Anda di halaman 1dari 9

ETIK DAN HUKUM

TENTANG PERAWATAN KLIEN USIA LANJUT

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:


Sheren Lintang A (22017012)
Devita Feby W.R (22018014)
Putri Tasya M (22018015)
Lilis Setiyowati (22018018)
Retna Puspitasari (22018021)
Teori etik keperawatan lansia
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan
tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan
keperawatan (UU RI. No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan). Sedangkan etik secara
etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan, model perilaku atau standar yang diharapkan, dan kriteria tertentu untuk
suatu tindakan (Mimin Emi S., 2004; dalam Nindy Amelia, 2013).
Untuk menjadi seorang profesional dewasa yang mampu secara aktif berpapartisipasi
dalam dimensi etik pratik mereka, seorang perawat harus terus mengembangkan suatu
perasaan yang kuat tentang identitas moral mereka, mencari dukungan dari sumber
profesional yang tersedia dan mengembangkan pengetahuan serta kemampuan
mereka dalam bidang etik. Etika perawatan dihubungkan dengan hubungan antara
masyarakat dan dengan karakter serta sikap perawat terhadap orang lain lerlebih
kepada klien lanjut usia (Perry & Potter, 2005).
Prinsip etik keperawatan lansia

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada lansia
menurut
(Kane et al, 1994, Reuben et al, 1996) adalah:
1. Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas dasar
pengertian yang dalam”artinya upaya pelayanan pada lansia harus
memandang seorang lansia yang sakit dengan pengertian, kasih sayang dan
memahami rasa penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut.
2. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia selalu didasarkan
padakeharusan untuk mengerjakan yang baik dan harus menghindari
tindakan yangmenambah penderitaan (harm).
3. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak untuk

menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja


haktersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri hal tersebut
berdasar padakeadaan, apakah lansia dapat membuat keputusan secara
mandiri dan bebas.
4. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus memberikan perlakuan
yang sama bagi semua.
5. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi semua janji yang
diberikanpada seorang lansia.
Issue perawatan lansia

Besarnya jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada masa mendatang


dapat membawa dampak positif maupun negatif. Kehadiran lanjut usia dapat
berdampak positif apabila lanjut usia berada dalam keadaan sehat, aktif, dan
produktif. Di sisi lain, besarnya jumlah penduduk lanjut usia dapat menjadi
beban, jika lanjut usia dalam kondisi tidak sehat, dan miskin. Apalagi jika
dalam kondisi tidak berdaya, dan memerlukan pertolongan orang lain, yang
berakibat pada peningkatkan. Namun saat ini, secara global telah terjadi “the
new old” dibanding dengan generasi masa lalu, lanjut usia sekarang tidak
memperlihatkan kondisi tua ketika saat yang sama dialami para orang tua
atau kakek neneknya. Karakterisitk lanjut usia di masa datang umumnya lebih
berpendidikan dan lebih menikmati kemajuan teknologi, dan tersedianya
pelayanan kesehatan yang lebih baik. Disamping itu juga mempunyai
jangkauan informasi dan pengetahuan yang lebih luas karena ketersediaan
dan pemanfaatan dawai (gadget) yang menjadikan para lanjut usia kini lebih
terpapar ke dunia luas (Wajdi,N.,Adioetomo,S.M.,&Mulder,C.H.2017).
Infrmed concent perawatan lansia

Peneliti menggunakan informed consent sebagai suatu cara persetujuan antara


peneliti dengan lansia, dengan memberikan lembar persetujuan (informed
consent). Informed concent tersebut diberikan sebelum tindakan keperawatan
dilaksanakan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi sasaran
asuhan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar lansia mengerti
maksud dan tujuan, mengetahui dampaknya, jika lansia bersedia maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan, serta bersedia untuk
direkam dan jika lansia tidak bersedia maka penelitian harus menghormati
hak lansia.
Informed consent memiliki beberapa dasar hukum yang menjadi landasan dalam
pelaksanaan antara lain undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan. Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,
Undang-Undang nomor 36 Tahun 2014 tentang tenaga kesehatan. Dari dasar
hukum informed consent dapat di ketahui bahwa informed consent
merupakan hak pasien dan wajib dalam prosedur pelayanan kesehatan.
Responsibility dan akuntability pelayanan lansia

responsibility merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah pada


parlemen secara politik, yang meliputi collective and individual
responsibility. Perwujudannya dapat dilihat dari pengaturan regulasi
tentang perlindungan terhadap kesejahteraan lanjut usia.

Akuntabilitas (accountability) Akuntabilitan yang dilakukan merupakan satu


aturan professional. Mempertanggung jawabkan hasil pekerjaan, dimana
tindakan yang dilakukan merupakan satu aturan professional. Oleh karena
itu pertanggung jawabkan atas hasil asuhan keperawatan mengarah
langsung kepada praktisi itu sendiri.
Kepastian hukum dalam advokasi lansia

Kepastian hukum pada lansia adalah untuk meningkatkan


kesadaran lansia, pembuat kebijakan, dan masyarakat luas
tentang hak-hak dasar lansia sebagaimana dinyatakan dalam
Konstitusi dan dinyatakan dalam UU No. 13/1998 tentang
Kesejahteraan Sosial Orang Tua serta mendorong pemerintah
daerah untuk mengarusutamakan hak-hak lansia dan untuk
membuat kebijakan inklusif untuk meningkatkan akses lansia
terhadap keadilan dan layanan publik. Rencana tindakan
adalah: untuk melatih paralegal dan untuk mendirikan Sekolah
Pelopor Keadilan dan Forum Warga untuk memastikan bahwa
hak-hak dan perlindungan bagi lansia di tingkat desa
dilaksanakan serta untuk memberdayakan mereka.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai