PENATALAKSANAAN
KASUS MALARIA PADA
KEHAMILAN
MALARIA PADA KEHAMILAN
• Lebih Sering
– Malaria dalam kehamilan lebih sering dibanding
populasi umum kemungkinan karena supresi
imunitas dan hilangnya imunitas terhadap malaria
• Lebih bersifat atipik
– Kemungkinan disebabkan perubahan hormonal,
imunologi dan hematologi dalam kehamilan
• Lebih berat
– Kemungkinan disebabkan perubahan selama
kehamilan parasitemia cenderung 10x lebih tinggi
komplikasi lebih sering pada ibu hamil
DOUBLE TROUBLE
“Kelebihan” Malaria dalam Kehamilan
• Lebih Fatal
– Angka kematian P.falciparum 2x lebih tinggi (13%) dibanding tidak
hamil
• Pengobatan yang selektif
– Beberapa anti-malaria kontraindikasi dalam kehamilan dan
dapat memperburuk keadaan
– Pengobatan menjadi sulit, terutama pada kasus infeksi malaria
berat oleh karena P. falciparum
• Masalah lain
– Manajemen komplikasi malaria sulit oleh karena perubahan fisiologi
dalam kehamilan
– Penekanan perhatian pada balans cairan, suhu, dll
– Keputusan induksi persalinan merupakan hal yang sulit dan
kompleks
– Abortus, IUGR, dan prematur sering terjadi
FASE KEHIDUPAN PLASMODIUM
OVERVIEW
• Hati
• Nyamuk
SIKLUS HIDUP PLASMODIUM
OVERVIEW
GEJALA KLASIK MALARIA
OVERVIEW
Paroksismal awal
Derajat Sedang-berat Ringan Sedang berat Berat
Durasi rata-rata 10 jam 10 jam 11 jam 16-36 jam
Limitasi Eritrosit muda Eritrosit muda Eritrosit tua Semua jenis
parasitemia eritrosit
Anemia Ringan-sedang Ringan Ringan-sedang Berat
Keterlibatan SSP Jarang Mungkin Jarang Sering
Sindroma nefrotik Mungkin Jarang Sering Jarang
MALARIA BERAT
OVERVIEW
Asymptomatic Infection
Placental Sequestration
Altered Placental Integrity
Clinical Illness
Severe Disease
Efek fetal :
BBLR +++ +++
Abortus & kelahiran mati - ++
Malaria kongenital - +
Fetal anemia ? +
MALARIA DALAM KEHAMILAN
Malaria
Ibu Hamil
Kesakitan:
• Anemia
• Demam
• Malaria Cerebral
• Hypoglycemia
Janin
• Sepsis
puerperalis Keguguran
Kematian: Lahir Mati
• Malaria Berat
Infeksi Kongenital
• Perdarahan
Bayi Baru
Lahir
BBLR
Prematuritas
IUGR
Malaria
Kematian
400 gigitan
nyamuk Anopheles
200 menginfeksi
manusia
2 – 6 % malaria
berat
P.falciparum
malaria berat
10-50% Kematian
• Komplikasi
– Lebih sering dan parah pada kehamilan
– Muncul tiba-tiba
– Edema pulmo akut, hipoglikemi, anemia
paling sering dalam kehamilan
– Kuning, kejang, penurunan daya ingat, koma,
mual, muntah, diare, perdarahan hidung-gusi-
saluran pencernaan, volume kencing kurang,
warna kencing spt teh hitam, pucat, nafas
pendek-tersengal
MALARIA RINGAN / MALARIA TANPA KOMPLIKASI
Pada anamnesis :
• Harus dicurigai malaria pada seseorang yang berasal dari
daerah endemis malaria dengan demam akut dalam segala
bentuk, dengan / tanpa gejala-gejala lain.
• Adanya riwayat perjalanan ke daerah endemis malaria dalam
2 minggu terakhir.
• Riwayat tinggal di daerah malaria.
• Riwayat pernah mendapat pengobatan malaria.
Pada pemeriksaan fisik :
• Temperatur > 37,5oC
• Dapat ditemukan pembesaran limpa
• Dapat ditemukan anemia
Gejala klinis malaria ringan pada umumnya :
• Gejala klasik, ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah endemis
malaria atau yang belum mempunyai kekebalan atau yang baru pertama
kali menderita malaria.
• Gejala klasik yang khas ini terdiri dari 3 stadium yang berurutan, yaitu :
• Menggigil (15 – 60 menit)
• Demam (2-6 jam)
• Berkeringat (2-4 jam)
Selain gejala klasik diatas, dapat juga disertai gejala lain/gejala khas setempat,
seperti :
• Lemas
• Sakit kepala
• Myalgia
• Sakit perut
• Mual & muntah
MALARIA BERAT
• Malaria berat / severe malaria / complicated malaria adalah
bentuk malaria falsiparum yang serius dan berbahaya,
yang memerlukan penanganan segera dan intensif. Oleh
karena itu pengenalan tanda-tanda dan gejala-gejala
malaria berat sangat penting diketahui bagi unit pelayanan
kesehatan untuk menurunkan mortalitas malaria.
Sayangnya, tanda-tanda & gejala-gejalanya tidak spesifik
dan ada pada banyak penyakit berat lain yang disertai
demam (severe febrile disease) yang biasa ada di negara-
negara endemis malaria.
• Beberapa penyakit penting yang mirip dengan malaria
berat adalah : meningitis, ensefalitis, septikaemia, demam
typhoid, infeksi viral, dll. Oleh karena itu pemeriksaan
laboratorium sangat diperlukan untuk menambah kekuatan
diagnosis.
WHO mendefinisikan Malaria berat sebagai : ditemukannya
Plasmodium falsiparum bentuk aseksual dengan satu atau beberapa
komplikasi/manifestasi klinik berat, yaitu :
1. Gangguan kesadaran sampai koma (malaria serebral)
2. Anemia berat (Hb < 5 g%, Ht < 15 %)
3. Hipoglikemia (kadar gula darah < 40 mg%)
4. Udem paru / ARDS
5. Kolaps sirkulasi, syok, hipotensi ( tek. Sistolik < 70 mmHg pada dewasa dan < 50
mmHg pada anak-anak), algid malaria dan septikemia.
6. Gagal ginjal akut (ARF)
7. Jaundice (bilirubin > 3 mg%)
8. Kejang umum berulang ( > 3 x/24 jam)
9. Asidosis metabolik
10. Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit & asam-basa.
11. Perdarahan abnormal dan gangguan pembekuan darah.
12. Hemoglobinuria
13. Kelemahan yang sangat (severe prostration)
14. Hiperparasitemia
15. Hiperpireksia (Suhu > 40o C)
Seorang penderita malaria falsiparum uncomplicated/tanpa komplikasi dapat menjadi
berat dan complicated kalau tidak diobati secara dini dan semestinya.
Siapa saja yang beresiko untuk mendapat komplikasi berat ?
• Anemia Berat
– Disebabkan:
• Hemolisis sel darah merah oleh parasit
• Peningkatan kebutuhan selama kehamilan
• Hemolisis berlebihan menyebabkan defisiensi
folat
– Memburuk pada kehamilan 16-29 minggu
– Meningkatkan kesakitan dan kematian maternal dan
perinatal
KOMPLIKASI
• Hipoglikemia
– Berhubungan dengan:
• Peningkatan kebutuhan hiperkatabolisme
dan adanya infeksi parasit
• Sebagai respon kelaparan
• Peningkatan respon pankreas terhadap
rangsangan pengeluaran insulin sehingga
terjadi hiperinsulinemia dan hipoglikemi
– Dapat terjadi berulang monitor ketat
– Dapat menyebabkan fetal distress tanpa gejala
yang khas
KOMPLIKASI
• Supresi Imunitas
– Saling memperberat: kehamilan vs
malaria
– Infeksi sekunder:
• ISK
• Pneumonia
• Sepsis
• HIV
Interaksi Biologi HIV-Malaria
• HIV berhubungan dengan supresi imunitas:
– Malaria lebih banyak dan lebih buruk
– Menurunkan efikasi obat antimalaria
• Malaria berpengaruh pada replikasi HIV:
– Meningkatkan MTCT pada beberapa ibu hamil yang
mengalami immuno-compromised tanpa pemberian
ARV
– Tidak mempunyai pengaruh atau mencegah MTCT
pada ibu hamil yang immuno-competent
• Infeksi Malaria and HIV
– Pada ibu hamil meningkatkan risiko: anemia, IUGR,
BBLR, prematuritas. Efek buruk keduanya bersifat
sinergisme
Kriteria yang diperhatikan dalam
menentukan diagnosis mikroskopik malaria :
Pemeriksaan mikroskopik Parasit
Malaria (sediaan darah tebal / tipis)
a. Sediaan darah tebal : dihitung jumlah parasit setiap 200 leukosit ( eritrosit
sudah lisis )
Contoh : bila didapatkan 1500 parasit / 200 leukosit dan jumlah leukosit
8000/uL.
Hitung parasit = 8000/200 x 1500 parasit = 60.000 parasit/uL.
b. Sediaan darah tipis : plasmodium dihitung per 1000 eritrosit atau 10.000
eritrosit.
Contoh : bila didapatkan 50 parasit/1000 eritrosit = 5 % dan jumlah eritrosit
4.500.000/uL.
Hitung parasit = 4.500.000/1000 x 50 = 225.000 parasit/uL
Salah satu penilaian prognosis dapat
dilakukan berdasarkan hitung parasit, yaitu :
• Malaria
• Defisiensi besi (sering disebabkan infeksi cacing
tambang)
• Defisiensi folat
• Haemoglobinopathy, misal : penyakit sickle cell
• Defisiensi G-6-PD
• Infeksi HIV
• Anemia berat dalam kehamilan meningkatkan
resiko kematian maternal, fetal dan perinatal.
• Didaerah endemik, penyakit malaria sebagian
besar menyebabkan anemia berat pada
primigravida. Sedangkan di daerah non endemik,
anemia berat pada malaria sering terjadi dan
merupakan komplikasi yang sangat berbahaya
pada kehamilan.
Anemia sekunder yang berat pada malaria dalam
kehamilan timbul melalui 2 jalan :
1. Hemolisis akut :
- berkembang cepat
- Biasanya berespon baik terhadap therapi obat anti
malaria (OAM)
2. Parasitemia menetap dengan spenomegali kronik :
- Respon terhadap OAM : rendah, splenomegali
berkurang hanya sesudah pengobatan beberapa bulan.
-Berhubungan dengan “malarial hyperreactive
splenomegaly”
- Hanya pada derah transmisi tinggi.
Efek anemia berat akibat malaria pada kehamilan
(pada semua tingkat transmisi)
1. Terjadi gagal jantung :
• Segera setelah melahirkan.
• Dapat dipercepat oleh pemberian transfusi darah yang terburu-buru/cepat.
• Sangat sering terjadi terutama pada Hb < 4 g%.
2. Syok hipovolemia :
• Dapat disebabkan kehilangan darah sewaktu melahirkan (HPP).
• Sering disebabkan karena kehilangan darah yang relatif kecil (< 250 ml).
• Membutuhkan transfusi segera.
3. Meningkatkan kerentanan terhadap infeksi/faktor predisposisi untuk :
• Puerperal sepsis
• Pneumonia Staphylococcus
Gambaran klinik anemia berat pada kehamilan :
• Konjungtiva, lidah, kuku dan telapak tangan : pucat.
• Takikardi
• Splenomegali
• Nafas terengah-engah pada waktu istirahat
2. Malaria Serebral
Infeksi plasenta menurunkan persediaan oksigen dan glukosa untuk perkembangan janin, adapun
mekanismenya antara lain :
a. Mekanisme pemblokiran penebalan membran basal trofoblast.
b. Parasit di plasenta juga mengkonsumsi O2 dan nutrien-nutrien.
c. Pemindahan O2 yang rendah oleh eritrosit yang terinfeksi parasit di plasenta kepada janin.
Placental malaria
• Parasites
accumulate and
thrive in the
placenta
• Only affects
primigravidae in
areas of high
transmission
6. Sepsis Puerperal & Perdarahan Post Partum
75
RISIKO PADA JANIN
Berkurangnya Supply O2
IUFD
dan Glukosa ke janin
Infeksi Abortus
Plasental Lahir Mati
Abortus
Malaria Kongenital
Lahir Mati
Berkurangnya Supply O2
Anemia ke janin
Berat Lahir Mati
Anemia Janin
Abortus
Demam Lahir Mati
Tinggi
Lahir Prematur BBLR
1. BBLR (Berat badan lahir
rendah)
Didefinisikan sebagai : berat badan bayi < 2500 gram pada waktu
dilahirkan.
Malaria pada kehamilan mungkin menyebabkan BBLR pada > 50 %
kelahiran. Di Afrika, 1 dari 4 bayi menderita BBLR.
BBLR merupakan faktor resiko utama pada terjadinya kematian neonatal
dan bayi muda usia.
BBLR dapat terjadi pada semua tingkatan transmisi/endemisitas malaria,
terjadi terutama pada primigravida, yang disebabkan karena :
1. IUGR (Intra Uterine Growth Retardation), biasanya karena terjangkit
malaria sebelum usia kehamilan 20 minggu.
2. Prematurity(kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu), biasanya
karena terjangkit malaria pada usia kehamilan lanjut (trimester ketiga).
BBLR pada kehamilan dengan malaria:
Demam tinggi adalah gejala yang sering terjadi pada ibu hamil non-imun (di
area non-endemik) dengan malaria. Demam tinggi dapat merangsang
kontraksi uterus yang menyebabkan :
a. Abortus
b. Lahir mati
c. Kelahiran prematur
Abortus dan Lahir mati juga dapat disebabkan oleh :
- Infeksi berat plasenta.
- Anemia maternal, karena hipoksia janin selama kehamilan dan kelahiran.
- Intra uterine fetal malaria pada ibu non-imun.
Catatan : Kebijakan pengobatan malaria di Indonesia menghendaki hanya memakai klorokuin untuk kemoprofilaksis pada kehamilan.
• Apakah sebaiknya wanita di daerah endemik
rendah (low endemicity area) mendapat
pengobatan kemoprofilaksis ?
Bila sudah diputuskan untuk memakai kemoprofilaksis, pemilihan obat yang akan
dipakai sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan hal-hal dibawah ini :
• Resiko penyakit malarianya terhadap ibu dan janin
• Efek samping kemoprofilaksis terhadap ibu dan janin
• Mungkin kepatuhan minum obat
• Ketenangan / ketentraman para ibu hamil dalam memakai obat
• Harga obat
• Efikasi obat & resistensi
Kepatuhan minum obat yang rendah dapat disebabkan :
- Kegagalan mendatangi klinik ANC untuk menyuplai obat
- Rasa pahit sebagian besar OAM, yang mana :
– Tidak enak/tidak menyenangkan
– Oleh ibu-ibu dihubungkan dengan obat-obat tradisional yang dapat menyebabkan
abortus.
- Lupa dosis.
Intermittent Preventive
Treatment
94
Intermittent Preventive
Treatment
95
Intermittent Preventive Treatment:
WHO Recommendation
•All pregnant women should receive at least two
doses of IPT after quickening, during routinely
scheduled ANC visits (WHO recommends a
schedule of four visits, three after quickening)
•Presently, the most effective drug for IPT is
sulfadoxine-pyrimethamine (SP)
•Women should receive at least two doses of IPT
with SP at ANC visits after quickening, but no more
frequently than monthly
96
Intermittent Preventive
Treatment: Dose and Timing
97
Instructions for Giving Intermittent
Preventive Treatment
98
Instructions for Giving Intermittent
Preventive Treatment (cont’d.)
99
Intermittent Preventive Treatment:
Contraindications to Using SP
100
Chemoprophylaxis with Chloroquine:
For Women Allergic to Sulfa Drugs*
101
Harga obat :
Meflokuin
Proguanil
Pirimetamin kurang
Klorokuin mahal
Pemeriksaan & Pengobatan Ibu Hamil di Puskesmas Endemis Malaria:
Ibu hamil dg gejala malariaANC,Konseling&Screening Malaria dg RDT/Mikroskop
Complicated Malaria
Uncomplicated Malaria • Signs of uncomplicated
malaria PLUS one or
• Fever
more of the following:
• Shivering/chills/rigors • Dizziness
• Headaches • Breathlessness/difficulty
• Muscle/joint pains breathing
• Nausea/vomiting • Sleepy/drowsy
• False labor pains • Confusion/coma
• Sometimes fits,
jaundice, severe
dehydration
PENGOBATAN MALARIA BERAT DALAM KEHAMILAN
A. Penatalaksanaan umum :
1. Apabila tidak tersedia fasilitas yang memadai, persiapkan penderita
untuk dirujuk ketingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi yang
menyediakan perawatan intensif
2. Perhatian berlebih harus diberikan pada ibu hamil yang pertama
(primigravida) terhadap terjadinya hipoglikemia, udema paru,
malaria serebral, dan persalinan prematur.
3. Kontraksi uterus dan bunyi jantung janin harus dimonitor untuk
mengetahui :
– Kelahiran tanpa tanda-tanda/gejala (asymptomatic labour)
– Fetal distress
4. Sekali kelahiran sudah dimulai, maka adanya fetal distress/maternal
distress dapat merupakan indikasi untuk melakukan :
– Ekstraksi vakum
– Ekstraksi forseps
– Seksio Caesaria
5. Perawatan umum :
• Jaga jalan nafas dan mulut untuk tetap lowong untuk menghindari terjadinya
asfiksia, bila diperlukan beri oksigen (O2)
• Perbaiki keadaan umum penderita (beri cairan dan perawatan umum)
• Monitoring vital sign antara lain : keadaan umum, kesadaran, pernafasan, tekanan
darah, suhu, dan nadi setiap 30 menit (selalu dicatat untuk mengetahui
perkembangannya)
• Untuk konfirmasi diagnosis, lakukan pemeriksaan SD tebal. Penilaian sesuai
kriteria diagnostik mikroskopik.
• Bila hipotensi, tidurkan dalam posisi Trendenlenburg dan diawasi terus tensi,
warna kulit dan suhu, laporkan ke dokter segera.
• Buat / isi status penderita yang berisi catatan mengenai : identitas penderita,
riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit dahulu, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium (bila tersedia), diagnosis kerja, diagnosis banding,
tindakan & pengobatan yang telah diberikan, rencana tindakan/pengobatan, dan
lain-lain yang dianggap perlu (misal : bila keluarga penderita menolak untuk dirujuk
maka harus menandatangani surat pernyataan yang disediakan untuk itu). Catatan
vital sign disatukan kedalam status penderita.
• Kasus dirujuk ke rumah sakit bila kondisi memburuk
Obat anti malaria yang direkomendasi
KINA
• Aman digunakan pada semua trimester
kehamilan
• Tidak menyebabkan abortus dalam dosis terapi
• Pemberian IV untuk usia kehamilan > 30
minggu tidak menyebabkan kontraksi uterus /
(menginduksi partus) atau menyebabkan fetal
distress.
• Efek samping yang utama : hipoglikemia
Cara pemberian :
Cara I :
• Karena kematian dapat terjadi dalam 6 jam pertama, maka
diperlukan kadar yang ideal dalam darah secara cepat, yaitu :
• Loading dose/ dosis inisial : Kina HCl 25 % (perdrip) dosis 20 mg/Kg
BB dengan cara dilarutkan dalam dektrosa 5 % atau dextrose in
saline diberikan dalam 4 jam pertama dengan kecepatan konstan 2
ml/menit, 4 jam berikutnya istirahat (infus saja); kemudian 10 mg/Kg
BB setiap 8 jam (maintenance dose). Namun loading dose dipakai
bila penderita belum pernah mendapatkan pengobatan kina atau
meflokuin dalam 12 jam sebelumnya atau penderita yang riwayat
pengobatan sebelumnya diketahui dengan jelas.
• Berikan kemoterapi oral segera bila penderita sudah dapat minum,
Kina IV diganti dengan Kina tablet / per oral dengan dosis 10 mg/Kg
BB/ x dosis, pemberian 3 x sehari (dengan total dosis 7 hari dihitung
sejak pemberian loading dose).
Cara II :
• Kina HCL 25 % (perdrip), dosis 10mg/Kg BB atau
1 ampul (isi 2 ml = 500 mg) dilarutkan dalam 500
ml dextrose 5 % atau dextrose in saline diberikan
selama 8 jam dengan kecepatan konstan 2
ml/menit, diulang dengan cairan yang sama
setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
• Bila penderita sudah dapat minum, Kina IV diganti
dengan Kina tablet / per oral dengan dosis 10
mg/Kg BB/ x dosis, pemberian 3 x sehari (dengan
total dosis 7 hari dihitung sejak pemberian infus
perdrip yang pertama).
Itrarektal:
The intrarectal dose used in treatment trials in Africa
was either 12 mg/kg body weight quinine base (as
Quinimax ®, a cinchona alkaloid combination
containing 96.1% quinine, 2.5% quinidine, 0.68%
cinchonine, and 0.67% cinchonidine as gluconate
salts) every 12 h without a loading dose, or 8
mg/kg body weight every 8 h without a loading
dose. The retention and absorption of quinine is
dependent on pH
( Loading dose Mulai maintenance dose I Mulai maintenance dose II
4 Jam I ) 8 jam setelah loading dose 16 jam setelah loading dose
selama 4 jam selama 4 jam, dst
Jam ke 0 4 8 12 16 20 24
Bila transfusi darah merupakan indikasi (lihat tabel diatas), berikan pengobatan dengan obat anti malaria yang
direkomendasikan dan lakukan:
• Transfusi tukar (exchange transfusion), akan megoreksi anemia tanpa resiko overhidrasi.
• Transfusi secara perlahan-lahan (slow transfusion) akan mencegah overhidrasi, untuk itu :
• Berikan furosemide 1-2 ampul IV selama transfusi
• Volume transfusi dimasukkan kedalam catatan balans cairan sebagai intake.
2. Pengobatan malaria serebral
Penilaian : pada anak-anak < 3 dan pada dewasa < 9 dianggap batas tingkatan koma ( unrousable coma).
Penatalaksanaan pasien koma
• Selalu memakai prinsip ABC
( A=Airway, B=Breathing,
C=Circulation) + D=Drug.
Airway ( jalan nafas ) :
• Jaga jalan nafas agar selalu bersih/tanpa
hambatan, dengan cara :
• Bersihkan jalan nafas dari saliva, muntahan, dll
• Pasien posisi lateral
• Tempat tidur datar/tanpa bantal.
• Mencegah aspirasi cairan lambung, dengan
jalan :
- posisi lateral.
- pasang NGT dan aspirasi isi lambung.
Breathing (pernafasan) :
• Bila takipnoe, pernafasan asidosis :
berikan penunjang ventilasi , misal :
O2, dan rujuk ke ICU.
Circulation (kardiovaskular) :
• Periksa dan catat : Suhu, nadi, tensi, JVP, CVP (bila
memungkinkan), turgor kulit, dll.
• Jaga keseimbangan cairan : lakukan monitoring balans
cairan dengan mencatat intake dan output cairan secara
akurat.
Pemasangan kateter urethra dengan drainage/bag tertutup untuk
mengukur volume urin.
Bila fungsi ginjal baik, adanya dehidrasi atau overhidrasi dapat juga
diketahui dari volume urin. Normal volume urin : 1 ml/menit. Bila
volume urin < 30 ml/jam, mungkin terjadi dehidrasi ( periksa juga
tanda-tanda lain dehirasi ), maka tambahkan intake cairan melalui
IV-line. Bila volume urin > 90 ml/jam, kurangi intake cairan untuk
mencegah overload yang mengakibatkan udem paru.
b. Pengobatan simptomatik :
• Pemberian antipiretik untuk mencegah hipertermia :
parasetamol 10 mg/KgBB/x, dan kompres hangat.
• Bila kejang, beri antikonvulsan : Dewasa :
Diazepam 5-10 mg IV (secara perlahan jangan lebih
dari 5 mg/menit) ulang 15 menit kemudian bila
masih kejang. Jangan diberikan lebih dari 100
mg/24 jam.
Bila tidak tersedia Diazepam, sebagai alternatif
dapat dipakai Phenobarbital 100 mg IM/x
(dewasa) diberikan 2 x sehari.
3. Pengobatan hipoglikemia :
Hipoglikemia (kadar gula darah < 40 mg%) sering terjadi pada ibu hamil
baik sebelum maupun sesudah terapi Kina (kina menyebabkan
hiperinsulinemia). Penyebab lain diduga karena terjadi peningkatan
uptake glukosa oleh parasit malaria.
Tindakan :
• Berikan 50 – 100 ml Glukosa 40 % IV secara injeksi bolus
• Infus glukosa 10 % perlahan-lahan untuk maintenans / mencegah
hipoglikemia berulang.
• Monitoring teratur kadar gula darah setiap 4-6 jam.
1. Hipoglikemia
– Pemeriksaan gula darah pada waktu masuk rumah sakit dan lanjutan
(setiap 8-12 jam)
– Pemberian air gula atau dekstrose 40 %
– Pemberian kina : tidak memberikan dosis loading tetapi dosis 500
mg/8jam perdrip dengan larutan dekstrose 10 %.
2. Udema paru (sudah dijelaskan sebelumnya)
3. Malaria serebral (sudah dijelaskan sebelumnya)
4. Kegawatan janin
Percepat persalinan : tindakan forsep/vakum bila memenuhi
persyaratan atau seksio sesaria.
5. Malaria kongenital
Pemberian informasi kepada dokter/spesialis anak.
Case Management: Drug
Efficacy
Penurunan Diet
Kehamilan
kekebalan tubuh kurang
Defisiensi besi
MALARIA
Defisiensi folat
Partus Infeksi
Anemia
prematur plasenta
maternal
Morbiditas
BBLR
dan Mortalitas
Maternal
ANTE NATAL CARE
Scheduling and Timing of ANC
Visits
• Prevention of malaria:
– Intermittent preventive treatment (IPT)
– Use of insecticide-treated nets (ITNs)
– Other methods
• Other important issues to be discussed include:
– Nutrition
– Care for common discomforts
– Use of potentially harmful substances
– Hygiene
– Rest and activity
Summary of Health Education
Points
• Vaginal bleeding
• Difficulty breathing
• Fever
• Severe abdominal pain
• Severe headache/blurred vision
• Convulsions/loss of consciousness
• Labor pains before 37 weeks
Case Management: Drug
Efficacy
• Symptoms
– Fever
– Chills
– Headaches
– Muscle/joint pains
• Lab exam of blood from a finger prick
Fever during Pregnancy
• Uncomplicated
– Most common
• Complicated
– Life threatening, can affect brain
– Pregnant women more likely to get
complicated malaria than non-pregnant women
Recognizing Malaria in
Pregnant Women
Complicated Malaria
Uncomplicated Malaria
• Signs of uncomplicated
• Fever malaria PLUS one or
• Shivering/chills/rigors more of the following:
• Headaches • Dizziness
• Muscle/joint pains • Breathlessness/difficulty
breathing
• Nausea/vomiting
• Sleepy/drowsy
• False labor pains
• Confusion/coma
• Sometimes fits,
jaundice, severe
dehydration
Recognizing Malaria in
Pregnant Women (cont’d.)
• Tetracycline
• Doxycycline
• Halofantrine
• Primaquine
• Tafenoquine
Rekomendasi CDC
PUSKESMAS : . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
---------------------------------------------------------------------------------------
No. : .. . . . . . . . . . Kepada :
Hal : Rujukan Yth. . . . . . . . . . . . . . . . . .
Lamp. : RS ……………………….
Di . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dengan hormat,
Saat diberikan : . . . . . . . . . . . . .
Pengobatan tambahan : . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . ., tanggal . . . . . . . . ..
Salam sejawat,
(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
RUJUKAN BALIK : DARI RUMAH SAKIT KABUPATEN KE
PUSKESMAS
No. : .. . . . . . . . . . kepada :
Hal : Yth. TS . . . . . . . . . . . . . . .
Lamp. :
Di . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Dengan hormat,
Bersama ini kami kirimkan kembali penderita yang TS rujukkan .
Dengan Rekam Medis No. . . . . . . . . . . .. .., tanggal : . . . . . . .
Anamnesis :
Pemeriksaan fisik :
Diagnosis :
Anjuran :
(. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .)
TERIMA KASIH