya suplemen zat besi akan turun 50% absorpsinya bila ada makanan. Makanan/minuman yang paling sering menimbulkan interaksi: teh, kopi, telur, suplemen kalsium, produk olahan susu. Efek Makanan terhadap Obat: Proses Absorpsi Ciprofloxacin dan tetrasiklin akan membentuk senyawa kompleks tak larut dengan kalsium pada makanan Usahakan menghindari asupan suplemen yang kurang diperlukan selama terapi obat, atau pisah 2 jam sebelum pemberian mineral. Efek Makanan terhadap Obat: Proses Absorpsi Beberapa obat tertentu absorpsinya terbantu oleh makanan, contohnya: saquinavir (antiretroviral) penyerapannya meningkat dua kali lipat dengan adanya makanan Efek Makanan terhadap Obat: Proses Metabolisme Perubahan diet dapat mempengaruhi kerja obat-obatan, misalnya: – Teofilin: diet rendah kolesterol meningkatkan bersihan (clearance) teofilin. – Buah/jus anggur: menghambat enzim CYP3A4, sehingga menghambat metabolisme obat-obat tertentu (misalnya nifedipin, diazepam, dll) shg meningkatkan efek dan toksisitasnya. Kesimpulan • Sebagian besar obat dapat berinteraksi dengan makanan • Potensi interaksi antara obat-makanan hendaknya diperhatikan dengan serius • Identifikasi dan monitor pasien risiko tinggi, khususnya pasien dengan polifarmasi.