Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT DAN


KRITIS PADA Ny.N DENGAN
CARDIAC ARREST di IGD
RUMAH SAKIT SANTA
ELISABETH MEDAN
TAHUN 2021

OLEH:
KELOMPOK B2
Menurut AHA (2015), cardiac
arrest adalah hilangnya fungsi
jantung secara tibatiba dan
mendadak, dapat terjadi pada
seseorang yang sudah terdiagnosa
penyait jantung ataupun tidak.
Kejadian cardiac arrest tidak dapat
diprediksikan, terjadi dengan cepat
begitu gejala dan tanda muncul.
Etiologi
Menurut (AHA,2015) penyebab paling Pulseless
sering dari henti jantung adalah adanya Electrical
Activity
gangguan fungsi dan anatomi dari organ
(PEA)
jantung namun beberapa kondisi non- Ventrikel
cardias dapat menyebabkan terjadinya Fibrilasi dan
Asystole
henti jantung seperti hypoxemia, Ventrikel
gangguan keseimbangan asam-basa, Takikardi
gangguan kalium, calcium, dan
magnesium, hipovolemia, adverse drug Klasifikasi
effects, pericardial tamponade, tension Cardiac
pneumothorax, pulmonary embolus, Arrest
hypotermia, infark miokard.
• Penolong awam yang tidak terlatih hanya memberikan kompresi saja
dipandu oleh EMS melalui telepon.
Out-of Hospital Cardiac Arrest • Penolong awam terlatih dapat memberikan ventilasi dari mulut ke
(OHCA) mulut jika mungkin dilakukan.
• Pada saat tim medis tiba di lokasi dapat diaplikasikan berbagai jenis
teknik airway dan ventilasi sesuai protokol masing masing.

Intra Hospital of Cardiac • IHCA adalah kejadian henti jantung yang terjadi di dalam rumah
Arrest ( IHCA) sakit (AHA, 2020).
 Manajemen Resusitasi pada Cardiac Arrest
Resusitasi Jantung Paru (RJP) adalah penatalaksanaan medis berupa
pertolongan pertama yang diberikan pada seseorang yang mengalami
henti jantung dan henti nafas (Thalib & Asia, 2020).
Tujuan diberikannya resusitasi adalah untuk memberikan bantuan
pernapasan dan sirkulasi yang adekuat kepada seseorang yang
mengalami henti jantung sampai keadaan tersebut teratasi atau sampai
penderita dinyatakan meninggal (Rosidawati, 2020).
Langkah-langkah untuk melakukan tindakan resusitasi jantung paru
pada orang dewasa antara lain (Irfani, 2019):
1. Mengenali kejadian cardiac arrest dengan segera
2. Pemeriksaan nadi
3. Mengaktifkan sistem respon emergency
4. Mulai siklus kompresi dada dan bantuan napas
a. Kompresi dada
b. Bantuan pernapasan
5. Penggunaan Automated External Defibrillator (AED)
KASUS
Pada tanggal 04 september 2021 pukul 17:20 wib Ny.N
datang ke IGD dibawa oleh anaknya dengan keluhan sesak
nafas. Hasil observasi yang dilakukan SPO2 : 80 % ,
diberikan O2 : 15 liter / menit dengan non breathing mask
kemudian pasien tidak sadarkan diri, nadi carotis teraba
lemah, tekanan darah 20/ palpasi, T: 35,5C P: 42x/I dan
RR: 32x/I, terpasang infus IV Ring AS.
 PEMBAHASAN

 Pengkajian
 
Pada tanggal 04 september 2021 pukul 17:20 wib Ny.N datang ke IGD dibawa oleh anaknya
dengan keluhan sesak nafas. Hasil observasi yang dilakukan SPO2 : 80 % , diberikan O2 : 15
liter / menit dengan non breathing mask kemudian pasien tidak sadarkan diri, nadi carotis
teraba lemah, tekanan darah 20/ palpasi, T: 35,5C P: 42x/I dan RR: 32x/I, terpasang infus IV
Ring AS.
 
 Diagnosa Keperawatan
 
Diagnosa Keperawatan pada kasus adalah penurunan curah jantung b.d perubahan
afterload ditandai dengan dispnue, kulit lembab, pengisian kapiler memajang, penurunan nadi
periver, perubahan tekanan darah dan perubahan warna kulit (pucat).
 
Rencana Keperawatan
Adapun rencana keperawatan berpedoman pada nursing outcomes classification dan nursing
intervention classification yaitu : Perawatan Jantung
Identifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispenea, kelelahan)
NOC : Curah Jantung
Kekuatan nadi perifer (5=kuat)
Dispnea (5)
Pucat/sianosis (5= tidak ada)
Tekanan darah (5= kuat)
Capilary refill time (CRT) (5= normal <3 detik)
NIC : Perawatan Jantung
a.identifikasi tanda /gejala primer penurunan curah jantung dispnue, kulit lembab, pengisian kapiler
memajang, penurunan nadi periver, perubahan tekanan darah dan perubahan warna kulit (pucat).
b. identifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor saturasi oksigen
e. Monitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi
nyeri)
a. Monitor EKG 12 sadapan
b. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
c. Berikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen <94%

 Implementasi Keperawatan
  Implementasi keperawatan yang telah diberikan pada pasien berpedoman pada nursing outcomes
classification dan nursing intervention classification yaitu : Perawatan Jantung
1. Mengidentifikasi tanda/gejala primer Penurunan curah jantung (meliputi dispnue, kulit lembab,
pengisian kapiler memajang, penurunan nadi periver, perubahan tekanan darah dan perubahan
warna kulit (pucat).
2. Mengidentifikasi tanda /gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan,
hepatomegali ditensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)
3. Memonitor tekanan darah
4. Memonitor saturasi oksigen
5. Memonitor keluhan nyeri dada (mis. Intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)
6. Memonitor EKG 12 sadapan
7. Memeriksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
8. Memberikan oksigen untuk memepertahankan saturasi oksigen <94%
Implementasi keperawatan yang telah diberikan pada pasien juga berpedoman
pada AHA, 2020 dalam pemberian resusitasi jantung paru.
• Kompresi dilakukan 30:2
• Kedalaman 5-6 cm
• Kecepatan 100-120 x/menit
• Minimal interupsi
• Berikan Recoil penuh
 
 Evaluasi Keperawatan
 
S:-
O : Pasien tidak sadarkan diri
Arteri karotis tidak teraba
Resusitasi jantung paru dilakukan
A : Masalah penurunan curah jantung tidak teratasi (pasien colaps)
P : Hentikann intervensi

Anda mungkin juga menyukai