Anda di halaman 1dari 30

“ANALISIS

PRODUK
ANTANGIN”
NAMA : ROSNIDAR SUMARDI
NIM : N012211019
PENDAHULUAN
Antangin sebagai obat masuk angin yang berbentuk kaplet baru muncul pada tahun 1970
dengan nama Antangin masih belum digarap dengan benar dan ditangani secara serius
bersamaan dengan pembaharuan manajemen pada tahun 1997. Setelah cukup berhasil dengan
Antangin dalam bentuk kaplet, sejak Januari 2003 PT. Deltomed Laboratories meluncurkan
Antangin cair dengan kemasan yang sama-sama berwama kuning juga desain kemasan yang tak
jauh berbeda dengan Tolak Angin. Berbeda dengan Tolak Angin, Antangin dikemas dalam kotak
karton yang berisi 10 sachet. Namun, masing-masing sachet juga berisi 15 ml seperti pada Tolak
Angin
Antangin adalah produk herbal yang bermanfaat untuk mengatasi masuk angin, mual, perut
kembung, badan meriang, serta kelelahan. Antangin dijual bebas di apotek atau supermarket
dalam bentuk sirop, tablet, dan permen. Ada berbagai macam produk Antangin yang tersedia
di Indonesia, yaitu antangin JRG, Antangin Mint, Antangin Junior, Antangin JRG + Jahe Merah,
permen Antangin, Antangin Habbatussauda, dan Antangin Good Night. Varian antangin ini
memiliki bahan atau kandungan utama yang sama yakni Jahe (Zingiber officinale), daun mint,
daun sembung, ginseng, royal jelly, dan madu
PERUSAHAAN INDUSTRI YANG
MEMPRODUKSI
PT. Deltomed Laboratories merupakan salah satu industri yang telah berhasil mengembangkan
obat yang menggunakan bahan baku tanaman asli Indonesia. Beberapa produk yang
terkenal diantaranya tablet dan sirup yang digunakan untuk mengatasi masuk angin, obat
batuk dan pelangsing tubuh. Industri yang besar ini bermula dari industri rumah tangga yang
didirikan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun 1969. Adapun nama “Deltomed”
diambil dari kata “delto” nama latin tanaman tabat yakni Ficus deltoidea dan kata “med”
yang berarti medicine atau obat .

Pada tanggal 30 April 1976, lokasi pabrik dipindahkan ke areal seluas 1 hektar di Wonogiri, Jawa
Tengah. Pertimbangan pemindahan lokasi produksi ke daerah Wonogiri adalah selain karena
daerah ini merupakan sentra pembuatan jamu tradisional,area ini juga lebih luas, bahan baku
dapat diperoleh dengan mudah, ketersediaan tenaga kerja dalam jumlah yang mencukupi serta
dapat membantu program pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat
KANDUNGAN ANTANGIN
Kandungan dari Antangin : Tiap 15 ml terdiri dari bahan-bahan berkhasiat
1) Zingiberis rhizome 7,336 mg
2) Royal Jelly 0,525 mg
3) Panax Ginseng Extract 1,05 mg
4) Blumeae folia 2,445 mg
5) Mentahe folia 4,89 mg
6) Mel depuratum (Madu) 9,75 mg
Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Regnum : Plantae
Jahe banyak mengandung berbagai fitokimia
Divisi : Spermatophyta dan fitonutrien. Beberapa zat yang
Subdivisi : Angiospermae terkandung dalam jahe adalah minyak atsiri
2-3%, pati 20-60%, oleoresin, damar, asam
Kelas : Monocotyledonae organik, asam malat, asam oksalat, gingerin,
gingeron, minyak damar, flavonoid, polifenol,
Ordo : Zingiberales
alkaloid, dan musilago. Minyak atsiri jahe
Famili : Zingiberaceae mengandung zingiberol, linaloal, kavikol, dan
geraniol.
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber officinale Rosc.
Manfaat Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Sebagai bahan obat herbal, jahe memiliki khasiat untuk mencegah dan mengobati berbagai
penyakit, seperti : rematik, mualmual, mabuk perjalanan, batuk, pegal-pegal, kepala pusing,
sakit saat menstruasi, nyeri lambung, asma, nyeri otot, impoten, kanker, diabetes, penyakit
jantung, bronchitis, osteoarthritis, flu, demam, gangguan pencernaan, Alzheimer dan lain-lain.
Khasiat ini disebabkan oleh kandungan minyak atsiri dengan senyawa kimia aktif dalam jahe,
Cara Sintesis Jahe (Zingiber officinale
terutama zat gingerol dan oleoresin

