Anda di halaman 1dari 72

TUTORIAL

SKENARIO 4
Nama Kelompok

Intan Trikumala Damayanti 201510330311076


Azmy Abdah 201510330311125
Dokter Azkia Fachrina Hanifa 201510330311082
Shinta Dewi Triandiny 201510330311160
Roro Sri Tanjung Wigid P.K 201510330311147

14 Ziyadatul Khair 202110641011037

FISIOTERAPIS Raudah Aulia 202110641011038


Alif Rizky Rinanda Nur
202110641011039
Fauziyah
Nabilah Hadi 202020471011075
APOTEKER Lina Nada Mentari 202020471011098
Annisa Amelya Marganingrum 202020471011101
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
SKENARIO
INTERPROFESIONAL KOMUNIKASI PASIEN NYERI BAHU
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Seorang perempuan 40 tahun datang ke poli umum dr. A dengan keluhan nyeri
bahu kanan yang hilang timbul sejak 2 minggu ini. Pasien merasa nyeri bahu ini sangat
mengganggu aktifitasnya. Pasien menjadi sulit memakai baju, menutup pintu, bahkan
kadang saat makan menjadi kesulitan. dr. A kemudian memberikan resep pereda nyeri
dan merencanakan Latihan terapi. Setelah 4 minggu dilakukan terapi, pasien merasa
tidak ada perubahan pada rasa nyeri yang dirasakan dan menyampaikannya kepada
fisioterapis. Saat di depan pasien, fisioterapis menghubungi dr. A. Fisioterapis
menyarankan agar dr. A melakukan pemeriksaan radiografi atau mengkonsulkan pasien
tersebut ke dokter ortopedi, mungkin pasien tersebut memerlukan tindakahan
intervensi lanjutan berupa operasi. Kemudian fisioterapis juga memberikan usul
kepada dr. A untuk mengevaluasi pemberian anti nyeri terhadap pasien. Mengetahui
hal ini, pasien merasa tertekan dan kurang nyaman. Pasien adalah ibu rumah tangga
yang aktif dengan 3 orang putra, beliau merasa takut tidak bisa lagi menggerakkan
bahu dan tangan kanannya karena sakit yang diderita.
KEYWORD
1. Perempuan 40 tahun
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

2. Nyeri bahu kanan


3. Limitasi aktivitas
4. Keluhan menetap 4 minggu
5. Pasien merasa tertekan
KLARIFIKASI ISTILAH

1. Pemeriksaan Radiografi
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Adalah pemeriksaan radiologi yang menghasilkan gambar


bagian dalam tubuh manusia untuk tujuan diagnostik yang
disebut pencitraan diagnosis (Patel, 2015)
2. Intervensi
Adalah usaha untuk mengubah kehidupan yang sedang
berjalan dengan cara tertentu, perubahan itu bisa kecil atau
besar negatif atau positif (Tablin, 2007)
3. Orthopedi
Cabang ilmu kedokteran yang mempelajari semua tulang
ekstremitas, sendi, tendon, otot dan saraf dan semua yang
menyebabkan bergerak (Marianto Ismail, 2020)
RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana peran dan tanggung jawab masing-masing


A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

profesi pada kasus tersebut?


2. Bagaimana komunikasi yang efektif antarprofesi?
3. Mengapa fisioterapis mengusulkan pemeriksaan penunjang
radiografi?
4. Bagaimana tindakan selanjutnya dari masing-masing
profesi pada kasus tersebut?
5. Apa saja permasalahan yang terdapat dalam skenario ini?
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

HIPOTESIS
1. Bagaimana peran dan tanggung jawab masing-masing
profesi pada kasus tersebut?
Peran dari dokter:
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Pada skenario peran dokter sebagai care provider masih kurang karena
seharusnya dari awal menemukan pasien harus melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik secara teliti, serta dilakukan pemeriksaan penunjang
untuk mendapatkan diagnosis, sehingga pelayanan dapat holistic dan
komprehensif.

Peran dari fisioterapi:


Pada kasus ini fisioterapi belum terlalu mendetail untuk melakukan
assesment kepada pasien, yang seharusnya fisioterapi melakukan
assesment dan pemeriksaan seperti pemeriksaan LGS, pemeriksaan
nyeri, ROM, melakukan test khusus untuk lebih mengetahui apa yang
terjadi kepada pasien. Setelah dilakukan pemeriksaan fisioterapi juga
melakukan penyusunan penanganan intervensi, kemudian melakukan
intervensi kepada pasien, dan melakukan evaluasi setelah intervensi.
Peran dari Apoteker:
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Pada kasus ini belum terlihat peran apoteker dalam pelayanan


pemberian obat dan komunikasi antar profesi, namun apoteker memiliki
peran dan tanggung jawab pada skenario tersebut yaitu
merekomendasikan obat anti nyeri, monitoring efek terapi obat,
monitoring efek samping obat dan memberikan edukasi obat yang
diberikan atau didapatkan oleh pasien dari dokter.
2. Bagaimana komunikasi yang efektif antarprofesi?
Untuk komunikasi efektif:
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Apabila terjadi suatu pertukaran informasi atau opini dan


pikiran yang melibatkan dua profesi atau lebih dan terjadi
adanya suatu feedback. Komunikasi yang efektif bisa terjalin
jika ada suatu komunikator (pebawa pesan), pesan yang
disampaikan, media penyampaian, penerima pesan, dan
pesan yang diterima dapat dilakukan umpan balik.
3. Mengapa fisioterapis mengusulkan pemeriksaan
penunjang radiografi?
Karena fisioterapi sebelumnya telah melakukan assesment namun
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

kurang mendetail, dan telah melakukan diagnosa sampai melakukan


tindakan intervensi tetapi setelah dilakukan beberapa kali treatment
ternyata nyeri pada bahu pasien masih dirasakan dan tidak ada
perubahan yang signifikan, maka dari itu fisioterapi meminta tindakan
radiografi agar dapat mengetahui secara pasti apa yang sebenarnya
terjadi dengan bahu pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam diagnosa

Fisioterapi menyarankan ke radiografi untuk memastikan penyebab


nyeri yang terjadi pada bahu pasien sehingga fisioterapi dapat
menegakkan diagnosa kembali dan melakukan intervensi yang tepat
sehingga nyeri yang dirasakan pasien dapat berkurang
4. Bagaimana tindakan selanjutnya dari masing-masing
profesi pada kasus tersebut?
Tindakan dokter selanjutnya :
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

1. Evaluasi  apa yang menyebabkan keluhan pasien belum membaik


 kolabprasi dengan fisioterapi
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik kembali  jika dirasa
belum dapat menentukan diagnosis  pertimbangkan pemeriksaan
penunjang  jika dignosis sudah tegak  dokter menentukan
diagnosis tersebut kompetensi berapa
3. Kolaborasi dengan apoteker apakah anti nyeri yang diberikan sudah
sesuai dengan keadaan pasien
Tindakan apoteker selanjutnya:
1. Adanya kolaborasi antar apoteker-dokter: apoteker
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

merekomendasikan obat analgesik yang cocok dengan keluhan


pasien.
2. Mengedukasi pasien terkait penggunaan penyimpanan hingga
pemusnahan obat analgesik.

Tindakan fisioterapi selanjutnya:


3. Melakukan evaluasi, apakah latihan yang telah diajarkan oleh
fisioterapi benar-benar dilakukan dengan baik,
4. Memeriksa ulang, untuk memeriksa apakah penyakitnya ini
termasuk grade berapa, dan menyarankan ke radiografi untuk
melihat apakah penyakit pasien terjadi faktur atau tidak
5. Apa saja permasalahan yang terdapat dalam skenario
ini?
1. Kurangnya peran dan tanggung jawab dari masing-masing
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

profesi
2. Kurangnya komunikasi yang efektif.
3. Proses penyampaian yang dilakukan di depan pasien yang
menyebabkan kecemasan pada pasien.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

PETA KONSEP
Ny. X, 40 th
.

Peran dokter
Nyeri bahu kanan hingga mengganggu
sebagai care
aktifitas
provider

Dokter: anti nyeri & rencana latihan terapi

Apoteker Dokter Fisioterapist Keluhan tidak membaik setelah terapi --> disampaikan ke
fisioterapist

Komunikasi efektif Fisioterapist menghubungi dr. A di depan pasien untuk melakukan pemeriksaan
radiologis & konsultasi kepada orthopedi, serta evaluasi anti nyeri yang diberikan
Kolaborasi dan kerja sama
Peran tenaga medis
Peran dan tanggung jawab sebagai
Pasien merasa tidak nyaman
Communicator
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

LEARNING
OBJECTIVES
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

LEARNING
OBJECTIVES 1
Menjelaskan tentang peran dan tanggung jawab
masing-masing tenaga kesehatan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

Dokter
.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Five Star Doctor

Care
Provider

Decision
Manager
Maker

5 Star

Community Communic
Leader ator
.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Peran dokter (WHO)
Care Provider
• Memberikan pelayanan berkualitas, holistik dan komprehensif

Decision maker
• Mengambil keputusan medis dengan pertimbangan teknologi, etika dan efektivitas biaya

Communicator
• Memberdayakan individu dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan

Community leader
• Kepercayaan -> menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat

Manager
• Bekerja sama dalam tim untuk mengatur dan mengorganisasi kebutuhan kesehatan pasien &
masyarakat
Kodeki tahun
.
2012 Pasal 13
Kerjasama
Dokter dalam melaksanakan tugas profesi dapat menjalankan perannya secara
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

perorangan, dalam kelompok/tim. Ketika bekerja dalam tim, dokter harus :

Menghormati keahlian & peran setiap anggota tim

Menjaga hubungan professional

Menjalin komunikasi yang baik

Memastikan siapa penanggung jawab tim (DPJP)

Memastikan pasien mendapatkan pelayanan yang baik & profesional


.
Pembahasan
• Pada scenario, dokter kurang berperan sebagai Care provider, dimana
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

dalam melakukan diagnosis harus berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan


fisik, dan pemeriksaan penunjang sehingga pasien mendapatkan pelayanan
yang berkualitas, holistic dan komprehensif.
• Anamnesis dilakukan dengan lengkap mengenai kronologi sakit apakah ada riwayat
trauma serta MOI

• Pemeriksaan fisik mungkin kurang dilakukan teliti sehingga melewatkan tanda-


tanda fraktur

• Pemeriksaan penunjang dapat segera dilakukan pada awal sehingga pasien dapat
terdeteksi dan mendapat penatalaksanaan lebih dini
.
Pembahasan
• Pada scenario, dokter juga diharapkan dapat menjadi communicator yang
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

baik, untuk memberikan edukasi kepada pasien karena saat ini pasien dalam
kondisi takut dan tertekan, dan hal ini disebabkan oleh rasa ketidaktahuan,
sehingga dapat diedukasi meliputi:
• Kemungkinan diagnosis / penyakit yang dialami oleh pasien

• Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan

• Penatalaksanaan yang akan dilakukan seperti merujuk / intervensi lain

• Prognosis serta komplikasi

• Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya jika ada yang kurang faham
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

FISIOTE RAPI
.
Peran Fisioterapis menurut PERATURAN KEMENKES RI NOMOR 80 TAHUN
2013 yaitu assessment fisioterapi yang meliputi pemeriksaan dan evaluasi,
diagnosis fisioterapi, perencanaan intervensi fisioterapi, intervensi fisioterapi,
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

evaluasi/re-evaluasi/re-asessment/revisi, komunikasi dan edukasi dan


dokumentasi.
1. Asessment fisioterapi dilakukan oleh fisioterapis yang memiliki kewenangan
berdasarkan hasil kredensial/penilaian kompetensi fisioterapis yang ditetapkan
oleh pimpinan fisioterapi.
2. Diagnosis fisioterapi adalah suatu pernyataan yang menggambarkan keadaan
multi dimensi pasien/klien yang dihasilkan melalui analisis dan sintesis dari
hasil pemeriksaan dan pertimbangan klinis fisioterapi, yang dapat menunjukkan
adanya disfungsi gerak/potensi disfungsi gerak mencakup gangguan/kelemahan
fungsi tubuh, struktur tubuh, keterbatasan aktifitas dan hambatan bermasyarakat.
3. Perencanaan
. intervensi fisioterapi berdasarkan hasil assessment dan diagnosis
fisioterapu, prognosis dan indikasi-kontra indikasi, setidaknya mengandung
tujuan, rencana penggunaan modalitas intervensi dan dosis, serta
diinformasikan kepada pasien/klien atau keluarganya. Intervensi berupa
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

program latihan atau program lain yang spesifik, dibuat secara tertulis serta
melibatkan pasien dan/atau keluarga sesuai dengan tingkat pemahamannya.
4. Intervensi fisioterapi berbasis bukti mengutamakan keselamatan pasien/klien,
dilakukan berdasarkan program perencanaan intervensi dan dapat dimodifikasi
setelah dilakukan evaluasi serta pertimbangan teknis dengan melalui
persetujuan pasien/klien dan/atau keluarganya terlebih dahulu.
5. Evaluasi/re-evaluasi dilakukan oleh fisioterapis sesuai tujuan perencanaan
intervensi, dapat berupa kesimpulan, termasuk dan tidak terbatas pada rencana
penghentian program atau merujuk pada dokter/professional lain yang terkait.
6. Komunikasi dan edukasi fisioterapi menjadikan komunikasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain terkait, serta masyrakat
sebagai bagian dari proses pelayanan fisioterapi berkualitas yang berfokus
pada pasien.
7. Dokumentasi pelayanan fisioterapi memperhatikan pentingnya dokumentasi
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam pelayanan fisioterapi yang
bermutu dan dapat dipertanggungjawabkan.
.
Tanggung Jawab Fisioterapi :
Tanggung jawab Fisioterapi :
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

1. Menghormati hak pasien/klien


2. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
3. Menyimpan rahasia pasien/klien sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
4. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien/klien dan
pelayanan yang dibutuhkan dalam lingkup tindakan fisioterapi
5. Meminta persetujuan tindakan fisioterapi yang akan dilakukan
6. Membantu program pemerintah dan membantu meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
7. Mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional fisioterapis.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

APOTEK ER
9 stars pharmacist
Care-Giver
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Enterpreneur Decision-
Maker

Teacher Communicator

Life-Long
Manager
Learner

Leader
Peran Apoteker:
a. Care-Giver
profesional kesehatan yang memberikan pelayanan kefarmasian kepada
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

pasien, dan berinteraksi secara langsung.


b. Decision-Maker
mampu menetapkan/ menentukan keputusan terkait pekerjaan
kefarmasian.
c. Communicator
Profesional yang mampu menjadi komunikator yang baik, sehingga
pelayanan kefarmasian berjalan dengan baik.
d. Manager
Profesional yang memiliki kemampuan manajemen berbagai aspek
kefarmasian yang baik.
e. Leader
Profesional yang mempunyai jiwa kemimpinan yang baik dalam
memastikan terapi berjalan dengan aman, efektif dan rasional, misalnya
sebagai direktur industri farmasi, direktur marketing, dan sebagainya.
f. Life-Long Learner
Profesional yang memiliki semangat belajar sepanjang waktu,
dikarenakan perkembangan ilmu kesehatan terutama farmasi terus
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

berkembang
g. Teacher
Profesional yang dituntut menjadi pendidik/akademisi/educator bagi
pasien, masyarakat luas, maupun tenaga kesehatan lain yang
membutuhkan informasi
h. Research
Seorang peneliti terutama dalam penemuan dan pengembangan obat-
obatan yang lebih baik
i. Entrepreneur
Seorang farmasi/apoteker diharapkan terjun menjadi wirausaha dalam
mengembangkan kemandirian serta membantu mensejahterakan
masyarakat
.
Peran Apoteker di Rumah Sakit

Pemilihan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Perencanaan
Administrasi Kebutuhan

Pengendalian Pengadaan
Pengelolaan Sediaan
Farmasi dan BMHP

Pemusnahan Penerimaan
dan Penarikan

Pendistribusian Penyimpanan

Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .
Peran Apoteker di Rumah Sakit

Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang


Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
.
PEMBAHASAN
Care-giver
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

Pada skenario tidak terdapat komunikasi yang jelas antara apoteker-tenaga


kesehatan lain, dan apoteker-pasien. Namun apoteker memiliki peran dan
tanggung jawab yaitu membantu merekomendasikan obat antinyeri dan
pemantauan METO, MESO, dan edukasi mengenai terapi (obat) yang
diberikan atau didapatkan oleh pasien dari dokter. Dengan melakukan peran
dan tanggung jawab apoteker diharapkan agar dapat tercapainya tujuan utama
yaitu patient care.
.
PEMBAHASAN
Communication
Diharapkan apoteker Pada skenario tidak terdapat komunikasi yang jelas antara
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

apoteker-tenaga kesehatan lain, dan apoteker-pasien. Diharapkan agar apoteker


dapat meningkatkan kemampuan komunikasi agar terjalinnya komunikasi
antar-profesi yang baik untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara:
 Memberikan terapi sesuai resep dokter
 Membantu dokter untuk merekomendasikan terapi (obat) antinyeri
 Memberikan KIE kepada pasien
 Membantu pasien agar tidak panik
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

LEARNING
OBJECTIVES 2
Menjelaskan tentang kolaborasi dan kerjasama
antar tenaga kesehatan
.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Kolaborasi Antar Tenaga Kesehatan

Tim pelayanan interdisiplin diperlukan untuk menyelesaikan masalah pasien yang


kompleks, meningkatkan efisiensi dan kontinuitas asuhan pasien.

Proses kerja sama interdisiplin dapat mengurangi duplikasi dan meningkatkan


kualitas asuhan pasien, melalui tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan
secara komplementer.

Literature mengidentifikasi 70 –80% kesalahan (error) dalam pelayanan


kesehatan disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman didalam tim,
kerjasama tim yang baik dapat membantu mengurangi masalah patient safety
(WHO, 2009).
.
Tujuan Kolaborasi Interprofesional
• Memperbaiki komunikasi dan memperkuat hubungan diantara profesi kesehatan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

yang berbeda  seperti dokter, perawat, bidan, psikiater, ahli gizi, farmasi, pendidik
di bidang kesehatan, pekerja sosial dan profesi non kesehatan lainnya

• Peningkatnya profesionalisme , kepuasan kerja, dan loyalitas

• Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,

• Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan


beberapa keahlian pada masing-masing profesi

• Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi biaya perawatan


sakit
.
Kompetensi kolaborasi
Dokter memeriksa dan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

memberikan terapi serta


merujuk ke bagian fisioterapi
untuk latihan terapi

Dokter Fisioterapis

Pasien

Fisioterapis menghubungi dokter


mengenai feedback dan usulan
terapi di hadapan pasien yang
menyebabkan pasien menjadi
ketakutan dan tidak nyaman

(Putriana et al, 2020)


.

Tim pelayanan interdisiplin menekankan penggunaan pendekatan


A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

holistik, bekerja secara interdependen, menggunakan komunikasi


secara effektif

Model Praktik Kolaborasi Interprofesional Pelayanan kesehatan


(MPKIPK) terdiri dari 4 komponen yaitu :
1) Alur klinis pengelolaan pasien (integrated care pathway)
2) Pengelolaan pasien secara tim
3) Dokumentasi asuhan terpadu
4) Penyelesaian masalah bersama melalui diskusi kasus secara
interprofesional.

Esensi dasar praktik interdisiplin :


1) Information sharing
2) Attention to overlapped responsibility
3) Sense of control
4) Structuring intervention

(Susilaningsih dkk, 2017)


.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Prinsip dalam Kolaborasi Tim Kesehatan

Recognition of
Patient-centered Physician as the Mutual respect and
Patient-Physician
care Clinician Leader trust
Relationship

Clarification of Clarification of Liability Protection


Clear
Roles and Scopes Accountability and of All Members of
Communication
of Practice Responsibility the Team

Sufficient Human Sufficient Funding


Supportive Research and
Resource and and Payment
Education System Evaluation
Infrastructure Arrangements
. Physician
as the
Clinician
Pasien Ny. X Leader
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

dengan keluhan
nyeri bahu yang
mengganggu
aktifitas
Patient
centered
Disarankan care
melakukan
pemeriksaan
radiologi &
pertimbangan Mutual
respect
intervensi bedah and trust

Pasien tidak
Clear
nyaman communication
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

LEARNING
OBJECTIVES 3
Menjelaskan tentang komunikasi efektif dan
terapetik
.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Komunikasi Efektif
Proses penyampaian dan Dapat dikatakan efektif jika :
penerimaan pesan antara 2 • Informasi yang disampaikan

orang/lebih agar dapat dipahami dapat diterima dan dipahami


dengan baik

Lima Hukum Komunikasi • Terbentuk kesamaan persesi,


Efektif perubahan perilaku dan
pemahaman
Respect Empathy Audible • Melibatkan kejelasan, perkataan
langsung, aktid mendengarkan
Clarity Humble dan Bahasa tubuh
.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N
Jenis-jenis Komunikasi

Verbal Tertulis Non verbal


• Face to face • Skill menulis • Lingkungan
• Instrumen dan membaca fisik
(HP) • Simbol • Gerakan
• Suara tubuh, Bahasa
isyarat, gambar
.
Metode Komunikasi Efektif
Situation
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

• Apa yang sedang dialami oleh pasien

Background
• Latar belakang terkait pemersalahan yang sedang dialami pasien (Riwayat
medis)
Assesment
• Analisis terhadap kondisi, Riwayat dan keluhan utama pasien

Recommendation
• Tindakan dan solusi yang akan diberikan untuk menunjang penanganan
terhadap pasien
.
Tahapan Komunikasi Terapetik
1. Tahap Persiapan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

• dokter sebagai komunikator mempersiapkan diri untuk bertemu dengan klien /


pasien.
2. Fase Orientasi
• dilaksanakan setiap kali pertemuan dengan melakukan validasi data pasien dan
rencana yang telah dibuat sesuai dengan keadaan pasien
3. Fase Kerja (Working)
• mampu membantu pasien untuk mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi oleh
pasien, mencari penyelesaian masalah dan mengevaluasinya
4. Fase Terminasi (akhir pertemuan)
• Akhir dari tiap pertemuan dokter dan pasien
.

Untuk mencapai tujuan dari komunikasi yang efektif dan


A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

terapeutik, ada beberapa hal yang perlu dilakukan


(Langkoe,2013) :
1.Menjadikan pasien focus utama dalam komunikasi
2.Mengkaji kualitas intelektual untuk menentukan pemahaman
3.Mempergunakan sikap membuka diri hanya untuk tujuan
terapeutik
4.Menerapkan professional dalam mengatur hubungan
terapeutik
5.Menghindari hubungan social dengan klien
.
Pembahasan
• Pada scenario, Komunikasi efektif dapat dilakukan oleh dokter dan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

apoteker setelah dokter mengambil keputusan diagnosis dan melakukan


planning terapi -> dokter memberikan resep dimana apoteker dapat
mengkonfirmasi serta berdiskusi dalam menentukan terapi yang sesuai untuk
pasien

• Komunikasi efektif yang dapat dilakukan antara dokter dan fisioterapi


dapat berupa perencanaan latihan terapi, serta monitoring secara aktif
mencari penyebab keluhan pasien yang tidak membaik setelah dilakukan
fisioterapi
.
Pembahasan
• Komunikasi terapeutik kepada pasien dilakukan dengan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

memberikan edukasi mengenai penyakitnya, pemeriksaan penunjang


yang akan dilakukan, rencana tindakan yang akan dilakukan serta
menjelaskan mengenai komplikasi dan prognosis, mengingat pasien
adalah ibu rumah tangga yang aktif sehingga penyakit nya saat ini
sangat menurunkan kualitas hidup pasien
.
Pembahasan
Di Dalam scenario, tidak disebutkan/ditampilkan peran
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

apoteker yang dimana seharusnya apoteker memiliki


peranan dalam megedukasi pasien tentang terapi obat yang
diberikan oleh dokter.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

LEARNING
OBJECTIVES 4
Menjelaskan kompetensi masing-masing tenaga
kesehatan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

Dokter
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N • AREA KOMPETENSI
. DOKTER

Analisis Kasus pada Skenario:


dr. A kurang melakukan
kolaborasi dengan apoteker
dalam hal pemilihan anti
nyeri/analgetik yang diberikan
kepada pasien. Anti nyeri yang
dipilih perlu dipertimbangkan
dalam hal skala nyeri dan efek
samping.
dr. A dan fisioterapi seharusnya
bekerja sama untuk menentukan
sekiranya apa yang membuat
keadaan pasien belum membaik
.

Analisis Kasus pada Skenario:


A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

dr. A mungkin kurang melakukan


anamnesis, pemeriksaan fisik
secara lengkap sehingga terdapat
beberapa hal yang terlewatkan.
Pasien  belum membaik
setelah pemberian anti nyeri dan
latihan terapi.
Jika dr. A ragu mengenai
diagnosis, perlu dilakukan
pemeriksaan penunjang untuk
memastikan diagnosis dan
mengeliminasi diagnosis banding
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

Analisis Kasus pada Skenario:


dr. A kurang menjelaskan
mengenai kondisi pasien
(kelainan yang mungkin terjadi,
pemeriksaan yang perlu
dilakukan, tatalaksana, serta
kemungkinan perbaikan
kondisi) sehingga pasien merasa
takut dan cemas
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

Analisis Kasus pada Skenario:


dr. A perlu lebih menerapkan
holistik dan komprehensif
• Diagnosis psikis: pasien takut
tidak bisa menggerakan
tangannya lagi
• Diagnosis sosial: kondisi
berpengaruh terhadap
kegiatan sehari-hari pasien

Apabila setelah dievaluasi ulang, telah di tentukan diagnosis pastinya, dokter dapat
memutuskan apakah kasus tersebut dapat ditangani tuntas secara mandiri atau tidak, serta
perlu rujuk ke dokter spesialis atau tidak  sesuai kompetensi
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

FISIOTE RAPI
• AREA .KOMPETENSI FISIOTERAPIS
Pengaturan Standar Pelayanan Fisioterapi bertujuan untuk memberikan
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

acuan bagi penyelenggaraan pelayanan fisioterapi yang bermutu dan dapat


dipertanggungjawabkan (IFI, 2014). Standar Pelayanan Fisioterapi meliputi
penyelenggaraan pelayanan, manajemen pelayanan, dan sumber daya manusia
(Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF) Volume 03 Nomor 01 Februari 2020).
Pada pelayanan kesehatan, fisioterapis berperan dalam pelayanan pasien
dengan berbagai spektrum pelayanan fisioterapi yaitu gangguan
neuromuskuler, musculoskeletal, kardiorespirasi, serta gangguan gerak dan
fungsi tubuh lainnya. Fisioterapis juga berperan dalam pelayanan khusus dan
kompleks, serta tidak terbatas pada area rawat inap, rawat jalan, rawat intensif,
klinik tumbuh kembang anak, klinik geriatri, unit stroke, klinik olahraga,
dan/atau rehabilitasi (Bisa et al, 2021 ).
Kompetensi . Fisioterapis seperti dirumuskan dalam SK Menkes No.
376/Menkes/SK/III/2007 tentang standar profesi fisioterapi
meliputi :
1. Kemampuan menganalisis ilmu sebagai dasar praktik.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

2. Kemampuan menganalisis kebutuhan pasien / klien.


3. Kemampuan merumuskan diagnosis fisioterapi.
4. Kemampuan merencanakan tindakan fisioterapi
5. Kemampuan melakukan intervensi fisioterapi.
6. Kemampuan melakukan evaluasi dan re-evaluasi.
7. Kemampuan berkomunikasi dan berkoordinasi yang efisien dan efektif.
8. Kemampuan melakukan pendidikan (edukasi pasien / klien ).
9. Kemampuan menerapkan prinsip – prinsip manajemen dalam praktik fisioterapi.
10.Kemampuan melaksanakan penelitian.
11.Kemampuan melakukan tanggung jawab dan tanggung gugat praktik fisioterapi.
.
Pembahasan
• Setelah dilakukan terapi selama 4 minggu pasien tidak
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

merasakan adanya perubahan pada nyeri yang dirasakan.


• Fisioterapi menyarankan dr. A untuk melakukan radiografi
atau mengkonsulkan pasien ke dokter orthopedi.
• Fisioterapis mengusulkan kepada dr. A untuk mengevaluasi
pemberian anti nyeri terhadap pasien
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .

APOTEK ER
.
• AREA KOMPETENSI APOTEKER
9 Kompetensi Apoteker Indonesia
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

1. Mampu melakukan praktik kefarmasian secara professional dan etik


2. Mampu menyelesaikan masalah terkait dengan penggunaan sediaan farmasi
3. Mampu melakukan dispensing sediaan farmasi dan alat kesehatan
4. Mampu memformulasi dan memproduksi sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai
standar yang berlaku
5. Mempunyai ketrampilan dalam pemberian informasi sediaan farmasi dan alat kesehatan
6. Mampu berkontribusi dalam upaya preventif dan promotif kesehatan masyarakat
7. Mampu mengelola sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang berlaku
8. Mempunyai ketrampilan organisasi dan mampu membangun hubungan intrerpersonal
dalam melakukan praktik kefarmasian
9. Mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berhubungan
dengan kefarmasian

(Standar Kompetensi Apoteker Indonesia, 2016)


.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51


A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian bahwa dalam


melakukan Pekerjaan Kefarmasian pada Fasilitas Pelayanan
Kefarmasian, Apoteker dapat:
• mengangkat seorang Apoteker pendamping yang memiliki
SIPA
• mengganti obat merek dagang dengan obat generik yang
sama komponen aktifnya atau obat merek dagang lain atas
persetujuan dokter dan/atau pasien
• menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
.
Pembahasan
Dari 9 standar kompetensi Apoteker tersebut terdapat kesenjangan di
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

point ke-2 yaitu Apoteker mampu menyelesaikan masalah terkait


dengan penggunaan sediaan farmasi, seperti yang terjadi di dalam
kasus bahwa pasien telah mendapat antinyeri selama 4 minggu tetapi
pasien merasa tidak ada perubahan pada rasa nyeri yang dirasakan.
Kemudian fisioterapis juga memberikan usul kepada dr. A untuk
mengevaluasi pemberian anti nyeri terhadap pasien.
Di sini fisioterapis maupun dokter bisa berkomunikasi dengan
Apoteker terkait penggunaan antinyeri, sehingga Apoteker dapat
melakukan pelayanan farmasi klinis seperti Evaluasi Penggonaan Obat
(EPO). Tetapi pada scenario peran Apoteker tidak terlalu dijelaskan.
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N .
A E S T H E T I C B E A U T Y F U L T E M P L AT E D E S I G N

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai