Anda di halaman 1dari 17

Arni Marlinda zai

Pazri Yuna
Epidemiologi
Epidemiologi diare bervariasi pada negara maju &
berkembang. Diare merupakan masalah gastrointestinal
utama ditempat-tempat seperti panti penitipan anak,
panti jompo, yang mungkin karena faktor usia yang
terlalu muda atau lanjut usia ditambah faktor lingkungan
yang kurang baik telah menjadikannya sebagai faktor
resiko diare. 

Virus & bakteri merupakan salah satu penyebab diare yang


menular. Bakteri yang dapat menyebabkan diare
diantaranya Shigella, Salmonela, Campylobacter,
Staphylococcus dan E. Colie. Keracunan makanan
adalah penyebab lain terjadinya diare. Di negara-negara
berkembang, diare merupakan penyebab utama
kematian pada anak-anak.
Definisi
• Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali
sehari (WHO/1980).
• Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan
pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya, dimulai dengan peningkatan volume,
keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan
pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau
tanpa lendir & darah
Etiologi
• Infeksi bakteri: vibrio, escherichia coli, salmonella,
shigella, campylobacter, yershinia.
• Infeksi virus: entenevirus, (Virus ECHO, coxsackaie,
poliomelitis), adenovirus, rotovirus.
• Infeksi parasit : cacing (ascori, trichoris, oxyuris,
histolitika, gardia lamblia, tricomona hominis), jamur
(candida albicans).
Melalui:
• Makanan basi beracun, penggunaan botol susu, air
minum yang tercemar dengan bakteri tinja, tidak
mencuci tangan sesudah BAB atau sebelum makan.
• Dapat juga terjadi karena malabsorbsi & faktor
psikologi.
Klasifikasi
Menurut Lamanya Penyakit:
• Diare akut: diare yang terjadi karena infeksi
usus yang bersifat mendadak, berlangsung
cepat & berakhir dalam waktu 3 sampai 5 hari.
Hanya 25% sampai 30% pasien yang berakhir
melebihi waktu 1 minggu & hanya 5 sampai
15% yang berakhir dalam 14 hari.
Patofisiologi
• Masuknya virus (Rotavirus, Adenovirus Enteris, Virus
Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter,
Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya),
parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium).
• Penularan Ge bisa melalui fekal-oral dari satu klien
ke klien yang lainnya.
• Mekanisme dasar timbulnya gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus,
isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare).
• Mengakibatkan gangguan sekresi akibat toksin di
dinding usus, sehingga sekresi air & elektrolit
meningkat kemudian terjadi diare.
PATOFISIOLGI/PATOMEKANISME
• Osmolaritas intraluminal yang meninggi (diare osmotik)
• Sekresi cairan dan elektrolit meninggi (diare sekretorik)
• Malabsorpsi asam empedu, malabsorpsi lemak
• Defek sistem pertukaran anion/transport elektrolit aktif di enterosit
• Motilitas dan waktu transit usus abnormal
• Gangguan permeabilitas usus
• Inflamasi dinding usus (diare inflamatorik )
• Infeksi dinding usus (diare infeksi)
Patofisiologi
• Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik & hipoperistaltik.
• Akibatnya kehilangan air & elektrolit (dehidrasi) yang
mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis
metabolik & hipokalemia), intake kurang, output
berlebih.
Klasifikasi
Menurut Tingkat Dehidrasi (Hidayat, 2006):
• Dehidrasi ringan: apabila kehilangan 2-5% ml/KgBB
dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis,
suara serak, penderita belum jatuh kearah syok.
• Dehidrasi sedang: apabila kehilangan cairan 5-8%
dari BB atau rata-rata 75 ml/KgBB dengan gambaran
klinik turgor jelek, suara serak, penderita jatuh syok,
nadi cepat dan dalam.
• Dehidrasi berat: apabila kehilangan cairan 8-10%
dari BB atau rata-rata 125ml/KgBB. Terjadi renjatan
hipovolemik, dengan gejala denyut jantung menjadi
cepat, nadi cepat & kecil, tekana darah menurun,
lelah, apatis, somnolen s.d soporokomateus).
Makanan basi,
beracun/alergi
Patoflow Makanan yg
terkontaminasi
Bakteri
& virus Resiko tinggi
kekurangan
Frekuensi Sistem cerna
vol. cairan
BAB Isi rongga usus
Usus halus Dehidrasi
Output cairan & mendorong Menstimulasi
agen infeksius Berkembang fleksus Mual,
& elektrolit ≥ Mata
munta
dalam usus submukosa & tampak
Hipersekresi h
Pengeluaran Menstimulus fleksus cekung Fontane
air, elektrolit
NaHCO3 ≥ dinding usus mienterik Turgor l cekung
& lendir kulit Cepat
halus Mepercepat menurun haus
Kehilangan
HCO3- NaCl ≥ Melepaskan peristaltik usus Fatique Muntah
Membran
enterotoksin Hiperperistaltik
mukosa &
Asidosis Mengaktifkan bibir
metabolik pompa Na ke Mengiritasi kering
Penyerapan
dalam kripta otot & lapisan Gangguan
makanan, air &
mukosa keseimbangan
Kematian Cl mengalir elektrolit
intestinum cairan &
cepat dari terganggu
elektrolit
dalam sel ke Terbukanya Syok
kripta usus kanal CI hipovolemik
Manifestasi Klinis Dewasa
• BAB encer ≥ 4 sampai 5 kali sehari.
• Nausea, vomitus.
• Demam.
• Nyeri sampai kejang abdomen.
• Membran mukosa mulut dan bibir kering.
• Turgor kulit menurun.
• Kehilangan berat badan.
• Tidak nafsu makan.
• Badan terasa lemah.
• Mata tampak cekung.
Manifestasi Klinis Bayi-Anak
• Cengeng/rewel/gelisah.
• Gontanel tampak cekung.
• Haus & minum yang lahap.
• Bibir tampak kering.
• Mata tampak cekung.
• Muntah sebelum atau sesudah diare.
• Nafsu makan berkurang bahkan tidak ada.
• Suhu tubuh biasanya meningkat.
• Frekuensi BAB encer bisa ≥ 4 sampai 5 kali sehari.
• Tinja cair mungkin disertai lendir atau darah.
• Anus tampak lecet.
• BB menurun.
• Cubitan di kulit lama kembali.
Pemeriksaan Medis
• Pemeriksaan tinja.
• Pemeriksaan darah tepi lengkap.
• Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam
darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH
keseimbangan analisa gas darah atau astrup,bila
memungkinkan.
• Pemeriksaan AGD, elektrolit, ureum, kreatinin, jenis,
plasma dan urine.
• Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum (EGD) untuk
mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
• Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi
dan lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare
akut infeksi.
Penatalaksanaan
Cairan (Suharyono dkk., 1994)
• Jumlah cairan yang harus diberikan sama dengan:
Jumlah cairan yang hilang melalui diare &/muntah
(PWL/Previous Water Losses) ditambah dengan
banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urin dan
pernafasan NWL (Normal Water Losses).
Cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih
terus berlangsung (CWL/Concomitant water losses).
Antibiotik
• Ciprofloksasin 500 mg (PO 2 x 500 mg, 3 – 5 hari).
• Tetrasiklin 500 mg (PO 4 x 500 mg, 3 hari).
• Doksisiklin 300 mg (PO, dosis tunggal).
• Metronidazole 250-500 mg 
Pemberian Oralit
pada Bayi & Anak
Umur 3 jam pertama Selanjutnya tiap kali mencret

≤ 1 tahun 1 ½ gelas ½ gelas

1 - 5 tahun 3 gelas 1 gelas

5 - 12 tahun 6 gelas 1 ½ gelas

≥ 12 tahun 12 gelas 2 gelas

1 gelas air matang (200 ml) = 1 sachet oralit


Pemberian Zinc
pada Bayi & Anak
Umur Dosis Waktu

Bayi (2-5 bulan) 10 mg Selama 10 hari berturut-turut, bahkan


ketika diare telah berhenti.
Anak (6 bulan – 20 mg 1 gelas
5 tahun)
5 - 12 tahun 6 gelas Selama 10 hari berturut-turut, bahkan
ketika diare telah berhenti.
≥ 12 tahun 12 gelas 2 gelas

1 tablet = 20 mg
Komplikasi
• Dehidrasi
• Renjatan hipovolemik
• Kejang
• Bakterimia
• Malnutrisi
• Hipoglikemia
• Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa
usus

Anda mungkin juga menyukai