Anda di halaman 1dari 36

MANAJEMEN ANASTESI PADA PASIEN HEMOROID

Grade IV MENGGUNAKAN TEKNIK ANASTESI


REGIONAL SUBARACHNOID BLOCK

Fitria Amanda
N 111 18 024

Pembimbing :
dr. Faridnan Sp.An
BAGIAN ANESTESIOLOGI DAN REANIMASI
RSUD UNDATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
PENDAHULUAN

Istilah anestesi artinya hilangnya sensasi nyeri (rasa sakit) yang


disertai hilangnya kesadaran1. Anestesi spinal bertujuan memblok
saraf sensoris untuk menghilangkan sensasi nyeri.

Hemoroid berasal dari kata ''haima'' dan ''rheo'', yang berarti


pelebaran pembuluh darah. Hemoroid merupakan pelebaran dan
inflamasi pembuluh darah vena di anus dari pleksus hemoroidalis.

Hemoroidektomi adalah suatu tindakan pembedahan dan cara


pengangkatan pleksus hemoroidalis dan mukosa atau tanpa mukosa
yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebih.
ANESTESI REGIONAL
Merupakan tindakan anestesi yang dilakukan dengan
menyuntikkan obat anestesik lokal pada lokasi serat-serat
saraf yang menginervasi regio tertentu, yang menyebabkan
hambatan konduksi impuls afferen yang bersifat sementara
anestesi
Blok Spinal Subarachnoid

 Anestesi spinal (subaraknoid) adalah


anestesi regional dengan tindakan
penyuntikan obat anestetik lokal ke
dalam ruang subaraknoid di daerah
antara vertebra L2-L3 atau L3-L4 atau
L4-L51.

 Anestesi spinal/subaraknoid disebut


juga sebagai blok spinal intradural atau
blok intratekal. 
Indikasi dan Kontraindikasi
• Pembedahan pada ektermitas
bawah
• Pembedahan pada daerah
panggul
• Tindakan sekitar rektum-
perineum
• Pembedahan perut bagian
bawah
• Pembedahan obstetri-
ginekologi
• Pembedahan urologi
KOMPLIKASI

HIPOTENSI BRADIKARDI SAKIT KEPALA

GASTROINTESTI
RESPIRASI
NAL
LAPORAN
KASUS
LAPORAN KASUS

Nama : Ny. I
Umur : 52 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 55 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Teluk Raya
No. Rekam Medik : 00 22 04 17
Tanggal Operasi : 19 Mei 2021
S-O-A-P
Subjektif
Keluhan Utama :benjolan pada daerah anus

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien perempuan berusia 52 tahun masuk


rumah sakit dengan keluhan benjolan pada anus yang dirasakan sejak 5 tahun yang lalu, awalnya
benjolan berukuran kecil dan masih dapat masuk kembali ke dalam anus, benjolan tersebut semakin
membesar dan tidak dapat masuk kembali  sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit, benjolan dirasakan
nyeri dan tidak nyaman saat duduk. Pasien juga mengeluhkan keluarnya darah saat BAB, dan BAB
yang tidak lancar dan disertai mengejan. BAK (+) lancar
Riwayat Penyakit Terdahulu
1.​Hipertensi (-)
2.​Diabetes melitus (-)
3.​Penyakit jantung (-)
4.​Asma (-)
5.​Liver (-)
6.​Ginjal (-)
7.​Alergi makanan dan obat (-)
8.​Operasi sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit hipertensi (-), asma (-), jantung (-),
diabetes melitus (-).
B1 (Breath)
• Inspeksi : Pengembangan dada simetris, retraksi (-)
• Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
• RR : 20 x/menit.

B2 (Blood)
• TD : 110/70 mmHg
• Nadi : 89 x/menit
• Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
• Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V linea mid clavicula (S)
• Perkusi : Batas jantung normal
• Auskultasi : S1 dan S2 murni regular, bising (-)
B3 (Brain)
• Kesadaran : CM ( Compos Mentis )
• Mata : Mata cekung (-/-), Conjungtiva anemis(-/-), sclera ikterik (-/-), reflex
cahaya (+/+), pupil isokor diameter ± 2.5 mm.

B4 (Bladder)
 BAK lancar seperti biasanya, berwarna kuning tua, nyeri berkemih (-)
B5 (Bowel)
 Inspeksi : Tampak perut cembung (-), kembung (-), tidak terdapat jejas
 Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
 Perkusi : Bunyi timpani
 Palpasi : Nyeri tekan(-), Massa (-)
 BAB (-) sulit, disertai darah dan mengejan

B6 (Back and Bone)


 Ekstremitas : akral hangat, pucat (-), edema (-), turgor < 2 detik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
  Hasil Rujukan Satuan   Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI Kimia Darah


GDS 92 74 – 100 mg/dl
Hemoglobin 12.4 L: 13-17, P: 11-15 g/dl
Ureum 29.4 18.0 – 55.0 mg/dl
Leukosit 6.5 4.000-10.000 /mm3
Creatinin 1.23 0.70 – 1.30 mg/dl
L: 4.5-6.5 P: 3.9- SGOT 25 8-33 U/L
Eritrosit 4.05 Juta/ul
5.6 SGPT 14 4-36 U/L
Hematokrit 34.7 L: 40-54 P: 35-47 %
  Hasil Rujukan
213.0
Trombosit 150.000-500.000 /mm3 Seroimmunologi    
00
HbsAg Non-reaktif Non-reaktif
Waktu Rapid test Covid-19 Non reaktif Non reaktif
5’ 4-10 m.det
pembekuan
Waktu
2’ 1-5 m.det
perdarahan
• Diagnosis Kerja : Hemorhoid grade IV
• Tindakan : Hemoroidektomi
• Assesment
Status fisik ASA 1
• Plan
Jenis anestesi : Anastesi regional
Teknik anestesi : Sub Arachnoid Block
Jenis pembedahan : Hemoroidektomi
PERSIAPAN PRE OPERATIF

Di Ruangan Di Kamar Operasi


Persiapan Anestesi
a. Ruangan • Meja anestesi
Surat persetujuan operasi (√), surat persetujuan • Penerangan
anestesi (√) • Desinfeksi : kasa steril, povidon iodine, alkohol,
Puasa (+) 8 jam pre operasi handskun steril
IVFD (Intravenous Fluid Drop) 20 tetes/menit • Cairan resusitasi : RL 500 mL 1 kolf,
b. Dikamar operasi • Persiapan untuk anestesi regional (anastesi
Hal-hal yang perlu disiapkan : spinal) : Bupivacaine 0,5 % 15 mg 3 cc.
• Meja operasi dengan peralatan yang diperlukan • Obat resusitasi : misalnya adrenalin, atropin,
• Mesin anestesi dengan sistem aliran gasnya aminofilin, dan lain-lainnya
• Monitor : EKG, tekanan darah, nadi, respirasi, • Nasal kanul
SpO2 • Obat premedikasi : misalnya ondancentron 4 mg,
• Alat pantau : spygmomanometer, suhu tubuh, dan lain-lainnya
pulse oxymeter, kabel elektroda dan elektroda
• Catatan medik anestesi
• Alat-alat resusitasi (STATICS)  
• Tiang infus
 
PROSEDUR REGIONAL ANESTESI

Posisikan pasien Memasang monitor Preoksigenasi


Pasien posisi supine dan Evaluasi TD, Nadi, Saturasi O2 via nasal canule 3lpm
infus terpasang 2 Line oksigen, RR

Spinal anestesi Induksi Maintanance


Posisi LD, Indentifikasi Injeksi Bupivacaine O2 3 lpm, Efedrin bila
Vertebra L3-4, Desinfeksi Hyperbaric 15 mg via hipotensi
spinocan
Laporan Durante Operasi
• Diagnosis pra-bedah : Hemoroid grade IV
• Jenis pembedahan : Hemoroidektomi
• Anestesiologi : dr. Faridnan, Sp.An
• Ahli Bedah : dr. Roberty Maelissa, Sp.B
• Jenis anastesi : Anastesi regional
• Teknik anastesi : subarachnoid blok
• Posisi : Supinasi
• Premedikasi anestesi : Ondansentron 4 mg, midazolam 3 mg
• Injeksi anastesi : Bupivacain 0,5% 15 mg
• Medikasi tambahan : Ketorolac 30 mg, asam tranexamat 500 mg bolus
• Maintenance : O2 3 lpm. (Hasil monitoring intraoperative terlampir)
• Respirasi : Spontan
• Anestesi mulai : 09.00 WITA
• Operasi mulai : 09.15 WITA
• Lama operasi : 50 menit
• Lama anestesi : 75 menit
• Cairan yang masuk durante operasi : RL 400 cc. Tekanan darah dan frekuensi nadi
(Terlampir)
• Perdarahan : ± 50 cc
• Urin tampung :-
Monitoring Operasi
Pukul Tekanan Darah Nadi (kali/menit) Saturasi Oksigen Terapi
(WITA) (mmHg) (SpO2)

08.50 150/90 66 100%  


08.55 150/90 76 100% Midazolam 2 mg
Ondansentron 4 mg
09.00 150/90 76 100% Anastesi regional SAB
spinal dengan Bupivacaine
Hyperbaric 0,5% 15 mg

09.05 130/80 54 100 %  


09.10 128/67 60 100 % Fentanyl 10 mcg
09.15 138/80 64 100 %  
09.20 138/80 64 100 %
09.25 130/76 66 100 %
09.30 138/80 66 100 %
09.35 138/80 66 100 %
09.40 138/80 64 100 %  
09.45 138/80 64 100 %  
09.50 146/76 64 100 %  
09.55 130/70 65 100%  
10.00 140/90 64 100 %  
10.05 130/80 66 100% Ketorolac 30 mg
10.10 130/80 64 100%  
10.15 130/80 64 100% Asam Tranexamat 500 mg
bolus
ERAPI CAIRAN BB: 55 Kg Input:
Cairan maintenance Ringer laktat
M =  35 x 55 kg =1925/hari 500 cc
                            80,2 cc/jam  
  Output :
Cairan Pengganti Puasa (P) = Lama puasa Urin -
(Jam) x M
(Pre Operasi) P  = 6 jam x 80,2 cc
   =  481 cc/jam
 
Defisit cairan puasa 
= Kebutuhan cairan pengganti puasa – cairan
yang masuk saat puasa
= 481 cc – 500 cc = 19 cc
 
Estimasi Blood Volume Input: 
EBV​= BB x 65 mL/kg BB Ringer Laktat 400
          = 55 kg x 65 mL/kg Ml
           = 3575  
  Output:
Jumlah perdarahan selama operasi : ± 50 cc x -Perdarahan:

Durante Operasi
3= 150 cc
(untuk mengganti kehilangan
± 50 cc
darah 50 cc -Urin : -
diperlukan 150 cc cairan kristaloid )
%Perdarahan = Jumlah perdarahan : EBV x 100%
​  = 50 cc : 3575 x 100%
​  = 0.013 %
Stress Operasi sedang = 6 ml/kgBB/jam x BB (kg)
                       = 6 ml/kgBB/jam x 55 kg
                       = 330 ml/jam
 
Total cairan Masuk (input)
= Preoperatif + Durante Operatif
= 500 +  400 = 900 ml
 
Total Kebutuhan Cairan selama operasi
= stress operasi + defisit darah selama operasi
Perhitungan Cairan = 330 ml + 50 ml
 = 380 ml
 
Keseimbangan cairan
= Cairan masuk – (Kebutuhan Cairan selama
operasi+Puasa)
= 900 ml – (380 + 481 ml) 
= 39 ml
BB: 55 Kg
- Cairan maintenance per jam :
Post Operasi M  = 35 x 55 kg
                = 1925/hari
               = 80,2 cc/jam
Post Operasi
Pemantauan di Recovery Room Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
Pada pasien tekanan darah 130/73 mmhg, nadi 72 x/menit, dan laju
respirasi 20x/menit, saturasi oksigen 100 %. Bromage Score (Spinal Anestesi) Skor
≤ 2 boleh pindah ruangan.
PEMBAHAS
AN
PEMBAHASAN
Pada kasus ini Anestesi spinal adalah pemberian
pasien perempuan usia 52 tahun obat anastesi lokal ke dalam ruang
dengan diagnosis hemorhoid grade subarakhnoid. Teknik anastesi
IV dilakukan yang digunakan pada pasien ini
operasi hemoroidektomi. Tindakan sudah sesuai dengan indikasi
anastesi yang digunakan pada salah satunya yaitu tindakan sekitar
operasi ini yaitu, anestesi regional rektum dan perineum.  
menggunakan spinal
subarachnoid block
PEMBAHASAN
Sebelum dilakukan tindakan operasi,   Pre-operasi menjelaskan kepada pasien

dilakukan evaluasi pra-anestesia yang anastesi yang akan di lakukan tindakan

meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik dan pembedahan dan menjelaskan kepada

pemeriksaan penunjang untuk menentukan keluarga mengenai resiko-resiko dari teknik

status fisik ASA dan risiko operasi. Pada anastesi, meminta pasien untuk tidak memakai

pasien ini termasuk ASA I karena pasien gigi palsu (jika ada) serta perhiasan,

dengan hemoroid grade IV tanpa penyakit memasang cairan infus yaitu Ringer Laktat

sistemik. menggunakan tranfusi set dan abbocath 18 G,


serta menyiapkan darah.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini menjalani puasa sekitar ± Puasa preoperatif pada pasien pembedahan
8 jam sebelum operasi dilakukan (makan bertujuan untuk mengurangi volume
terakhir pukul 23.00 WITA). Hal ini sudah lambung tanpa menyebabkan rasa haus dan
sesuai teori dimana anjuran puasa dehidrasi. 
perioperative adalah selama 6-8 jam sebelum
operasi.
PEMBAHASAN
Pada saat sebelum operasi, pasien Ondansentron, sebagai anti emetik,
diberikan premedikasi terlebih menghambat serotonin dan bekerja
dahulu. Premedikasi yang diberikan berdasarkan mekanisme sentral dan prefer.
yaitu Antiemetik Ondansentron injeksi 4 mg Midazolam mempunyai keunggulan untuk
(IV). Pasien juga diberikan midazolam induksi anestesi, karena ia mempunyai onset
sebanyak 2 mg untuk efek sedative. yang lebih cepat. Midazolam tidak
menimbulkan rasa sakit pada penyuntikan
tetapi perlu pengawasan ketat karena
kemungkinan terjadi depresi napas.
PEMBAHASAN
Anestesi lokal yang sering dipakai adalah bupivakain.

Pada pasien digunakan obat anestesi  


Larutan bupivakain hidroklorida hiperbarik
golongan amida yaitu Bupivacain 0,5% mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis
dengan dosis 15 mg via spinocan. cairan serebrospinal (1,003-1,008). Cara kerja larutan
hiperbarik bupivakain adalah melalui mekanisme
hukum gravitasi, yaitu suatu zat/larutan yang
  mempunyai berat jenis yang lebih besar dari larutan
sekitarnya akan bergerak ke suatu tempat yang lebih
rendah.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini diberikan obat injeksi NSAID jenis ketorolac paling banyak digunakan
ketorolac 30mg/iv 10 menit sebelum operasi sebagai analgesik pasca operasi karena ketorolac
selesai. dan diberikan bolus asam tranexamat memiliki efek analgesik kuat bila diberikan
500 mg intramuskular maupun intravena. Ketorolac berguna
untuk memberikan analgesik pasca operasi derajat
sedang sampai berat sebagai obat tunggal maupun
sebagai suplemen dalam penggunaan opioid.

Asam traneksamat merupakan golongan antifibrinolitik


yang bekerja menghambat aktivasi plasminogen menjadi
plasmin pada pembekuan darah. Asam traneksamat
berhasil digunakan pada pembedahan dengan risiko
perdarahan yang tinggi seperti operasi jantung,
pembuluh darah, bedah saraf dasar tengkorak
(skullbase), ortopedi, tulang belakang, serta obstetri
ginekologi
PEMBAHASAN
No Kriteria Skala Skor
Operasi berlangsung selama 50 menit. Dapat mengangkat tungkai bawah 0 0
Pasien kemudian dipindahkan ke ruang 1
pemulihan (Recovery Room) dilakukan
pemantauan.  Saat di evaluasi di dapatkan
tekanan darah 138/80, nadi 54 kali permenit, Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi 1 -

pernafasan 22x permenit,  Bromage Score 2 masih dapat menekuk lutut

nilainya diatas 2
sehingga pasien dapat dipindahkan ke Tidak dapat menekuk lutut tetapi dapat 2 -
ruangan. mengangkat kaki
3

Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3 -


4
No Kriteria Skala Skor
Dapat mengangkat tungkai bawah 0 0

1
Skor pemulihan
pasca Anestesi Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapi 1 -

Bromage 2 masih dapat menekuk lutut

score Tidak dapat


mengangkat kaki
menekuk lutut tetapi dapat 2 -

Tidak dapat mengangkat kaki sama sekali 3 -


4
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil pra operatif dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang tersebut, maka dapat di simpulkan status pasien pra anestesi American Society of
Anestesiology (ASA) pada pasien dikategorikan sebagai pasien ASA PS kelas I .

2. Pada pasien ini dilakukan jenis anestesi dengan regional anastesi dengan Teknik Spinal
dimana sesuai dengan salah satu indikasi dilakannya tindakan anastesi spinal yaitu bedah
obstetricginekologi. Keuntungan anestesi regional adalah penderita tetap sadar, sehingga
refleks jalan napas tetap terpelihara. Waktu prosedur analgesia spinal lebih singkat, relatif
mudah, efek analgesia lebih nyata (kualitas blok motorik dan sensorik yang baik), mulai kerja
dan masa pulih yang cepat.

3. Setelah operasi selesai pasien di pindahkan ke Recovery room, dalam kasus ini selama
operasi berlangsung, tidak ada hambatan yang berarti baik dari segi anestesi maupun dari
tindakan operasinya. Selama di ruang pemulihan juga tidak terjadi hal yang memerlukan
penanganan serius. Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi pada
kasus ini berlangsung dengan baik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai