Anda di halaman 1dari 20

Sistem Hukum

Pidana
Prof.Dr. H. Nandang A.D., S.H., M.Hum
Ivan Darmawan S.IP., M.Si
Rumusan Hukum Pidana
Menurut Prof. Moeljatno, hukum pidana adalah bagian dari semua hukum yang
berlaku di suatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan hukum untuk :
• Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dan yang dilarang
dengan disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi
barang siapa yang melanggar larangan tersebut.
• Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah
melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan sanksi atau dijatuhkan
pidana sebagaimana yang telah diancamkan.
• Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat
dilaksanakan, apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan
tersebut.

Prof. Moeljatno, S.H., Azas-Azas Hukum Pidana. Jakarta : Bina Aksara, 1985, hal. 1.
Ciri-Ciri Hukum Pidana
Hukum pidana dikuasai oleh pembagian peristiwa pidana dan pelanggaran.
Pembagian ini adalah prinsip yang ditegaskan dalam “memorie van
toelichting” yaitu penjelasan undang-undang pidana oleh pembentukan
kitab undang-undang hukum pidana (KUHP) ke dalam delik hukum dan
delik undang-undang.

Kejahatan adalah delik hukum, yaitu peristiwa-peristiwa yang bertentangan


dengan asas hukum yang hidup di tengah-tengah masyarakat, terlepas dari
undang-undang. Kejahatan : mengenai soal-soal yang besar, seperti
pembunuhan, penganiayaan, penghinaan, pencurian, dan sebagainya.

Pelanggaran adalah delik undang-undang yaitu peristiwa yang dilarang oleh


undang-undang demi kesejahteraan umum, tetapi tidak bertentangan
dengan kesadaran hukum masyarakat. Pelanggaran : mengenai hal-hal
kecil/ringan yang diancam dengan hukuman denda.
Kepentingan
Umum
• Badan dan peraturan perundangan
negara. Contoh : negara, UU, PP.
• Kepentingan hukum tiap manusia,
yaitu jiwa, raga, kemerdekaan,
kehormatan, dan hak milik atau
harta benda
Teori-teori tentang Maksud
Penghukuman Pidana
Teori Kepentingan Teori Kepentingan Terhukum Teori Lombroso
Masyarakat
Maksudnya penghukuman pidana Menurut teori ini, sifat jahat
Artinya masyarakat adalah agar terhukum bertobat atau merupakan suatu keturunan. Oleh
menginginkan adanya memperbaiki tingkah lakunya. karena itu, upaya-upaya untuk
ketentraman, ketertiban dan memperbaiki tingkah laku terhukum
ketenangan dalam tidak ada gunanya. Beliau
masyarakat sehingga jika mengemukakan adanya karakteristik
ada yang mengancam jiwa fisik khusus yang dimiliki para
masyarakat, maka orang kriminal. Menurutnya, tujuan
tersebut harus ditangkap. penghukuman adalah untuk balas
dendam karena telah jatuhnya korban.
Sistem Hukuman Pidana Di
Indonesia
Hukuman Pokok, terdiri dari :
• Pidana mati;
• Pidana penjara, terdiri atas :
⚬ Pidana seumur hidup
⚬ Pidana penjara selama waktu tertentu (paling lama 20
tahun)
⚬ Pidana kurungan (selama 1 hari sampai dengan 1
tahun 4 bulan)
• Pidana denda (paling sedikit 25 sen)
• Pidana tutupan (dikenakan kepada orang yang istimewa,
seperti kepala negara).
Sistem Hukuman Pidana Di
Indonesia
Hukuman Tambahan, terdiri dari :
• Pencabutan hak-hak tertentu, meliputi :
• Hak memasuki angkatan bersenjata
• Hak memilih dan dipilih
• Hak menjadi penasehat (wali, pengawas, pengampun,
dan hak menjalankan kekuasaan bapak)
• Hak menjalankan pencaharian
• Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu apabila
barang-barang tersebut diperoleh dari hasil kejahatan
• Pengumuman putusan hakim, apabila hakim
memerintahkan keputusan diumumkan.
Pembagian Hukum
Pidana
• Hukum pidana obyektif, meliputi :
• Hukum pidana materiil.
• Hukum pidana formal.
• Hukum pidana subyektif, meliputi hak negara
atau alat-alat untuk menghukum.
• Hukum pidana umum, berlaku bagi setiap
penduduk.
• Hukum pidana khusus, meliputi :
• Hukum pidana militer.
• Hukum pidana pajak (fiskal).
• Hukum pidana korupsi
Sistematika KUHP

KUHP terbagi atas tiga buku :


• Buku I  : mengenai aturan -
aturan atau ketentuan - ketentuan
umum
• Buku II  : mengenai kejahatan
• Buku III  : mengenai pelanggaran
Riwayat KUHP
Asas-Asas Hukum
• Pidana
Asas “nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”
• Asas tak ada hukuman tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld)
• Asas bahwa bila ada perubahan dalam peraturan perundang-undangan
sesudah peristiwa terjadi maka dipakailah ketentuan yang paling ringan
bagi si tersangka
• Asas hukum pidana khusus (pidana fiskal, militer) mengenyampingkan
hukum pidana yang umum (KUHP)
• Asas bahwa hukum pidana Indonesia berlaku terhadap semua orang yang
dalam bilangan Indonesia melakukan tindakan pidana, kecuali korp
diplomatik berlaku hukum negara asalnya
• Asas pembagian hukuman ke dalam hukum an pokok dan hukuman
tambahan
Asas
“nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali”

Asas ini sering disingkat menjadi asas nullum delictum, dan ada
ahli yang menyebut sebagai asas legalitas. Dalam pasal 1 ayat 1
KUHP yang dimaksud dengan asas ini adalah suatu peristiwa
hukum pidana atau perbuatan pidana tidak dapat dikenai
hukuman, selain atas kekuatan peraturan undang-undang pidana
yang telah ada sebelum tindakan pidana atau perbuatan pidana
tersebut.
Perbuatan dikatakan telah
kriminal jika memenuhi
dua unsur berikut :

Unsur Objektivitas, yaitu adanya


peraturan yang diatur oleh peraturan
undang-undang pidana.

Unsur Subjektif, yaitu adanya orang atau


pelaku yang bertanggung jawab atas
perbuatan tersebut.
Alasan-Alasan yang Menghapuskan
Hukuman
• Alasan pemaaf, yaitu alasan yang menghapuskan kesalahan terdakwa. Apa yang dilakukan
terdakwa tetap bersifat melawan hukum tetapi tidak dapat dipidana karena tidak ada
kesalahannya.
⚬ Contoh : pasal 49 ayat 2 KUHP tentang luap paksa (noodwee rexes) yaitu perbuatan yang
dilakukan karena akibat langsung dari sangat panasnya hati, disebabkan oleh serangan itu;
karena sakit ingatan; atau karena pelaku masih di bawah umur (16 tahun).
• Alasan pembenar, yaitu alasan yang membenarkan (menghapuskan) sifat melawan hukumnya.
Perbuatan yang dilakukan oleh tersangka merupakan perbuatan yang patut karena pembelaan
darurat (noodweer), yaitu pembelaan yang terpaksa dilakukan terhadap diri sendiri atau orang
lain untuk kehormatan diri sendiri maupun untuk kehormatan orang lain dari serangan yang
melawan hukum secara tiba-tiba (pasal 49 ayat 1 KUHP); yang lain adalah alasan
melaksanakan peraturan perundang-undangan (pasal 50 KUHP); selanjutnya alasan
melaksanakan tugas/perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang untuk itu
(pasal 50 ayat 1 KUHP).
Asas
Tak Ada Hukuman Tanpa Kesalahan
(Geen Straf Zonder Schuld)

Asas ini mengenai pertanggungjawaban, yaitu seseorang hanya dapat dikatakan


bersalah apabila ia dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya yang
dikualifikasikan sebagai perbuatan pidana.

Misalnya orang gila dan anak-anak di bawah umur 16 tahun yang melakukan
tindakan pidana tidak dapat dihukum karena ada alasan pemaaf seperti yang
tercantum dalam pasal 44 dan 45 KUHP.
Asas Bahwa Bila Ada Perubahan Dalam Perundang-
undangan Sesudah Peristiwa Terjadi Maka Dipakailah
Ketentuan Yang Paling Ringan Bagi Si Tersangka

Asas ini dimaksudkan untuk memberikan perlindungan pada orang-


orang yang diduga melakukan tindakan pidana yang kemudian terjadi
perubahan undang-undang, maka ia harus dikenakan hukuman yang
menguntungkan, yang lebih ringan yang tercantum dalam undang-
undang yang baru atau yang lama. Asas ini tercantum dalam pasal 1
ayat 2 KUHP.
Asas Hukum Pidana Khusus (Pidana Fiskal, Militer)
Mengenyampingkan Hukum Pidana Yang Umum
(KUHP)
Asas ini sering disebut dengan lex specialist derogat legi generalist.

Jadi apabila suatu peristiwa pidana diatur oleh hukum pidana khusus dan
juga oleh hukum pidana umum maka yang dipakai adalah hukum pidana
yang khusus dengan artian bahwa hukum yang khusus mengenyampingkan
hukum yang umum. Asas ini tercantum dalam pasal 103 KUHP.
Asas Bahwa Hukum Pidana Indonesia Berlaku Terhadap
Semua Orang Yang Dalam Bilangan Indonesia
Melakukan Tindakan Pidana, Kecuali Korp Diplomatik
Berlaku Hukum Negara Asalnya
Dalam asas ini disebutkan dalam bilangan Indonesia maksudnya adalah
dalam wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan di tempat kerja
dan tinggal perwakilan Indonesia di luar negeri yang tunduk pada asas lex
teritorial dari hukum internasional.

Asas ini tercantum dalam pasal 2 KUHP. Asas hukum pidana Indonesia juga
berlaku bagi kapal-kapal yang berbendera Indonesia tanpa memperhatikan
siapa pemiliknya. Karena kapal dianggap pulau terapung maka harus tunduk
pada hukum pidana Indonesia.
Asas Pembagian Hukuman Ke Dalam Hukuman Pokok
Dan Hukuman Tambahan
Asas ini tercantum dalam pasal 10 KUHP. Hukuman pokok adalah hukuman
yang dijatuhkan terlepas dari hukuman-hukuman yang lain, sedangkan
hukuman tambahan hanya dapat dijatuhkan bersama-sama dengan hukuman
pokok. Selain hukuman kurungan biasa, KUHP juga mengenal hukuman
pengganti yaitu apabila yang dikenakan denda tidak mampu membayar atau
tidak mau membayar maka dikenakan hukuman kurungan sebagai pengganti
denda pasal 30 ayat 2 KUHP.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai