Anda di halaman 1dari 31

Percutaneous

Transluminal
Coronary
Angioplasty

Oleh :
Emilza Maizar
Ilona Veronika Munte
Nenden Supriatin
PENDAHULUAN

 Angioplasty koroner juga dikenal sebagai percutaneus


transluminal koroner angioplasty (PTCA), mulai dikenal sejak
tahun 1977 oleh DR. Andreas Gruentzig. Pada saat itu, PTCA
hanya dilakukan dengan menggunakan sebuah balon
sederhana.

 Seiring dengan adanya kemajuan iptek yang sangat pesat di


bidang teknologi kateter, balon, alat-alat baru seperti stent,
obat-obatan, imaging modality (X-ray) dan pengalaman
operator, prosedur PTCA semakin banyak menjadi pilihan.

 Selama jarak waktu dilakukannya prosedur lumen arteri


koroner menjadi lebar, nama prosedur ini berubah menjadi
percutaneus coronary intervention (PCI).
PENGERTIAN
(Percutaneus Translulminal Coronary Angioplasty)

P :Percutaneus artinya akses jalan menuju pembuluh


darah dibuat melalui kulit
T :Transluminal artinya prosedur ini dilakukan di dalam
pembuluh darah
C :Coronary artinya khusus arteri koroner yang
dilakukan tindakan
A :Angioplasty artinya memperbaiki (to reshape)
pembuluh darah dengan mengembangkan balon, dapat
juga disebut sebagai ‘ballon treatment’ dikarenakan
balon khusus digunakan untuk PTCA merupakan
prosedur intervensi yang sangat simple. Tindakan ini
dapat dilakukan segera setelah kateterisasi jantung.
Indikasi
 Simtomatis (angina tidak hilang dengan terapi medis)
 Asimtomatik tetapi dengan stenosis berat
 Penyumbatan arteri koroner berat (misal ; oklusi
total/stenosis berat ≥ 50 %, multi vessel disease,
infark miokardium yang baru dan lanjut, stenosis
arteri koroner post bypass)
 Pada penutupan mendadak dari diseksi sesudah PTCA
dan risiko tinggi kolaps
 Restenosis setelah tindakan PTCA
 Pasien yang dicalonkan pembedahan dengan risiko
tinggi
Kontra Indikasi
 Adanya disfungsi ventrikel yang berat.
 Adanya spasme koroner.
 Stenosis ringan (< 50%)
 Ateroma difusi pada tandur
 Bukti adanya diseksi atau trombosis
sebelumnya
Persiapan Pasien
Kaji tingkat kecemasan pasien
Hospitalisasi 1 hari sebelum tindakan.
Surat persetujuan tindakan
Ukur berat badan dan tinggi badan
Ukur TTV & rekam EKG
laboratorium : enzim jantung, elektrolit, PT, BT, CT, UR, CR,
BUN dan HBsAg.
Puasakan 4-6 jam sebelum tindakan.
Cukur lokasi pungsi 2 jam sebelum tindakan.
Pasang IV line dengan abocath 20.
Pasang dower kateter pada wanita dan condom kateter pada
pria
Kaji riwayat alergi terhadap obat- obatan dan atau makanan
laut.
Pemberian terapi 1 hari sebelum tindakan meliputi : obat
antikoagulan/anti trombosit, vasodilator,agen-agen kalsium
bloking.
Anastesi
Injeksi subcutan Xylocaine 2% 3-5 cc diberikan terlebih
dulu sebelum punksi. Diberikan secara perlahan-lahan,
masukkan jarum sejajar dengan kulit.
Prosedur selama Tindakan
 Pasien diletakan diatas meja khusus (x-ray)
 Area yang akan dipunksi dibersihkan dengan zat antiseptik.
 Dokter menyuntikan anastesi lokal pada area yang akan
dipunksi (pangkal paha/radial tangan).
 Peralatan monitor jantung ditempatkan pada lengan dan
kaki, pasien kemudian diberikan oksigen.
 Kateter angioplasty dimasukkan pada area yang telah
disiapkan. Jalan masuk menuju arteri femoral pada kaki
(atau jarang biasanya pada arteri radial atau brachial
tangan) dibuat dengan menggunakan alat yang disebut
jarum introducer. Prosdedur ini sering disebut jalan masuk
percutaneous.
 Kketika jalan masuk kedalam arteri telah tercapai, sebuah
sheat introducer ditempatkan untuk tetap membuka arteri
dan mengontrol perdarahan
Prosedur selama Tindakan
 Melalui sheath ini, kateter guide dimasukkan. Melalui kateter
guide zat radiopague (iodin) diinjeksikan kedalam arteri
koroner, sehingga keadaan dan lokasi sumbatan dapat
diketahui dengan menggunakan visualisasi x-ray.
 Ketika balon dikembangkan, dapat terasa nyeri dada,
berdebar-debar atau pusing, sensasi tersebut merupakan hal
yg normal dikarenakan tertutupnya aliran darah dlm arteri,
hal ini biasanya berlangsung kurang dari 1 menit dan bila
nyeri bertambah berat balon dapat dikempiskan dengan
segera dan nyeri akan berkurang, pada saat itu juga pasien
akan diminta menarik nafas dalam & juga batuk untuk
beberapa detik.
 Selama dilakukan visualisasi x-ray, kardiolog memperkirakan
ukuran arteri koroner dan memilih tipe kateter balon dan
kateter guider koroner yang akan digunakan. Heparin
digunakan untuk mencegah pembentukan bekuan darah dan
mempertahankan aliran darah.
Prosedur selama Tindakan
 Sementara kateter guide diletakkan, ujung kateter balon
angioplasty dimasukkan dibelakang kawat guide. Kateter
angioplasty scr perlahan didorong maju hingga balon yg
dikempiskan masuk ke dlm arteri yg tersumbat.
 Balon kemudian dikembangkan beberapa kali dg tekanan
tertentu (biasanya dimulai dg tekanan 1-2 atm yg kmd scr
bertahap hingga 8-20 atm, yg disesuaikan dg jenis balon yg
digunakan). Balon dikembangkan slm ½-2 menit, kmd balon
dikempiskan & ditarik kembali utk diambil gambar & dilihat
seberapa banyak sumbatan yg tersisa.
 Jika setelah balon dikembangkan, arteri kembali menyempit
maka stent dapat ditempatkan untuk menjaga posisi arteri
tetap terbuka dari dalam
 Setelah sumbatan telah yakin terbuka dan aliran darah
dalam arteri lancar prosedur dihentikan.
Risiko dan Komplikasi
 Angina
 Aritmia
 Perdarahan pada area yang dipunksi
 Reaksi allergi terhadap zat kontras :
hipotensi
 Reoklusi
 Serangan jantung, stroke
 Ruptur arteri (diseksi)
 Kerusakan ginjal
 Kematian
PTRA
Pengertian
PTRA (percutaneous transradial angioplasty) adalah suatu
prosedur invasif dengan memasukan kateter ke dalam
pembuluh darah arteri melalui arteri radialis untuk membuka
sumbatan dengan mengembangkan balon.

Indikasi pasien untuk PTRA


 Secara klinis stabil
 Arteri radial yang besar
 Ukuran dan bentuk cabang aorta dalam batas normal
 Ukuran arteri koroner normal
 Penyakit arteri koroner yang terbatas
 Hemodinamik stabil
Indikasi pasien Persiapan
untuk PTRA
 Pengkajian kualitas arteri
 Tidak adanya penyakit radial
arteri perifer  Inform consent, beritahu
 Allent tes positif pasien ketidaknyamanan saat
pemasukan dan pelepasan
sheath.
 Pemberian sedatif
 Gelang, jam, cincin
dilepaskan dari pergelangan
dan tangan.
 Cukur dan disinfeksi
pergelangan tangan
 Pasang IV line pada tangan
kiri, pertahankan tangan
kanan bebas.
Punksi
 Ketika jarum memasuki  Kemudian masukkan
lumen pembuluh darah, guidewire kecil
darah akan terlihat  Buat insisi kecil
masuk.  Masukkan sheath
 Selanjutnya kanul palstik
dimasukkan.
 Keluarkan jarum sedikit
untuk menahan
perdarahan
 Kemudian keluarkan
jarum, pada waktu jarum
ditarik darah akan
menyembur keluar.
SHEATH STENT
 Sheath panjang : 20-23
 Stent adalah sebuah pipa
cm kawat logam berlubang
yang digunakan untuk
 Sheath pendek : 5-10 menjaga terbukanya arteri
cm. selama angioplasty.
 Ukuran sheath : 4F - 8F  Drug eluting stent (DES)
merupakan stent yang
dilapisi obat, dimana ketika
ditempatkan di arteri stent
tersebut melepaskan obat-
obat tertentu yaitu 3 obat
(sirolimus, everolimus, &
paclitaxel).
 Tipe stent ini dapat
mencegah restenosis arteri
dan telah dibuktikan aman
serta efisien.
HEMOSTASIS

Hemostasis dimulai sejak sheath dicabut.


Pertahankan tekanan diatas sheath untuk
mencegah adanya pergeseran, jika tidak
teraba adanya pergeseran maka sheath
dicabut
HEMOSTASIS
 Teknik klasik
 OLGV style 2004
 TR-band
 RadStat
 Hemoband
 Radistop
 Stepty-P
 Adapty
 Tometakun
Prosedur pencabutan sheat
dan nichiban
Pada Sheat :
 4 jam post tindakan cek ACT, bila hasil kurang dari 100 sheat
di aff oleh dokter
 Pakai sarung tangan steril, cabut sheat dan lakukan
penekanan selama 10-15 menit.
 Monitor tanda-tanda vital.

 Bila darah sudah tidak keluar pasang balutan dan bantal pasir

 6 jam post aff sheat pasien boleh mobilisasi

Pada Nichiban :
 Baca intruksi di bagian atas nichiban yang terpasang guna
melihat jam pencabutan nichiban.
 Cuci tangan
Prosedur pencabutan sheat
dan nichiban

Pada Nichiban :
 Pakai sarung tangan tidak steril.

 Letakan tangan kiri diatas nichiban dan beri sedikit


penekanan dengan kuat.
 Buka plester nichiban dgn tangan kanan perlahan-lahan
sambil memperhatikan aliran darah yg keluar dari luka
insisi, bila terjadi perdarahan pasang kembali nichiban &
plester utk mencegah plester nichiban terlepas.
 Bila tidak terjadi perdarahan lanjutkan membuka nichiban.
Letakan nichiban yang sudah dibuka dalam bengkok .
 Letakan kasa ukuran 4x4 di atas luka insisi dengan
menggunakan tangan kiri dan tekan dengan kuat.
Prosedur pencabutan
sheat dan nichiban
Pada Nichiban :
 Pasang plester elastik dgn tangan kanan, posisi tangan kiri

tetap menekan kasa diatas luka insisi dgn kuat.


 Lakukan penkes pada pasien :

 Beri tahu perawat atau dokter bila terjadi keluhan

 Buka plester & ganti dg tensoplast/sejenisnya stlh 12 jam

pemasangan plester.
 Anjurkan pasien utk tdk membebankan tangan kanan dg

benda yg berat.
 Ajarkan pasien utk menangani perdarahan dg penekanan lokal,

mengencangkan tornikuet, panggil bantuan ahli.


PERAN PERAWAT DALAM
ANGIOPLASTI
Sebelum Tindakan :
Menyiapkan segala alat-alat yang diperlukan.
Menyiapkan pasien di meja tindakan.
Memasang monitor.
Menyiapkan area yang akan ditusuk dengan betadin.
Memasang duk steril.
Menyiapkan alat-alat untuk advanced cardiac life
support dan obat-obat emergency.
Menyiapkan alat-alat emergency seperti defibrilator
dan pace maker.

Selama Tindakan :
Mengobservasi dan berkomunikasi dengan pasien
secara intermiten dan melaporkan kepada dokter
adanya perubahan status dan hemodinamik pasien.
PERAN PERAWAT DALAM
ANGIOPLASTI
Selama Tindakan :
Memonitor EKG dan tekanan arteri secara konstan
dan mengetahui perubahan-perubahan yang bisa
menyertai pada pemberian obat-obatan, gejala iskemi
atau nyeri dada.
Mengobservasi tanda-tanda dan gejala-gejala alergi
terhadap zat kontras seperti urtikaria, kemerahan,
mual dan spasme laring.
Melibatkan pasien dalam asuhan keperawatan dalam
tindakan pencegahan perdarahan pada tempat
pungsi.

Setelah Tindakan :
Awasi tanda dan gejala iskemi miokard, angina,
perubahan EKG (elevasi ST segment atau gelombang
T inverted), dysritmia, hipotensi dan mual.
PERAN PERAWAT DALAM
ANGIOPLASTI
Setelah Tindakan :
Evaluasi sirkulasi perifer dengan mengawasi warna
atau suhu kulit perifer, kualitas pulsasi dorsalis pedis
dan tibialis posterior pada teknik perkutan pada
femoral karena introduser sheat tidak dikeluarkan
segera setelah PTCA.
Rehidrasi cairan sesuai dengan output dan
penggunaan zat kontras untuk menghindari dehidrasi
akibat osmotik diuretic.
Awasi area distal dan tempat pungsi, cek pulsasi
setelah sheat dikeluarkan, lapor segera pada dokter
jika ada perubahan yang bisa menunjukkan
perdarahan, letakkan atau pasang bantal pasir di
atas tempat pungsi untuk mencegah perdarahan dan
hemostasis.
PERAN PERAWAT DALAM
ANGIOPLASTI
Setelah Tindakan :
Pertahankan area punksi tetap lurus & kepala TT tdk
lebih dari 45 & bed rest slm 6-8 jam stlh pencabutan
sheat utk membantu hemostatis.
Periksa PT dan enzim jantung.
Informasikan tentang :
 Pasien harus minum obat secara teratur
 Pasien tdk boleh mengangkat beban terlalu berat,
yaitu > 5 kg slm 6 hr pd tangan kanan & 10 kg bila
dilakukan dari lipat paha utk menghindari resiko
terjadi hematom/perdarahan.
 Tetap menjaga pola hidup sehat : olah raga
teratur, diet makanan rendah kolesterol, tdk
merokok, menghindari stress, rutin konsultasi/
kontrol ke dokter.
OBAT-OBATAN
Obat-obatan yang diberikan setelah tindakan adalah :
 Aspirin 160 mg 1x/hari
 Dipiridamol 25-75 mg 2x/hari
 Nifedipin 10 mg atau Diltiazem 30 mg 3x/hari
 Nitrat 5-40 mg 3x/hari

PEMULANGAN
Kriteria Pasien dipulangkan :
 Hasil angioplasty bagus
 Secara klinis stabil
 Tidak ada komplikasi
 Prosedur : oklusi mayor SB, nyeri menetap, perubahan ECG
menetap, aritmia berat.
 Post prosedur 4-6 jam observasi : cardiac, vascular
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Prosedur
1. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang prosedur
PTCA, lingkungan perawatan akut dan kemungkinan
pembedahan.
 Berikan pasien penjelasan mengenai prosedur dan
perawatan post prosedur
 Jelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan sebelum
tindakan : x-ray, lab, ECG
 Libatkan keluarga/orang terdekat dalam proses
penyuluhan/penjelasan prosedur
 Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

2. Gangguan rasa nyaman : nyeri dada b/d iskemia miokard.


 Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri
 Kaji keluhan nyeri dada, lokasi, durasi dan skala nyeri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Anjurkan relaksasi nafas dalam
 Rekam ECG 12 lead
 Observasi TTV
 Berikan lingkungan yang nyaman
 Kolaborasi : pemberian terapi anti angina, pemeriksaan
lab enzim jantung, pemberian O2

Post Prosedur
1. Risti defisit cairan tubuh b/d sensitivitas ginjal terhadap
zat kontrast, pembatasan intake cairan atau terapi
vasodilator.
 Kaji dan catat tanda dan gejala hipovolemia (penurunan
BP, haluaran urin, keluhan haus, dll)
 Perikasa Cr, BUN dan elektrolit bila tidak normal lapor
dokter
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Monitor & catat intake/output cairan dalam 24 jam
 Berikan cairan secara oral dan melalui IV
 Kolaborasi terapi diuresis

2. Risti defisit cairan : hemoragik b/d pembentukan bekuan


darah yang lambat, terapi trombolitik dan antiplatelet
 Observasi TTV
 Observasi area punksi terhadap tanda perdarahan,
hematoma
 Imobilisasikan area yang dilakukan punksi
 Berikan bebat tekan atau tekanan pada area punksi
 Lakukan cek koagulasi : ACT
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Risti defisit perubahan perfusi perifer b/d hematoma,
pembentukan trombus
 Palpasi kekuatan nadi distal pada sisi punksi

 Kaji ekstremitas distal sampai sisi punksi arteri terhadap


kulit dingin, pucat, belang, sianotok, kesemutan, kebas
dan nyeri
 Pertahankan tekanan balutan pada sisi punksi arteri

 Pertahankan ekstremitas yang dipunksi tetap lurus

4. Risti perubahan perfusi jaringan serebral b/d intracranial


hemoragik skunder terhadap terapi trombolitik.
 Kaji tingkat kesadaran pasien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Kaji fungsi motorik : kemampuan untuk menggerakan
seluruh tubuh ekstremitas dengan kekuatan seimbang

5. Risti penurunan CO b/d aritmia


 Rekam irama dasar ECG
 Observasi TTV,
 Selama dan setelah prosedur secara kontinu kaji dan
catat : TD, HR, RR dan irama EKG
 Pertahankan IV line
 Berikan obat anti aritmia sesuai indikasi
 Sediakan TPM atau pacu jantung eksternal Palpasi
kekuatan nadi distal pada sisi punksi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
6. Risti perubahan perfusi jaringan miokardial b/d reoklusi
arteri koroner Risti penurunan CO b/d aritmia
 Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan
segera
 Rekam ECG 12 lead

 Observasi TTV

 Evaluasi berat dan lokasi angina

 Pertahankan IV line

 Kolaborasi untuk terapi anti angina, trombolitik dan anti


koagulan.

Anda mungkin juga menyukai