Ketua : Christy
Ano
Kierra
Nicole
Stephanie
Literasi membaca (tesis)
Literasi membaca memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini berdasarkan survei yang
dilakukan Program for International Student Assessment (PISA)
yang di rilis Organization for Economic Co-operation and
(tesis) Development (OECD) pada 2019. Total jumlah bahan bacaan
dengan jumlah penduduk Indonesia memiliki rasio nasional 0,09.
Artinya satu buku ditunggu oleh 90 orang setiap tahun,
sehingga Indonesia memiliki tingkat terendah dalam indeks
kegemaran membaca.
Literasi membaca (pro)
Literasi membaca yang ada pada zaman sekarang apalagi pada masa pandemi ini adalah literasi membaca
menggunakan gadget seperti menggunakan E-Book. Salah satu alasan mengapa literasi menggunakan
gadget lebih mudah adalah karena jika kita tidak bisa membeli buku yang diinginkan dapat dilihat melalui
versi e-book sehingga membawa untung bagi kita karena kita tidak harus menghabiskan uang
Literasi membaca
(pro)
Nina Mutmainah Armando, dosen komunikasi
yang termasuk bersahabat dan rajin berkutat
dengan media digital. Menurut dia, bila
berkaitan dengan informasi ilmiah, nonfiksi,
dunia maya banyak menambah wawasan. Tapi
untuk membaca novel, cerita-cerita fiksi, dia
memilih kembali ke media konvensional alias
buku. Membaca novel Harry Potter di kursi
goyang sambil santai, kenikmatannya lebih
didapat serius di depan layar. "Kalau novel,
saya belum bisa menikmati membaca dari layar
ke layar, lebih baik kembali ke buku.‘’ Bahkan,
dengan kemudahan iPad yang ringan dan
mudah dibawa-bawa ke mana sekali pun.
Literasi membaca
(Kontra)
Anak remaja sekarang pada budaya membaca sudah jarang
pada buku secara langsung karena seiring perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang banyak gadget
yang digunakan sebagai pengganti buku misalnya lebih
senang membaca situs atau pada aplikasi seperti
wattpad,line,wa, facebook, dsb. Dengan adanya gadget
untuk membaca, anak remaja sekarang lebih bergantung
dengan gadget dibandingkan dengan membaca buku secara
langsung
Literasi membaca
(Kontra)