Rosc.)
Jahe dibersihkan dari kotoran, kemudian diiris tipis dan dikeringkan dengan cara
dianginanginkan. Jahe kering dihaluskan sampai ukuran 40 mesh. Kemudian memasukkan
bubuk jahe dan pelarut etanol 70% sesuai dengan perbandingan ke dalam ekstraktor dan
diekstraksi dengan suhu dan waktu sesuai variabel. Hasil ekstraksi dipisahkan dengan Rotary
Vacuum Evaporator pada suhu 40°C dan tekanan 5 bar. Destilat yang keluar merupakan
oleoresin dan kemudian dianalisis meliputi indeks bias, berat jenis, % rendemen dan % gingerol
Analisis Kualitatif Kandungan Jahe (Zingiber officinale Rosc.)
Uji kualitatif terhadap senyawa oleoresin dalam jahe menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis.
Identifikasi kualitatif menggunakan metode KLT dilakukan dengan cara mengaktifkan plat KLT dengan cara
dioven selama 3 menit kemudian membuat garis atas dan garis bawah pada KLT. Selanjutnya, membuat
fase gerak toluene: etil asetat (90:10) didalam chamber dan dilakukan penjenuhan menggunakan kertas
saring, totolkan sampel oleoresin pada plat KLT, masukkan dalam chamber yang berisis fase gerak
kemudian tunggu sampai eluen naik pada batas atas plat KLT, terakhir bercak yang muncul diamati di
bawah sinar UV dengan Panjang gelombang 254 nm

Analisis Kuantitatif Kandungan Jahe (Zingiber officinale Rosc.)


Untuk uji kuantitatif atau menentukan kadar oleoresin pada jahe digunakan metode Spektrofotometri UV-
Vis. Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat kimia
berdasarkan sifat absorbansinya terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prosedur ini terdiri dari 5 tahap
yaitu pembuatan larutan blanko, Pembuatan larutan baku konsentrasi 1000 ppm, Penentuan panjang
gelombang, Pembuatan larutan seri konsentrasi 100 ppm, dan penetapan kadar oleoresin dalam ekstrak
jahe.
Analisis Instrumen
Analisis kandungan oleoresin pada jahe menggunakan instrument Spektrofotometri UV-Vis.
Susunan peralatan Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar meliputi sumber radiasi/cahaya,
monokromator, sel absorpsi, detector, dan pencatat/recorder.
Prinsip kerja alat Spektrofometer Ultra-violet dan Sinar Tampak dimana suatu sumber cahaya;
dipancarkan melalui monokromator. Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber
cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu
zat tertentu yang menunjukkan bahwa setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang
maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi cahaya/energi radiasi diteruskan dan diserap
oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap
oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor, yang mana signal elektrik ini
sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang
dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka
Daun mint (Mentha arvensis L.)
Regnum : Plantae
Mentha spp. termasuk family Labiatae yang
Devisi : Magnoliophyta memiliki kandungan bahan aktif, aroma yang
Sub Devisi : Angiospermae khas. Pada penggunaanya terdapat tiga jenis
spesies yang terkenal, Tiga spesies ini antara
Kelas : Dicotyledonae lain: Mentha arvensis merupakan penghasil
mentol dan minyak mentha Jepang, jenis
Ordo : Tubiflorae
kedua yaitu Mentha piperita yang
Famili : Lameaceae/Labiatae menghasilkan minyak peppermint atau true
mint, dan jenis ketiga ada Mentha spicata
Sub Famili : Lamioideae yang menghasilkan minyak spearmint, dengan
pangsa pasar dunia masing-masing mencapai
Genus : Mentha
75 %, 18 % dan 7 %
Species : Mentha arvensis L.
Manfaat Daun mint (Mentha arvensis L.)
Daun mint bermanfaat sebagai antibakteri untuk mengatasi kesehatan organ mulut dan gigi
serta merangsang produksi air liur. Selain itu, daun mint mengatasi masalah pernapasan dan
peradangan, meningkatkan kerja sistem pencernaan, mencegah heartburn, meringankan rasa
mual dan kembung, merelaksasikan kerja otot polos di perut sehingga terhindar dari kram otot.
Daun mint banyak dimanfaatkan dalam industri farmasi, rokok, makanan antara lain untuk
pembuatan pasta gigi, minyak angin, balsam, kembang gula dan lain-lain

Cara Sintesis Daun mint (Mentha arvensis L.)


Daun peppermint yang telah disortasi kemudian dikeringkan menggunakan cabinet drying dengan suhu
40°C selama 20 jam. Daun peppermint kering ditepungkan menggunakan blender. Kemudian daun
peppermint diayak menggunakan ayakan no. 60 mesh. Selanjutnya di maserasi selama 24 jam
menggunakan pelarut methanol. Kemudian di ekstrak menggunakan microwave assisted extraction (MAE).
Larutan daun peppermint disaring dengan vaccum buchner filtration menggunakan kertas saring whatman
no. 1, kemudian endapan dan filtrat dipisahkan. Filtrat daun pepermint kemudian di waterbath pada suhu
69°C selama 16 jam. Kemudian didapatkan ekstrak kental daun peppermint, selanjutnya dilakukan
pengujian kandungan senyawa total fenolik, flavonoid dan aktivitas antioksidan
Analisis Kualitatif Kandungan Daun mint (Mentha arvensis L.)
Uji kualitatif dilakukan melalui uji penapisan fitokimia pada ekstrak daun mint untuk mengetahui
golongan metabolit sekunder apa saja yang terdapat di dalam sampel. Uji penapisan dilakukan
secara kualitatif dengan menggunakan reagen tertentu. Hasilnya mengandung flavonoid, steroid,
saponin, tanin, minyak atsiri, alkaloid, dan kuinon

Analisis Kuantitatif Kandungan Daun mint (Mentha arvensis L.)


Untuk uji kuantitatif menggunakan metode Spektrofotometri FTIR. Serbuk yang telah halus dipreparasi
dengan metode pelet KBr dan dianalisis dengan metode FTIR, kemudian data spektrum yang didapat
dianalisis dengan metode kemometrik menggunakan Principal Component Analysis (PCA) untuk
mendapatkan profil fingerprint FTIR.
Analisis Instrumen
Spektroskopi FTIR merupakan suatu teknik analisis yang cepat, sederhana dan non-destruktif
dengan seluruh sifat kimia dalam sampel dapat ditelusuri dan dimunculkan pada spectra. FTIR
dilakukan pada kisaran gelombang inframerah tengah (bilangan gelombang 4000 – 400 cm -1).
Analisis FTIR digunakan untuk melihat spektrum serapan masingmasing sampel dimana data
serapan yang terdeteksi pada bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1 dianalisis dengan
kemometrik untuk melihat perbedaannya. Pengukuran masing-masing sampel dilakukan
sebanyak tiga kali pengulangan untuk mengetahui data bilangan gelombang untuk dianalisis
secara kemometrik. Kemometrik digunakan untuk memilih atau merancang prosedur dan
pengujian yang optimal, serta untuk menarik informasi kimia sebanyak-banyaknya dari suatu
data kemudian data disederhanakan untuk memudahkan pembacaan pada suatu instrument.
Ginseng (Talinum paniculatum
Gaertner.)
Regnum : Plantae
Secara umum, tanaman ginseng jawa
Division : Magnoliophyta memiliki kandungan zat kimia antara lain
Class : Magnoliopsida adalah saponin, flavonoid, dan tannin. Secara
farmakologis akar tanaman ginseng jawa juga
Ordo : Caryophyllales mengandung senyawa-senyawa kimia yang
bersifat androgenic.
Family : Portulacaceae
Genus : Talinum
Species : Talinum paniculatum Gaertner.
Manfaat Ginseng (Talinum paniculatum
Gaertner.)
Bagian tanaman ginseng jawa yang dapat digunakan sebagai obat adalah akar dan daun. Akar
ginseng jawa dapat dimanfaatkan sebagai tonikum, kebugaran tubuh, menghilangkan lelah,
berkeringat dingin, pusing, aprodisiaka, batuk dahak, radang paru-paru, diare, banyak kencing,
haid tidak teratur dan keputihan. Daun ginseng dapat digunakan untuk meningkatkan produksi
ASI, meningkatkan nafsu makan, sebagai obat bisul, aprodisiaka (obat kuat).

Cara Sintesis Ginseng (Talinum paniculatum Gaertner.)


Akar ginseng jawa diiris-iris tipis kemudian dikeringanginkan. Irisan kering akar ginseng jawa dan kemudian
dihaluskan hingga diperoleh serbuk. Serbuk akar ginseng baik akar ginseng jawa maupun ginseng korea
ditimbang kemudian direndam (dimaserasi) pada suhu kamar dengan pelarut metanol. Maserasi diulang-
ulang. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring dan diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sehingga
didapat ekstrak kental metanol. Ekstrak kental metanol yang diperoleh ditimbang
Analisis Kualitatif Kandungan Ginseng (Talinum paniculatum Gaertner.)
Identifikasi kualitatif kandungan senyawa aktif dalam infus akar ginseng merah dapat dilakukan dengan uji
tabung dan dilanjutkan dengan analisis secara KLT. Analisis kualitatif secara KLT menggunakan fase diam
silika gel GF 254 dan fase gerak kloroform : metanol : air (64 : 50 : 10) v/v. Dengan analisis secara KLT dapat
ditentukan kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam infus akar ginseng merah. Kandungan kimia akar
ginseng merah meliputi anthocyanin, ascorbic-acid, beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid,
niacin, oleanolic-acid, riboflavin dan thiamin

Analisis Kuantitatif Kandungan Ginseng (Talinum paniculatum Gaertner.)


Ekstrak akar ginseng ini mempunyai khasiat antioksidan. Terdapat beberapa turunan senyawa antrakuinon
pada akar tanaman ini salah satunya adalah rubiadin yang merupakan senyawa aktif. Analisis rubiadin
dilakukan dengan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Untuk meyakinkan bahwa
metode analisis HPLC dapat digunakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan maka metode tersebut
divalidasi. Parameter-parameter validasi yang diuji meliputi linieritas, batas deteksi (LOD), batas kuantitasi
(LOQ), presisi dan akurasi. Dari hasil penelitian didapat waktu retensi untuk standar rubiadin, ekstrak etil
asetat dan ekstrak etanol sekitar menit ke 13
Analisis Instrumen
Berdasarkan kecanggihan (kelengkapan) perangkat alatnya sistem operasional HPLC dibedakan
menjadi 2 yaitu sistem isokratik (berkelanjutan) dan gradien (berubah persatuan waktu). Sistem
isokratik adalah sistem yang paling sederhana dengan perlengkapan minimum, karena hanya
dilengkapi dengan satu pompa maka hanya dimungkinkan menggunakan satu reservoar,
sehingga apabila akan menggunakan pelarut campuran, maka pelarut hams dicampurkan
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke reservoir, dengan kata lain pencampuran pelarut
dilakukan secara manual. Sistem gradien dapat dilakukan pada alat HPLC yang dilengkapi dengan
2 buah pompa. Dengan menggunakan 2 buah pompa, penggunaan campuran pelarut dapat
diprogram perbandingannya, dimungkinkan pula menggunakanperbandingan yang berbeda
sepanjang analisis. Variasi kecepatan aliran pelarut pun dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
Perangkat dasar instrumen HPLC terdiri dari beberapa rangkaian alat antara lain, micro
prossesor, pompa yang bertekanan tinggi untuk memompakan pelarut, injektor, kolom analitik,
detektor, recorder atau data prosesor yang masing-masing mempunyai fungsi berbeda.
Daun Sembung (Blumea balsamifera
(L.))
Regnum : Plantae
Subkingdom : Embryophyta
Division : Spermatophyta
Subdivision : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Family : Astereceae (Compositae)
Genus : Blumea
Species : Blumea balsamifera (L.)
Manfaat Daun Sembung (Blumea balsamifera
(L.))
Bagian tanaman Blumea balsamifera yang paling sering digunakan untuk pengobatan adalah
daun. Secara tradisional di Indonesia sembung digunakan untuk pengobatan rematik, nyeri haid,
influenza, kembung, sakit tulang, diare, sariawan, asma, angina pectoris, kolera, sakit perut,
tidak nafsu makan, nyeri dada, penyakit jantung, demam, bronkhitis, epitaksis. Masyarakat biasa
menggunakan daun sembung untuk obat dengan cara memotong daun kecil-kecil, rebus sampai
tersisa sebagian, lalu meminumnya. Namun untuk pengobatan wasir, luka memar, bisul, radang
kulit, dan gatal-gatal, penggunaan daun sembung adalah sebagai obat luar
Cara Sintesis Daun Sembung (Blumea balsamifera
(L.))
Daun sembung sembung (Blumea balsamifera L) yang digunakan adalah daun yang muda dan
tua. Pengambilan daun dilakukan pada saat pagi hari. Sampel yang digunakan merupakan
sampel kering, pengeringan dilakukan dengan cara menghindari kontak langsung sinar matahari.
Kemudian simplisia yang telah dirajang dimasukkan ke dalam wadah toples,lalu diberi cairan
pengekstrak berupa etanol sampai simplisia terendam secara sempurna. Proses ekstraksi
berlangsung selama 2 x 24 jam, hasil ekstrak disaring menggunakan kertas saring lalu ditampung
ke dalam wadah kaca, kemudian simplisia kembali direndam dengan menggunakan pelarut
etanol yang baru, diulangi proses ektrasksi hingga hasil ekstraksi berwarna bening. Pelarut yang
masih terkandung di dalam hasil maserasi diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator
hingga di dapatkan ekstrak kental. Kemudian pelarut yang masih terkandung di dalam eksrak
kental diuapkan kembali dengan menggunakan waterbath hingga didapatkan ekstrak kering
Analisis Kualitatif Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.))
Salah satu uji kualitatifnya yaitu untuk identifikasi flavonoid, dilakukan dengan cara ditambahkan
sampel dengan beberapa tetes magnesium dan HCl. Selanjutnya diamati perubahan warna yang
terjadi yaitu jika sampel positif mengandung senyawa akan ditandai dengan warna merah,
kuning, atau jingga

Analisis Kuantitatif Daun Sembung (Blumea balsamifera (L.))


Konsentrasi dari senyawa flavonoid pada sampel yang digunakan dapat ditentukan setelah
dilakukan pengukuran nilai serapan menggunakan spektrofotometri UV-VIS berdasarkan
persamaan regresi terhadap kurva baku kalibrasi standar. Kadar senyawa flavonoid dalam
sampel ektrak daun sembung (Blumea balsamifera L.) dapat dihitung dengan rumus :
Kadar Senyawa Flavonoid = X (mg/mL) x volume (mL) / Berat sampel (g)
Analisis Instrumen
Analisis kandungan senyawa pada daun sembung menggunakan instrument Spektrofotometri
UV-Vis. Susunan peralatan Spektrofotometer Ultra-violet dan Sinar meliputi sumber
radiasi/cahaya, monokromator, sel absorpsi, detector, dan pencatat/recorder.
Prinsip kerja alat Spektrofometer Ultra-violet dan Sinar Tampak dimana suatu sumber cahaya;
dipancarkan melalui monokromator. Monokromator menguraikan sinar yang masuk dari sumber
cahaya tersebut menjadi pita-pita panjang gelombang yang diinginkan untuk pengukuran suatu
zat tertentu yang menunjukkan bahwa setiap gugus kromofor mempunyai panjang gelombang
maksimum yang berbeda. Dari monokromator tadi cahaya/energi radiasi diteruskan dan diserap
oleh suatu larutan yang akan diperiksa di dalam kuvet. Kemudian jumlah cahaya yang diserap
oleh larutan akan menghasilkan signal elektrik pada detektor, yang mana signal elektrik ini
sebanding dengan cahaya yang diserap oleh larutan tersebut. Besarnya signal elektrik yang
dialirkan ke pencatat dapat dilihat sebagai angka
MADU
◦ Madu merupakan sumber energi bahan yang diubah menjadi lemak dan glikogen. Lebah madu
memperoleh sebagian energi dari karbohidrat dalam bentuk gula. Pada dasarnya madu adalah zat manis
alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku nektar bunga.

◦ Kandungan yang terkandung dalam madu adalah glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, karbohidrat,
enzim diatase, enzim invertase.

◦ Madu murni menurut Farmakope Indonesia adalah madu yang diperoleh dari sarang lebah Apis
mellifera dan spesies yang lain yang telah dimurnikan dengan pemanasan sampai 70°C. Suhu yang tidak
pas bisa menyebabkan madu mengkristal. Madu berubah menjadi mengkristal dalam kisaran suhu 10°C-
12°C. Proses pengkristalan madu juga bisa dicegah dengan jalan menghangatkan madu dalam kisaran
21°C-27°C. Kualitas madu juga bisa menurun akibat degradasi (fermentasi) yang dipicu oleh khamir
osmophilik alias jamur peragi
MANFAAT MADU
◦ Penelitian yang dipublikasikan dalam The Journal of Aplied Physiology menunjukkan indeks glikemilk
madu yang rendah dapat mengurangi resiko kekurangan pada gula (hipoglikemi) saat latihan
meningkatkan persediaan karbohidrat selama latihan, penelitian di Universitas of Memphis Exercise and
Sport Nutrition Laboratory menguatkan madu sama efeknya dengan glukosa sebagai pengganti
karbohidrat selama latihan yang menuntut stamina tinggi

◦ Beberapa penelitian menunjukan madu memiliki aktifitas antimikroba terhadap CA-MRSA, dalam studi
tujuh sampel madu tidak ada ragi atau jamur berfilamen diisolasi dari bahan madu dan beberapa isolat
diidentifikasi menggunakan 16S rDNA. Penelitian lebih lanjut masih dilakukan apakah aktivitas
antimikroba mempunyai aplikasi klinis untuk pengobatan CA-MRSA infeksi kulit dan jaringan lunak.
Madu berpotensi sebagai antibakteri. Madu konsentrasi 40% (v/v) mengurangi kelangsungan hidup
P.aerogenosa dan B.capacia, dengan inkubasi 2 jam, aktivitas yang sama melawan MRSA, dan E. Coli
dibutuhkan 6 jam dari inkubasi. Bakteri yang lain di butuhkan waktu 24 jam inkubasi
ROYAL JELLY
◦ Royal jelly adalah produk lebah madu berupa susu bagi ratu lebah yang berupa cairan jelly atau krim. Royal jelly
diproduksi dari sekresi kelenjar khusus yang terbentuk di bagian ujung tenggorokan lebah pekerja, warnanya putih
kental dan rasanya asam. Nilai nutrisi royal jelly sangat tinggi seperti mengandung glukosa, protein, asam amino
esensial, mineral dan lemak

◦ Royal jelly yang disebut ‘susu ratu’ sebetulnya bukan susu, bukan pula susu yang dihasilkan sang ratu lebah. Royal jelly
sebetulnya bahan makanan khusus untuk ratu lebah. Kandungan yang terdapat dalam royal jelly diantaranya lemak,
protein, glukosa, fruktosa, vitamin A, vitamin B kompleks, vitamin C esensial, mineral dan asam amino esensial

◦ Kandungan gizi royal jelly berupa protein 45%, lemak 13%, gula 20% garam mineral, aneka vitamin (B kompleks, H,
dan E). Selain itu royal jelly juga mengandung enzim pencernaan, hormon gonadotropin yang bisa menstimulir organ
reproduksi (Sarwono, 2003). Beberapa nutrisi yang terkandung di dalam royal jelly. Royal jelly juga mengandung
banyak mineral yang sangat berguna dalam suatu sistem tubuh. Antara lain mineral K, Mg, Na, Ca, Zn, Fe, Cu, Mn.
Disamping itu juga mengandung lemak yang komposisinya tidak sama seperti kandungan lemak hewani atau nabati
MANFAAT ROYAL JELLY
◦ Royal jelly secara umum sebagai tonik, mengurangi kelelahan, meningkatkan kinerja mental dan fisik
dan mengarah ke peningkatan kesehatan secara umum
◦ Royal Jelly digunakan untuk menambah selera makan, menambah daya ingat, mengobati diabetes
◦ Royal jelly berguna untuk menormalkan dan mengatur seluruh fungsi tubuh, termasuk juga mengatur
fungsi sel, kandungan asam pantotenatnya berkhasiat memperkuat organ tubuh, memperlambat
penuaan, membantu kesegaran fisik, serta sebagai antivirus dan antikanker, royal jelly sangat
bermanfaat sebagai suplemen pendukung untuk mempercepat penyembuhan kanker
CARA PENENTUAN KADALUARSA
Uji Stabilitas Dipercepat
Produk disimpanpada suhu 40°C dengan kelembaban 75%, waktu penyimpanan selama
3 bulan dan dapat diperpanjang selama 6 bulan. Uji ini dilakukan untuk mengetahui
kecepatan degradasi kimia atau fisika dari bahan aktif atau formulasi produk dalam
kondisi penyimpanan dengan suhu dan kelembaban relative yang telah ditetapkan. Uji
stabilitas dipercepat berdasarkan atas hubungan antara suhu dan konstanta kecepatan
reaksi kimia bahan aktif
Uji Stabilitas Normal (Jangka Panjang)
Produk disimpan pada suhu 30°C dengan kelembaban 60%, waktu penyimpanan
selama 24-36 bulan untuk aplikasi pemasaran atau apabila digunakan untuk melihat
stabilitas produk maka produk disimpan sampai kadaluarsa yang tercantum di kemasan
ditambah 1 tahun dan dapat diperpanjang hinga 3-5 tahun sampai usia guna produk.
Jumlah contoh per tanggal sekurang-kurangnya dua kali dari jumlah yang dibutuhkan untuk
pengujian lengkap
KESIMPULAN
Produk Antangin diproduksi oleh Pabrik Industri PT Deltomed yang berlokasi di desa
Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Berbagai macam produk
Antangin yang tersedia di Indonesia, yaitu antangin JRG, Antangin Mint, Antangin Junior,
Antangin JRG + Jahe Merah, permen Antangin, Antangin Habbatussauda, dan Antangin Good
Night. Antangin yang sudah terdaftar sebagai obat herbal terstandar memiliki manfaat untuk
mengatasi masuk angin, mual, perut kembung, badan meriang, serta kelelahan. Setiap 15 ml
Antangin mengandung Zingiberis rhizome 7,336 mg, Royal Jelly 0,525 mg, Panax Ginseng Extract
1,05 mg, Blumeae folia 2,445 mg, Mentahe folia 4,89 mg,Mel depuratum (Madu) 9,75 mg. Uji
Kualitatif kandungan bahan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis dan uji kuantitatif kandungan
bahan menggunakan spektrofotometer UV VIS, FTIR, dan HPLC. Penentuan kadalauarsa produk
melalui uji stabilitas penyimpanan dipercepat dan uji stabilitas penyimpanan jangka Panjang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai