Anda di halaman 1dari 11

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773


https://doi.org/10.1186/s12913-019-4515-1

ARTIKEL PENELITIAN Akses terbuka

Distress diabetes pada pasien diabetes


tipe 2 di Indonesia: perbandingan antara
perawatan primer dan tersier
Bustanul Arifin1,2,3,4* , Antoinette DI van Asselt1,4,5, Didik Setiawan6, Jarir Atthobari7,8,
Maarten J. Postma1,3,4,9,10 dan Qi Cao1

Abstrak
Latar belakang: Jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia terus meningkat selama 6 tahun terakhir. Empat penelitian sebelumnya
di AS telah menemukan bahwa skor DD yang lebih tinggi dikaitkan dengan hasil psikologis yang lebih buruk, kualitas hidup terkait kesehatan
yang lebih rendah (HRQoL) dan peningkatan risiko komplikasi T2DM. Dalam penelitian ini, kami bertujuan untuk terlebih dahulu
membandingkan skor DD pada pasien rawat jalan DMT2 Indonesia yang dirawat di layanan primer dengan yang di layanan tersier.
Selanjutnya, kami menyelidiki apakah karakteristik sosio-demografis dan kondisi klinis menjelaskan perbedaan potensial dalam skor DD di
seluruh rangkaian layanan kesehatan.

Metode: Sebuah studi cross-sectional dilakukan di pulau Jawa di tiga perawatan primer (n = 108) dan empat
perawatan tersier(n = 524) fasilitas. Para peserta mengisi kuesioner Skala Distress Diabetes versi Bahasa Indonesia
(DDS17 Bahasa Indonesia). Analisis regresi ordinal dilakukan dengan kuartil penjumlahan skor DD sebagai variabel
dependen untuk menyelidiki bagaimana hubungan antara tingkat fasilitas kesehatan dan DD berubah ketika
menambahkan variabel yang berbeda dalam model.
Hasil: Model akhir yang disesuaikan menunjukkan bahwa tingkat fasilitas kesehatan sangat terkait dengan DD(p < .001),
dengan peserta dalam perawatan primer memiliki kemungkinan 3,68 kali (95% CI 2,46-5,55) lebih tinggi untuk lebih
tertekan daripada peserta dalam perawatan tersier. Asosiasi ini terdeteksi setelah memasukkan karakteristik sosio-
demografis dan kondisi klinis sebagai model pembaur.
Kesimpulan: Ini adalah studi pertama di Indonesia yang membandingkan skor DD di fasilitas kesehatan yang berbeda. Kami
merekomendasikan penilaian DD reguler, yang mungkin sangat selaras dengan program mitra literasi kesehatan, terutama untuk
pasien DMT2 di rangkaian perawatan primer.

Kata kunci: Distress diabetes, Indonesia, Perawatan primer, Perawatan tersier

Latar belakang Federation (IDF) memperkirakan ada sekitar 7,3 juta orang
Jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia yang hidup dengan DM tipe 2 (T2DM) dan pada tahun
terus meningkat selama 6 tahun terakhir. Pada 2017 jumlah ini meningkat menjadi 10,3 juta, di antaranya
tahun 2009, Diabetes Internasional 7,3 juta di antaranya tidak terdiagnosis.1, 2]. Persentase
pengidap DMT2 lebih tinggi pada perempuan
* Korespondensi: bustanul.arifin.ury@gmail.com; dibandingkan laki-laki (7,7% vs 5,6%), dan kasus baru tidak
ury.bustanul.arifin@gmail.com; b.arifin@rug.nl hanya ditemukan pada kelompok usia di atas 55 tahun
1Unit Farmakoterapi, Epidemiologi & Ekonomi (PTE2), Departemen
tetapi juga pada kelompok usia yang lebih muda (mulai
Farmasi, Universitas Groningen, Groningen, Belanda
2Bagian Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan usia 15 tahun). umur). Dilihat dari tingkat pendidikan,
Kabupaten Banggai Laut, Pelayanan Pengendalian Penduduk dan prevalensi tertinggi terdapat pada kelompok masyarakat
Keluarga Berencana, Sulawesi Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten
yang tidak pernah bersekolah (10,4%) [3].
Banggai Laut, Jl. Jogugu Zakaria No. 1, Banggai, Sulawesi Tengah,
Indonesia Diabetes distress (DD) adalah kondisi psikologis yang
tumpang tindih dengan kecemasan, stres dan depresi.4].
Daftar lengkap informasi penulis tersedia di akhir artikel

© Penulis. 2019Akses terbuka Artikel ini didistribusikan di bawah ketentuan Lisensi Internasional Creative Commons Attribution 4.0
(http://creativecommons.org/licenses/by/4.0/), yang mengizinkan penggunaan, distribusi, dan reproduksi tanpa batas dalam media
apa pun, asalkan Anda memberikan kredit yang sesuai kepada penulis asli dan sumbernya, memberikan tautan ke lisensi Creative
Commons, dan menunjukkan jika ada perubahan. Pengabaian Dedikasi Domain Publik Creative Commons (http://
creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/) berlaku untuk data yang disediakan dalam artikel ini, kecuali dinyatakan lain.
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 2 dari 11

Pada tahun 2005, Polonsky dkk. menerbitkan penilaian pusat kesehatan (PHC)) dan oleh dokter keluarga [11].
tekanan psikologis pada pasien diabetes di tiga kota di AS Penentuan lokasi pelayanan primer didasarkan pada lokasi
(San Diego, Boston, dan Honolulu) [5]. Berdasarkan tempat tinggal pasien DMT2, atau atas permintaan pasien
penelitian tersebut, Polonsky et al. telah mengembangkan DMT2 itu sendiri.11]. Di tingkat pelayanan primer, BPJS juga
instrumen DD berlabel DDS (diabetes distress scale), yang memiliki program manajemen penyakit kronis berlabel
berfokus pada penilaian DD dalam empat domain: tekanan Prolanis, yang merupakan program pelayanan pasien DMT2
dokter, beban emosional, tekanan rejimen, dan tekanan terpadu dan berjenjang yang bertujuan untuk meningkatkan
interpersonal.6]. Secara total, 28 item tercakup dalam 4 kualitas hidup pasien DMT2 di Indonesia.12]. Selain Prolanis
domain ini. Pada tahun 2012, Fisher dkk. telah melakukan BPJS, ada organisasi berbasis komunitas lain untuk pasien
penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi hubungan dari DMT2, berlabel Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) [13].
28 item DDS dengan kondisi klinis pesertanya [7]. Prolanis dan Persadia sama-sama memiliki tujuan yang sama.
Berdasarkan asosiasi, versi terbaru DDS dapat dikurangi Oleh karena itu pasien DMT2 dapat mengikuti kegiatan kedua
menjadi hanya 17 item [5, 7]. Penilaian DD sangat komunitas tersebut.
dianjurkan karena melengkapi penilaian T2DM lainnya,
memungkinkan pendekatan yang lebih komprehensif baik Pengaturan penelitian
secara klinis maupun psikologis [6, 8]. Perawatan utama
Studi yang membandingkan skor DD di seluruh pengaturan
Dalam penelitian kami, kami mendefinisikan perawatan primer sebagai
perawatan kesehatan saat ini terbatas. Kami menemukan dua
pengaturan di mana pasien rawat jalan DMT2 dikelola oleh dokter
penelitian di Belanda dan Yunani [9, 10], namun kami belum
umum. Umumnya dan tambahan, setiap 6 bulan mereka memiliki
menemukan penelitian serupa untuk Indonesia. Kedua studi ini
kesempatan untuk berkonsultasi dengan residen penyakit dalam di
melaporkan bahwa skor DD peserta yang dirawat di perawatan tersier
fasilitas perawatan tersier (lihat di bawah untuk definisi yang tepat).
lebih tinggi daripada mereka yang dirawat di perawatan primer.
Penelitian di Belanda melaporkan bahwa selain pengaturan perawatan,
Perawatan tersier
faktor lain seperti usia yang lebih muda, status etnis minoritas,
penggunaan insulin, kadar HbA1c yang lebih tinggi, indeks massa
Dalam perawatan tersier, pasien rawat jalan DMT2 dirawat di
tubuh (BMI) yang lebih tinggi, dan neuropati dikaitkan dengan skor DD
rumah sakit dan dipantau oleh residen konsultasi penyakit
yang lebih tinggi. Selanjutnya, studi Yunani melaporkan bahwa
dalam. Selama proses pemantauan, residen penyakit dalam
komorbiditas, penggunaan insulin, dan durasi DMT2 dikaitkan dengan
merencanakan terapi sesuai pedoman, termasuk resep insulin
skor DD yang lebih tinggi.
untuk pasien rawat jalan DMT2 yang glukosa darahnya tetap
tidak terkontrol dengan terapi obat antidiabetik oral (OADs).
Penelitian ini penting dilakukan di Indonesia karena selama ini
Pemberian insulin dapat dilanjutkan untuk jangka waktu
terapi DMT2 difokuskan hampir semata-mata pada aspek klinis.
tertentu sampai pasien menunjukkan hasil klinis yang lebih
Penting untuk dicatat bahwa penelitian terbaru telah
baik, misalnya glukosa darahnya terkendali (misalnya, glukosa
membuktikan bahwa kondisi psikologis pasien DMT2 juga sangat
darah puasa (FBG)≤126 mg/dL) dan setelah itu, terapi dapat
mempengaruhi tingkat kontrol glikemik dan kesejahteraan secara
diubah dari insulin menjadi OAD. Kemudian, residen
keseluruhan.10]. Selanjutnya, penelitian ini dapat digunakan
konsultasi penyakit dalam merujuk pasien kembali ke fasilitas
sebagai landasan ilmiah bagi pemerintah Indonesia dalam
perawatan primer untuk melanjutkan terapi OAD. Namun, ada
menyelenggarakan program T2DM, terutama dalam mendukung
juga beberapa pasien rawat jalan DMT2 yang terapi insulinnya
program pemerintah untuk memperkuat layanan primer di
tidak dapat digantikan oleh OAD, yaitu mereka yang
Indonesia. Dalam penelitian ini, kami bertujuan untuk terlebih
melaporkan efek samping OAD atau masih membutuhkan
dahulu membandingkan skor DD pada pasien rawat jalan DMT2
insulin.14]. Untuk kelompok pasien ini, terapi berlanjut di
Indonesia yang dirawat di layanan primer dengan yang di layanan
perawatan tersier dan mereka terus dipantau oleh residen
tersier. Selanjutnya, kami menyelidiki apakah karakteristik sosio-
penyakit dalam. Di daerah dengan fasilitas penyakit dalam
demografis dan kondisi klinis menjelaskan perbedaan potensial
yang terbatas, pasien rawat jalan DMT2 dengan terapi insulin
dalam skor DD di seluruh rangkaian layanan kesehatan.
dapat melakukan pemeriksaan rutin di fasilitas pelayanan
primer dan mendapatkan insulin di apotek swasta yang
bekerjasama dengan BPJS.
Metode
Manajemen T2DM di Indonesia
Di Indonesia, jaminan kesehatan nasional dikenal sebagai
'BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)/Badan Konteks penelitian
Penyelenggara Jaminan Sosial'. Sejak 1 Januari 2014, Secara umum, fasilitas pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan
perawatan pasien DMT2 di Indonesia dikelola dengan sistem primer dan tersier di Indonesia adalah fasilitas umum yang semua
rujukan, dimana semua pasien DMT2 akan mendapatkan prosedur pelayanan kesehatannya dikelola oleh pemerintah
perawatan awal di layanan primer (Puskesmas/Puskesmas). Indonesia. Dalam penelitian ini, semua peserta
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 3 dari 11

ditanggung oleh asuransi kesehatan yang direkomendasikan peserta menolak untuk berpartisipasi karena: (i) lupa membawa
oleh pemerintah. kacamata; (ii) mereka merasa terlalu lelah karena birokrasi di rumah
sakit, karena beberapa dari mereka telah berada di rumah sakit selama
Desain studi dan lokasi penelitian sekitar 7 jam (sejak jam 5 pagi untuk pendaftaran). Bagi partisipan
Studi potong lintang dilakukan antara Februari 2015 dan April 2016. Periode dengan keterbatasan kemampuan membaca atau keterbatasan fisik,
penelitian ditentukan oleh fasilitas kesehatan. Setiap peneliti yang akan informed consent diberikan secara lisan oleh pengasuh (pasangan atau
berkolaborasi dengan mereka kemudian akan dijadwalkan sehingga dalam anak-anak dewasa) dan mereka juga memberikan persetujuan tertulis
satu periode pengumpulan data tidak lebih dari satu peneliti (terutama dengan pengasuhnya sebagai saksi. Dalam penelitian ini, semua
dengan topik dan metode pengumpulan data yang hampir sama). Dalam pengasuh berusia di atas 18 tahun.
pengaturan perawatan primer, peserta dipilih dari dokter keluarga di
Wonosari di Yogyakarta, Puskesmas di Surabaya (Jawa Timur) dan komunitas Instrumen
pasien rawat jalan DMT2 di Surakarta (Jawa Tengah). Pengumpulan data Kami menggunakan kuesioner Skala Distress Diabetes
dilakukan setiap hari Jumat dan Sabtu selama program edukasi pasien dalam Bahasa Indonesia (DDS17 Bahasa Indonesia) [15]
mingguan dimana pasien rawat jalan T2DM berkumpul untuk latihan untuk mengukur skor DD. Instrumen ini telah melalui
mingguan dan edukasi tentang DMT2. Dalam pengaturan perawatan tersier, proses penerjemahan, revisi dan validasi ke dalam bahasa
peserta dipilih dari RSUD Kota Yogyakarta, RS PKU Muhammadiyah Indonesia (lihat file tambahan1 dan 2) [15]. DDS17 Bahasa
Yogyakarta, RS Moewardi Surakarta (Jawa Tengah) dan RS BLUD RSUD Indonesia terdiri dari 17 item yang terbagi dalam empat
Sekarwangi Sukabumi (Jawa Barat). Sebagian besar peserta diwawancarai di domain. Pertama, tiga item ditentukan dalam domain
ruang tunggu rumah sakit sambil menunggu konsultasi dengan residen gangguan interpersonal mengenai item tentang
konsultan penyakit dalam. Semua rumah sakit dalam penelitian ini adalah dukungan dari anggota keluarga dan rekan pasien rawat
rumah sakit pendidikan umum. Selama penanganan pasien DMT2, semua jalan T2DM. Kedua, lima item menentukan domain beban
residen yang berkonsultasi berada di bawah pengawasan dokter penyakit emosional berkaitan dengan kekhawatiran dan ketakutan
dalam. Peserta yang tersisa ditanyai di ruang tunggu apotek rumah sakit. pasien rawat jalan DMT2 tentang komplikasi. Ketiga,
Komite Etik Kedokteran Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta, Indonesia) empat item dalam domain distres dokter menggambarkan
menyetujui penelitian dengan nomor dokumen KE/FK/1188/EC pada 12 pendapat pasien rawat jalan DMT2 tentang pengetahuan
November 2014 (persetujuan diubah pada 16 Maret 2015 karena dan sikap dan perawatan yang diberikan oleh dokter yang
bertambahnya jumlah lokasi penelitian) . Lebih-lebih lagi, Kementerian merawat. Lima item terakhir yang ditentukan dalam
Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan rekomendasi penelitian domain distress rejimen mengukur kesulitan pasien rawat
(nomor 440.02/4480 pada tanggal 25 November 2014) dan mengirimkannya jalan DMT2 mengenai pengelolaan terapi DMT2 (termasuk
ke provinsi dan kabupaten tempat usulan penelitian akan dilakukan. Selain motivasi) dan masalah kepercayaan diri atau stres,
itu, kami juga memperoleh izin penelitian dari BPJS Pusat dengan nomor misalnya, yang disebabkan oleh pemeriksaan gula darah
dokumen 856/ Bang/ 0914 pada tanggal 17 September 2014. Berdasarkan rutin.5]. Skor jumlah yang dihasilkan dari 17 item
izin BPJS Pusat ini, kami dapat bekerja sama dengan cabang BPJS di provinsi kemudian akan berkisar dari 17, 'bukan masalah' hingga
dan kabupaten. Pendataan di semua fasilitas kesehatan mendapat izin dari 102, 'masalah sangat serius' [5, 7]. Menurut skor DDS yang
pihak terkait, seperti direktur rumah sakit, kepala puskesmas atau dokter direvisi yang dikembangkan oleh Fisher et al. (2012) [7],
keluarga. Kami juga memperoleh izin penelitian dari BPJS Pusat dengan skor rata-rata keseluruhan kurang dari 2,0 menunjukkan
nomor dokumen 856/ Bang/ 0914 pada tanggal 17 September 2014. sedikit atau tidak ada DD, skor antara 2,0-2,9 menunjukkan
Berdasarkan izin BPJS Pusat ini, kami dapat bekerja sama dengan cabang DD sedang dan skor 3,0 atau lebih tinggi menunjukkan DD
BPJS di provinsi dan kabupaten. Pendataan di semua fasilitas kesehatan tinggi.
mendapat izin dari pihak terkait, seperti direktur rumah sakit, kepala
puskesmas atau dokter keluarga. Kami juga memperoleh izin penelitian dari
BPJS Pusat dengan nomor dokumen 856/ Bang/ 0914 pada tanggal 17 Prosedur pengumpulan data dan sumber data
September 2014. Berdasarkan izin BPJS Pusat ini, kami dapat bekerja sama Kami berkolaborasi dengan dokter umum yang merawat dan
dengan cabang BPJS di provinsi dan kabupaten. Pendataan di semua fasilitas berkonsultasi dengan residen penyakit dalam untuk
kesehatan mendapat izin dari pihak terkait, seperti direktur rumah sakit, mengumpulkan data kami. Dokter umum dan residen
kepala puskesmas atau dokter keluarga. membantu kami dengan memberikan informasi kepada
peserta tentang tujuan penelitian, etika, dan pentingnya
berpartisipasi. Informasi ini membantu peserta untuk lebih
Peserta fokus dan nyaman serta memperkuat perasaan bahwa
Kami memasukkan pasien rawat jalan dengan DMT2 yang berusia penelitian didukung oleh staf rumah sakit. Partisipan dibantu
lebih dari 18 tahun. Partisipan penelitian ini hanya mereka yang oleh peneliti atau asisten peneliti saat mengisi kuesioner.
kami temui selama pengumpulan data dan bersedia membaca Kami mendampingi peserta saat instrumen diisi dan
dan menandatangani informed consent dan merasa nyaman memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertanya. Jika
dalam mengisi instrumen. Beberapa potensi perlu, informasi atau penjelasan
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 4 dari 11

Tabel 1 Karakteristik sosio-demografis, kondisi klinis dan skor tekanan diabetes dari peserta dalam perawatan primer dibandingkan dengan mereka yang
dirawat di perawatan tersier

Variabel Perawatan utama (n = 108) Perawatan tersier (n = 524) Keseluruhan (n = 632) P-nilai
Karakteristik sosio-demografis

Jenis kelamin laki-laki 32% 44% 43% 0.235

Usia [tahun]* 62 ± 9 60 ± 10 60 ± 10 0,010

Gelar universitas 12% 26% 26% 0.224

Pekerjaan (I/II/III)A,*** 10%/40%/50% 31%/34%/35% 29%/35%/36% < 0,001

Disertai dengan variabel 53% 62% 61% 0,132

Klinis pengasuh

Durasi diabetes [tahun]* Jenis terapi (I/ 5 (1–14); N = 31 4 (1–10); N = 312 5 (1–10); N = 343 0,028

II/III/IV)B,*** Glukosa darah puasa 11%/67%/14%/8% 2%/57%/24%/17% 5%/59%/22%/14% < 0,001

(FBG) [mg/dL] Glukosa postprandial 130 (112–134); N = 9 140 (115-179); N = 249 140 (115–180); N = 258 0,440

[mg/dL] 167 (160–184); N = 9 192 (151–236); N = 234 190 (153–236); N = 243 0,603

Komplikasi
Tidak ada komplikasi 47% 33% 32% 0,576

Dengan satu komplikasi 33% 37% 36% 0,116

Dengan dua atau lebih komplikasi* 17% 23% 26% 0,011

Dengan penyakit serius lainnya* Gangguan 3% 7% 6% 0,011

diabetes

Skor total*** 28 (21–41) 21 (18–30) 23 (18–35) < 0,001

Beban emosional*** 8 (6–11) 6 (5–9) 7 (5-10) < 0,001

Kesusahan dokter*** 7 (5-10) 5 (4–7) 5 (4–8) < 0,001

Kesulitan rejimen*** 9 (6-13) 6 (5–9) 7 (5-11) < 0,001

Gangguan interpersonal*** 4 (3–6) 3 (3–5) 3 (3–6) < 0,001

Variabel kontinu disajikan sebagai mean ± standar deviasi atau median (rentang interkuartil), dan variabel kategori disajikan sebagai persentase
AJabatan I, II, III berturut-turut adalah pegawai aktif, pengangguran, dan ibu rumah tangga
BJenis terapi I, II, III, IV masing-masing adalah singkatan dari Diet or no drugs, OAD, Insulin, Insulin+OAD
*** P < 0,001;**P < 0,01;*P < 0,05

dapat diulang kepada peserta individu, sehingga semua Kondisi klinis seperti jenis terapi, komplikasi dan penyakit
peserta memiliki pemahaman yang sama tentang satu serius lainnya diperoleh dari dokter umum yang merawat
item. Semua asisten peneliti yang terlibat dalam penelitian dan residen penyakit dalam. Glukosa darah postprandial,
ini mendapatkan pelatihan terlebih dahulu dari peneliti FBG dan durasi T2DM dikumpulkan dari pelaporan sendiri.
utama. Untuk meminimalkan bias, salah satu peneliti Dalam penelitian ini, partisipan didefinisikan memiliki
utama selalu hadir dengan asisten peneliti selama penyakit serius lainnya jika mereka menderita penyakit
pengumpulan data. Selanjutnya, peneliti utama selalu utama lain selain diabetes, seperti kanker atau TBC. Juga,
membahas prosedur pengumpulan data sebelum dan peserta yang mengalami komplikasi T2DM eksklusif,
sesudah pengumpulan data. Selama proses pengumpulan seperti hipertensi dan penyakit kardiovaskular,
data, prosedur yang sama diikuti di perawatan primer dan diidentifikasi sebagai kelompok terpisah.
pengaturan perawatan tersier.
Karakteristik sosio-demografi seperti usia, jenis kelamin, latar Analisis statistik
belakang pendidikan, dan pekerjaan dikumpulkan dengan Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk menyelidiki apakah
menggunakan kartu identitas peserta dan dari pelaporan diri. karakteristik sosio-demografis, variabel yang mencerminkan
Dalam penelitian ini, usia peserta diklasifikasikan menjadi dua kondisi klinis, dan skor DD berbeda antara peserta dalam
kategori: usia muda/produktif (18–56 tahun) atau usia pensiun perawatan primer dan tersier. Uji-t dilakukan untuk
(>56 tahun). Selanjutnya, mereka yang berusia 18-56 tahun yang membandingkan variabel yang terdistribusi normal dengan
dilaporkan tidak memiliki pekerjaan didefinisikan sebagai mean dan standar deviasi yang dilaporkan, sedangkan uji
pengangguran. Mereka yang menyatakan pekerjaan utamanya jumlah peringkat Kruskal-Wallis dilakukan untuk
mengurus rumah tangga tergolong ibu rumah tangga, meskipun membandingkan variabel dengan distribusi miring (yaitu,
sudah melewati usia pensiun. tidak normal) termasuk skor DD dengan median dan
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 5 dari 11

Meja 2 Hasil model regresi ordinal (n = 632)


Variabel Model
1 2 3 4 Model 5
pseudo r-kuadrat: pseudo r-kuadrat: pseudo r-kuadrat: pseudo r-kuadrat: pseudo r-kuadrat:
0,050 0,087 0.102 0,099 0.113

Perawatan utama 2,91 (1,98–4,29)*** 3,39 (2,28–5,09)*** 3,48 (2,34–5,23)*** 3,61 (2,42–5,44)*** 3,68 (2,46–5,55)***

Karakteristik sosio-demografis

Jenis kelamin laki-laki 1,01 (0,68–1,49) 1,03 (0,69–1,52) 0,98 (0,66–1,45) 1,01 (0,68-1,50)

Usia [tahun] 0,97 (0,96–0,99)*** 0,98 (0,96–0,99)** 0,97 (0,96–0,99)*** 0,97 (0,96–0,99)**

Gelar universitas 1,40 (0,97–2,02) 1,40 (0,97–2,02) 1,38 (0,96–2,00) 1,37 (0,95–1,99)

Pekerjaan (IIvs. I) 1,07 (0,72–1,58) 1,13 (0,76–1,67) 1,08 (0,73–1,60) 1,13 (0,76–1,68)

Pekerjaan (III vs. I) 0,98 (0,62–1,56) 1,01 (0,64-1,61) 0,95 (0,60–1,51) 0,98 (0,62–1,57)

Ditemani pengasuh 1.58 (1.17–2.13)** 1.58 (1.17–2.14)** 1.55 (1.15–2.10)** 1,57 (1,16–2,12)**

Kondisi klinis
Durasi T2DM 0,98 (0,95–1,01) 0,98 (0,96–1,01)

Komplikasi Glukosa Darah 1,01 (1,00–1,01)** 1,01 (1,00–1,01)**

Puasa (FBG)

Dengan satu 1.24 (0.88–1.74) 1,22 (0,87–1,72)

Dengan dua atau lebih 1,75 (1,19–2,59)** 1,73 (1,17–2,56)**

Dengan penyakit serius lainnya 1,25 (0,67–2,32) 1,11 (0,59–2,08)

Jabatan I, II, III berturut-turut adalah pegawai aktif, pengangguran, dan ibu rumah tangga
*** P < 0,001;**P < 0,01;*P < 0,05

rentang antar kuartil (IQR) dilaporkan. Untuk model (ΔOR) kemudian dihitung. Selain itu, kami menyelidiki di
variabel kategori, perbandingan dilakukan setiap model multivariat (model 2 hingga 5) bagaimana
berdasarkan uji Chisquare. Analisis regresi ordinal karakteristik sosio-demografis dan variabel klinis secara
dilakukan dengan kuartil penjumlahan skor DD yang independen terkait dengan skor DD kecuali untuk efek tingkat
dikategorikan berdasarkan distribusinya sebagai perawatan. Kami tidak memasukkan jenis terapi dan glukosa
variabel dependen untuk menyelidiki bagaimana postprandial ke dalam salah satu model regresi ordinal kami
hubungan antara tingkat fasilitas kesehatan dan karena menambahkan variabel-variabel ini akan menyebabkan
skor DD berubah ketika menambahkan variabel model yang dihasilkan menyimpang dari asumsi odds
pengganggu yang berbeda ke dalam model. Model proporsional [16]. Nilai yang hilang pada durasi T2DM dan FBG
ini dipilih karena distribusi penjumlahan skor DD ditangani dengan menggunakan beberapa imputasi [17]. Untuk
sangat miring dan dengan demikian regresi linier kedua analisis deskriptif dan model regresi, komplikasi dan
tidak dapat dilakukan dengan variabel respons yang penyakit serius lainnya digambarkan sebagai data dikotomis
tidak normal. Sebuah model linier umum, dengan (yaitu, ya/tidak satu komplikasi, ya/tidak dua atau lebih komplikasi,
regresi ordinal sebagai tipe tertentu, kemudian ya/tidak ada penyakit serius lainnya). Mengingat tingginya
dilakukan ketika variabel hasil tidak terdistribusi persentase pengukuran yang hilang, kami memperoleh 50 set
normal (yaitu, miring). data yang diperhitungkan untuk setiap pengukuran. Langkah-
langkah selesai kemudian dihitung dengan mengambil nilai rata-
> 10 menunjukkan multikolinearitas). Hubungan antara tingkat rata yang dihasilkan dari setiap dataset diperhitungkan. Analisis
fasilitas kesehatan dan skor DD pertama kali diselidiki dalam statistik dilakukan dengan menggunakan R (R Foundation for
model yang tidak disesuaikan (model 1). Selanjutnya, kami Statistical Computing, perangkat lunak versi 3.4.0, Wina, Austria).
menyelidiki bagaimana asosiasi tersebut berubah ketika Faktor-faktor tersebut dianggap sebagai koefisien yang signifikan
menyesuaikan untuk jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, secara statistik dalam analisis regresi jika dua sisiP-nilai adalah
pekerjaan, dan ada tidaknya pengasuh (model 2). Kami kemudian <.05.
menyelidiki perubahan tersebut dengan menambahkan lebih
lanjut variabel klinis (durasi DMT2, FBG) ke dalam model 2 (model
3). Akhirnya, komplikasi dan penyakit serius lainnya ditambahkan Hasil
sebagai variabel ke dalam model 4 dan model 5 (menggantikan Karakteristik peserta
variabel kondisi klinis pada model 4 dan model penuh pada model Secara total, 632 peserta dilibatkan dalam penelitian ini, di
5). Perbedaan rasio odds antara antaranya 108 (17%) berasal dari pengaturan perawatan primer
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 6 dari 11

dan 524 (83%) berasal dari pengaturan perawatan Hubungan antara pengaturan perawatan dan skor DD secara
sekunder (Tabel 1). Peserta dalam pengaturan perawatan substansial diintensifkan setelah penyesuaian untuk karakteristik
primer lebih tua dan relatif lebih sering ibu rumah tangga. sosiodemografi (ΔOR = 0,48). Temuan ini tidak hanya disebabkan oleh
Selain itu, mereka memiliki durasi DMT2 yang lebih lama efek pengganggu yang mendalam dari faktor-faktor yang disertakan
dan persentase yang lebih rendah menderita dua atau pada hubungan antara tingkat perawatan kesehatan dan skor DD,
lebih komplikasi dan penyakit serius lainnya. Skor total DD tetapi juga disebabkan oleh efek yang sangat signifikan dari usia dan
dalam pengaturan perawatan primer terbukti secara ketergantungan pada pengasuh pada skor DD itu sendiri. Secara
signifikan lebih tinggi daripada skor dalam pengaturan khusus, kami menemukan bahwa usia yang lebih muda berkorelasi
perawatan sekunder. Hal ini juga berlaku untuk skor di dengan skor DD yang lebih tinggi bahkan ketika mengontrol set
setiap domain. lengkap variabel (dalam model 5). Temuan ini sejalan dengan bukti dari
beberapa penelitian lain. Sebuah studi sebanding di San Diego
menyatakan bahwa skor DD yang lebih tinggi pada kelompok usia yang
Faktor yang menjelaskan perbedaan skor DD antara
lebih muda mungkin disebabkan oleh tanggung jawab keluarga
perawatan primer dan tersier
mereka, tantangan keuangan dan pekerjaan sehari-hari mereka [18].
Meja 2 menggambarkan hasil model regresi ordinal. Statistik
Selain itu, sebuah penelitian di Malaysia menyatakan bahwa skor DD
multikolinearitas menunjukkan tidak adanya multikolinearitas
yang lebih tinggi pada peserta yang lebih muda tidak terkait dengan
yang signifikan antar variabel bebas. Model yang tidak disesuaikan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, tetapi berasal dari perasaan
(model 1) menunjukkan bahwa tingkat fasilitas kesehatan sangat
bahwa DMT2 mengganggu aktivitas sehari-hari mereka karena terapi
terkait dengan DD(p < .001), dengan peserta dalam perawatan
dan manajemen diri.19]. Selain itu, dibandingkan dengan orang tua,
primer memiliki 2,91 kali (95% CI 1,98-4,29) kemungkinan lebih
kelompok usia yang lebih muda memiliki pengalaman yang lebih
tinggi untuk lebih tertekan daripada peserta dalam perawatan
sedikit dalam mengelola DMT2, khususnya dalam menangani diagnosis
tersier. Model 2 menunjukkan bahwa setelah disesuaikan dengan
DMT2 yang tidak terduga, terapi dan (ketakutan) komplikasi.20].
variabel karakteristik sosio-demografis, asosiasi menjadi sangat
intensif(ΔATAU = 0,48). Pada Model 3, penambahan variabel
Kami juga menemukan bahwa peserta dengan ketergantungan
kondisi klinis semakin memperkuat hubungan antara tingkat
pada pengasuh memiliki skor DD yang lebih tinggi dibandingkan
fasilitas kesehatan dan DD (ΔOR = 0,09). Dalam Model 4,
dengan mereka yang tidak didampingi. Temuan ini jelas sampai
mengganti variabel klinis dengan komplikasi menunjukkan
batas tertentu, karena peserta yang bergantung pada pengasuh
hubungan yang cukup intensif dibandingkan dengan model 2.(Δ
adalah mereka dengan kondisi kesehatan yang lebih buruk dan
ATAU = 0,22). Kemungkinan yang lebih tinggi mengalami DD
membutuhkan bantuan dalam kegiatan, seperti orang tua atau
dalam perawatan primer dibandingkan dengan perawatan tersier
peserta dengan komplikasi atau penyakit serius lainnya. Selain itu,
tetap signifikan dalam model yang sepenuhnya disesuaikan (OR =
sebagian besar peserta dengan pendidikan rendah menyatakan
3,68, 95% CI 2,46-5,55;p < .001). Selain pengaturan perawatan,
bahwa mereka membutuhkan pengasuh untuk membantu
kami menemukan empat faktor independen terkait dengan skor
mereka selama proses administrasi rumah sakit. Di Indonesia,
DD yang lebih tinggi: usia yang lebih muda, peserta dengan
dibutuhkan waktu minimal 7 jam untuk proses pelayanan pasien
ketergantungan pada pengasuh, tingkat FBG yang lebih tinggi,
di rumah sakit mulai dari pendaftaran, pemeriksaan laboratorium
dan mengalami dua atau lebih komplikasi DMT2.
dan konsultasi dokter sampai dengan penerimaan obat dari
apoteker [15]. Caregiver berperan untuk membantu pasien selama
menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. Beberapa partisipan
Diskusi lansia dalam penelitian kami menyatakan bahwa mereka selalu
Studi kami menunjukkan bahwa peserta yang dirawat di melupakan penjelasan dokter selama konsultasi setelah mereka
tempat perawatan primer menunjukkan lebih banyak tekanan kembali ke rumah, tetapi dengan adanya pengasuh selain mereka
pada DDS17 daripada mereka yang dirawat di perawatan selama konsultasi, mereka merasa lebih aman. Selanjutnya
tersier. Selain pengaturan perawatan, kami menemukan pengasuh dapat membantu mereka untuk mengingat penjelasan
empat faktor independen terkait dengan skor DD yang lebih dokter dan dapat membantu dalam mengumpulkan obat di
tinggi: usia yang lebih muda, peserta dengan ketergantungan apotek. Namun, ini tampaknya tidak cukup untuk mengimbangi
pada pengasuh, tingkat FBG yang lebih tinggi, dan mengalami peningkatan skor DD pada kelompok ini.
dua atau lebih komplikasi DMT2. Hasil ini perlu ditafsirkan Hubungan antara pengaturan perawatan dan skor DD
dengan hati-hati karena data kami dikumpulkan ketika sedikit meningkat setelah penyesuaian tambahan untuk
pemerintah Indonesia memulai transformasi dalam sistem faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi klinis (ΔOR =
jaminan kesehatan. Sebelumnya, pasien rawat jalan DMT2 0,09). Hal ini mungkin sebagian disebabkan oleh terbatasnya
bebas memilih layanan tersier (termasuk memilih residen jumlah faktor yang termasuk dalam kelompok ini (yaitu, hanya
penyakit dalam). Namun, sistem asuransi kesehatan yang durasi DMT2 dan kadar FBG) dan pengaruh kadar FBG yang
baru telah lebih diperkuat dan rujukan ke fasilitas kesehatan lemah namun signifikan (OR = 1,01) pada skor DD. Dua faktor
dan perubahan ini dapat berdampak sangat baik pada DD. lagi mengenai kondisi klinis (jenis terapi dan)
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 7 dari 11

glukosa postprandial) awalnya dimasukkan dalam model Penilaian DD penting untuk memfasilitasi deteksi dini DD
regresi kami. Namun, kedua faktor tersebut tidak dimasukkan dan potensi pencegahan selanjutnya dari gangguan
dalam model akhir karena dengan memasukkan variabel psikologis yang lebih parah; khususnya, pasien DMT2
tersebut model tidak lagi memenuhi asumsi odds dengan skor DD yang lebih tinggi telah ditemukan
proporsional, prasyarat penting untuk melakukan analisis memiliki peningkatan risiko kematian [26]. Penilaian DD
regresi ordinal secara lebih langsung [18]. Temuan hubungan reguler telah direkomendasikan oleh IDF sejak 2012 [27].
antara peningkatan kadar FBG dan skor DD yang lebih tinggi Skor DD yang lebih tinggi dalam perawatan primer yang ditemukan dalam penelitian kami dapat dijelaskan oleh

sejalan dengan penelitian lain. Sebuah uji klinis di AS beberapa faktor berbasis fasilitas. Ingatlah bahwa pengumpulan data kami dilakukan pada tahun 2014, saat pemerintah

melaporkan bahwa kadar glukosa darah yang lebih tinggi Indonesia mulai memperkenalkan transisi sistem asuransi kesehatan baru dari Askes ke BPJS. Salah satu dampak dari

dikaitkan dengan skor DD yang lebih tinggi. Selanjutnya, perubahan ini adalah pemerintah memperkuat proses pelayanan kesehatan rujukan berjenjang. Pelayanan kesehatan

dalam penelitian AS ini, dilaporkan bahwa glukosa darah dimulai dari tingkat perawatan primer, dan pasien rawat jalan DMT2 yang telah menjalani terapi di perawatan tersier harus

terkontrol memiliki dampak positif pada suasana hati, skor DD dirujuk kembali ke perawatan primer (setelah disetujui oleh dokter penyakit dalam yang merawatnya). Dalam penelitian ini,

dan HRQoL [21]. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan pada selama proses pendataan, beberapa peserta lansia berbagi pengalaman bahwa sejak transformasi sistem jaminan

pasien Hispanik dan non-Hispanik di AS juga melaporkan kesehatan, mereka dibingungkan oleh rumitnya prosedur dan birokrasi fasilitas pelayanan kesehatan. Salah satu

bahwa skor DD yang lebih rendah dikaitkan dengan dampaknya adalah perubahan dokter yang meresepkan pengobatan. Seringkali, mereka sudah merasa nyaman dengan

penurunan kadar glukosa darah.22]. Dari perspektif analitis, dokter sebelumnya yang merawat mereka dan perubahan itu mungkin menyebabkan penderitaan. Selain itu, beberapa

perhatian harus diberikan dalam penelitian ini bahwa karena partisipan berpendapat bahwa DMT2 harus ditangani oleh dokter spesialis (seperti yang selama ini mereka lakukan), dengan

tingginya persentase data yang hilang pada tingkat FBG (258 kata lain mereka lebih percaya diri dengan pengetahuan spesialis. Last but not least, beberapa peserta juga

bukti yang tersedia dari 632 peserta), kami menggunakan mengungkapkan bahwa fasilitas laboratorium dan obat-obatan di layanan tersier lebih lengkap daripada layanan primer.

pendekatan imputasi ganda [17] untuk menangkap tingkat Bagi sebagian peserta, jenis obat yang diberikan oleh dokter penyakit dalam lebih baik daripada obat yang mereka dapatkan

FBG dari total sampel. Kesimpulan yang signifikan kemudian dari layanan primer. Salah satu dampaknya adalah perubahan dokter yang meresepkan pengobatan. Seringkali, mereka

dihasilkan berdasarkan total sampel, bukan 258 peserta yang sudah merasa nyaman dengan dokter sebelumnya yang merawat mereka dan perubahan itu mungkin menyebabkan

memiliki bukti penuh tingkat FBG mereka. penderitaan. Selain itu, beberapa partisipan berpendapat bahwa DMT2 harus ditangani oleh dokter spesialis (seperti yang

selama ini mereka lakukan), dengan kata lain mereka lebih percaya diri dengan pengetahuan spesialis. Last but not least,

Hubungan antara pengaturan perawatan dan skor DD beberapa peserta juga mengungkapkan bahwa fasilitas laboratorium dan obat-obatan di layanan tersier lebih lengkap

cukup intensif setelah penyesuaian tambahan untuk daripada layanan primer. Bagi sebagian peserta, jenis obat yang diberikan oleh dokter penyakit dalam lebih baik daripada

faktor-faktor yang berkaitan dengan komplikasi dan obat yang mereka dapatkan dari layanan primer. Salah satu dampaknya adalah perubahan dokter yang meresepkan

penyakit serius lainnya (ΔOR = 0,22) di mana memiliki dua pengobatan. Seringkali, mereka sudah merasa nyaman dengan dokter sebelumnya yang merawat mereka dan perubahan

atau lebih komplikasi sangat meningkatkan skor DD. itu mungkin menyebabkan penderitaan. Selain itu, beberapa partisipan berpendapat bahwa DMT2 harus ditangani oleh

Temuan ini sejalan dengan studi Belanda [9] yang dokter spesialis (seperti yang selama ini mereka lakukan), dengan kata lain mereka lebih percaya diri dengan pengetahuan

melaporkan korelasi positif dengan berbagai jenis spesialis. Last but not least, beberapa peserta juga mengungkapkan bahwa fasilitas laboratorium dan obat-obatan di

komplikasi dan peningkatan skala Area Masalah dalam layanan tersier lebih lengkap daripada layanan primer. Bagi sebagian peserta, jenis obat yang diberikan oleh dokter

Diabetes (PAID). Selanjutnya, sebuah penelitian pada penyakit dalam lebih baik daripada obat yang mereka dapatkan dari layanan primer. beberapa partisipan berpendapat

pasien India juga melaporkan bahwa komplikasi DMT2 bahwa DMT2 harus ditangani oleh dokter spesialis (seperti yang selama ini mereka lakukan), dengan kata lain mereka lebih

merupakan prediktor utama untuk skor DD yang tinggi.23 percaya diri dengan pengetahuan spesialis. Last but not least, beberapa peserta juga mengungkapkan bahwa fasilitas laboratorium dan obat-obatan di lay

]. Dalam penelitian kami, 6% dari peserta melaporkan Selain itu, karena pengumpulan data kami dilakukan di tempat
penyakit serius lainnya (kanker, TBC, gastritis, hepatitis umum, pelaporan pengalaman peserta dan situasi psikologis
dan tumor), menghasilkan skor DD yang lebih tinggi. mungkin terjadi karena keengganan untuk bersikap kritis kepada
Penelitian di Yunani juga melaporkan hubungan positif pihak berwenang. Khususnya, kriteria seleksi di atas pada usia dan
antara komorbiditas dan skor DD yang lebih tinggi [10]. kesediaan untuk berpartisipasi diterapkan. Untuk menghindari
Orang yang hidup dengan T2DM memerlukan rencana bias seleksi lebih lanjut, tidak ada batasan lain pada partisipasi
pengelolaan diri harian seumur hidup [24]. Perubahan gaya hidup yang diterapkan. Namun, penting juga untuk dicatat bahwa
sehari-hari dan penyakit mungkin berdampak negatif pada kondisi tempat tertentu yang dipilih dan jenis pasien rawat jalan yang
psikologis mereka dan dapat berkontribusi pada DD. DD mengacu mengunjungi tempat tersebut memang memberikan pilihan
pada ketakutan akan risiko komplikasi DMT2, kurangnya tertentu. Selanjutnya, selama pengumpulan data, peneliti
aksesibilitas ke fasilitas kesehatan berkualitas tinggi, kekhawatiran menjelaskan kepada peserta bahwa setiap jawaban yang mereka
tentang terapi manajemen diri dan persepsi kurangnya dukungan berikan akan dijaga kerahasiaannya dan jawaban yang jujur atau
emosional dari keluarga dan rekan kerja.5,7]. Empat penelitian subjektif akan sangat membantu dalam mengembangkan layanan
sebelumnya di AS telah menemukan bahwa memang skor DD DMT2 di Indonesia.
yang lebih tinggi, karena tingkat kesusahan yang lebih tinggi, Keterbatasan penelitian ini adalah bahwa kami tidak dapat
dikaitkan dengan hasil psikologis yang lebih buruk, perawatan diri mengukur HbA1c peserta. Hal ini dikarenakan tidak semua
yang buruk, kadar hemoglobin A1c (HbA1c) yang lebih tinggi, fasilitas kesehatan dilengkapi dengan fasilitas pengujian
kualitas hidup terkait kesehatan yang lebih rendah (HRQoL) dan HbA1c. Untuk beberapa pasien rawat jalan DMT2 dengan
peningkatan komplikasi T2DM [5, 7, 8, 25]. Selanjutnya, periodik keadaan ekonomi yang baik, pengujian HbA1c dilakukan di
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 8 dari 11

laboratorium swasta. Selain itu, terdapat perbedaan kebijakan pasien. Selain itu, kami berasumsi jika pendataan dilakukan di
pemeriksaan HbA1c antar fasilitas kesehatan yang berbeda. beberapa daerah terpencil di Indonesia, biaya transportasi akan
Sebagai gambaran, satu Puskesmas tertentu merekomendasikan menjadi salah satu masalah utama bagi mereka. Sebagai
hanya satu kali pemeriksaan HbA1c per tahun dan dengan syarat gambaran, pasien rawat jalan T2DM di salah satu daerah terpencil
pasien rawat jalan DMT2 mengikuti kegiatan yang (Desa Mansalean) di Sulawesi Tengah bisa menghabiskan sekitar
diselenggarakan oleh Puskesmas tersebut, sedangkan Permenkes USD$10 untuk menjangkau fasilitas kesehatan.
No.52 Tahun 2016 [28] menyatakan bahwa tes HbA1c harus Ini adalah studi pertama yang menyajikan skor DD di Indonesia
dilakukan setiap 3 atau 6 bulan. Selain itu, kami juga mengalami tetapi terbatas di Jawa. Peserta dari penelitian kami direkrut dari
kesulitan dalam mengumpulkan durasi DMT2 dan kadar FBG, berbagai penyedia layanan kesehatan seperti dokter keluarga,
dengan hanya 40-50% peserta yang memiliki bukti lengkap. Selain komunitas rawat jalan DMT2, Puskesmas dan rumah sakit
itu, jumlah peserta dalam perawatan tersier hampir lima kali lebih sehingga kami berasumsi bahwa hasil penelitian dapat
tinggi daripada di perawatan primer, karena fasilitas kesehatan memberikan pemahaman menyeluruh tentang keadaan DD di
primer tampaknya enggan untuk berpartisipasi dalam penelitian Indonesia. Selain itu, meskipun penduduk Indonesia sangat
ini. Ukuran sampel yang tidak sama antar kelompok dapat heterogen, penduduk Jawa dapat dikatakan cukup representatif
mempengaruhi keakuratan uji-T dalam perbandingan deskriptif karena 57% dari seluruh penduduk Indonesia bertempat tinggal di
kami yang disajikan dalam Tabel1. Namun, karena sebagian besar Jawa.30].
parameter input tidak terdistribusi normal dan dibandingkan Dapat tersirat dari penelitian ini bahwa pertimbangan serius
menggunakan uji Kruskal-Wallis, dan terbukti bahwa uji Kruskal- harus diberikan untuk melakukan skrining DMT2 dan DD
Wallis dapat dilakukan dengan ukuran kelompok yang tidak sama dalam konteks umum kesehatan Indonesia [31]. Skrining
[29], kami tidak berpikir ukuran sampel yang tidak sama ini akan khususnya diperlukan karena pengelolaan diabetes terus
mempengaruhi kekuatan statistik model kami secara umum. diperluas dan ditingkatkan, berpotensi dengan
Indeks massa tubuh tidak diukur dalam penelitian kami karena mempertimbangkan DD di masa depan. Risiko
selama prosedur pengumpulan data kami diberitahu oleh peserta berkembangnya komplikasi DMT2 dapat diturunkan dengan
bahwa mereka merasa tidak nyaman dengan pengukuran karena program pencegahan berbasis populasi (skrining secara
mereka merasa terlalu lelah karena birokrasi di rumah sakit. teratur untuk DMT2 pada orang yang berisiko tinggi). Jelas,
Beberapa dari mereka juga merasa tidak nyaman jika kami efektivitas biaya pendekatan harus dianalisis. Sementara itu,
mengukur berat dan tinggi badan mereka di ruang tunggu rumah DMT2 yang teridentifikasi dapat dikelola melalui beberapa
sakit. Faktor perancu lainnya, dan umumnya termasuk dalam pendekatan, seperti pengobatan dan/atau saran mengikuti
penelitian serupa, adalah penggunaan insulin. Kami memang deteksi dini dan diagnosis untuk mencegah komplikasi DMT2
menyertakan parameter ini dalam tabel deskriptif kami (Tabel1) di yang cepat, menyediakan akses mudah ke fasilitas kesehatan
bawah 'jenis terapi'. Namun, jenis terapi tidak dimasukkan sebagai integratif termasuk layanan psikologis, pengobatan esensial
perancu dalam model regresi ordinal karena inklusi menyebabkan dan teknologi dasar T2DM [31]. Dukungan masyarakat juga
model menyimpang dari asumsi odds proporsional [16], asumsi berkontribusi positif terhadap DD, misalnya membantu pasien
yang harus dipenuhi saat menggunakan model regresi ordinal DMT2 dalam mengakses makanan sehat dan fasilitas
dalam analisis apa pun. Keterbatasan lain dari penelitian ini olahraga.32, 33], menggambarkan perlunya program literasi
terletak pada pengumpulan sampel klinis dari pasien kami. Karena kesehatan yang selaras untuk pasien dan lingkungan, seperti
tantangan logistik dan organisasi, tidak semua variabel tersedia pasangan dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu kami
untuk semua peserta, yang membatasi kemungkinan untuk merekomendasikan bahwa selain meningkatkan akses ke
mengoreksi dan menyesuaikan hasil. Perbedaan antara skor DD layanan kesehatan yang baik bagi mereka dengan DMT2,
dalam perawatan primer dan perawatan tersier dapat dijelaskan perawatan primer harus diperkuat secara komprehensif
dengan lebih baik jika lebih banyak faktor pengganggu telah dalam hal pengelolaan terapi DMT2. Lebih lanjut, kami
dimasukkan dibandingkan dengan inklusi saat ini dalam model merekomendasikan agar pemerintah Indonesia memberikan
regresi kami. bantuan dan informasi psikologis di setiap fasilitas kesehatan
untuk membantu pasien DMT2 dengan DD, dan
pemberdayaan inklusif di bidang literasi kesehatan. Layanan
Penting untuk digarisbawahi bahwa sebagian besar peserta psikologis dan informasi tersebut dapat disematkan dalam
yang terlibat dalam penelitian ini adalah mereka yang umumnya sejumlah kegiatan klub DM skala kecil (misalnya Prolanis
secara konsisten mengikuti pengobatan pengobatan, patuh dan BPJS). Lebih lanjut (sebaiknya hemat biaya) peningkatan
secara teratur mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan untuk inisiatif ini dapat dipertimbangkan.
mendapatkan obat DMT2. Kami berasumsi kondisi ini tercermin
dalam hasil penelitian kami, bahwa tidak ada peserta yang Sebagai salah satu inisiatif khusus, Prolanis menyangkut
ditemukan dengan DD mayor. Penelitian lebih lanjut harus program manajemen penyakit kronis yang diselenggarakan
diarahkan untuk menganalisis skor DD secara komplementer pada oleh BPJS yang memfasilitasi kunjungan bulanan antara
T2DM yang tidak patuh dan kurang terkontrol pasien dan dokter atau residen konsultasi penyakit dalam.
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 9 dari 11

Dalam kunjungan tersebut dilakukan pemeriksaan Informasi tambahan


glukosa darah pasien, dilanjutkan dengan olahraga dan Informasi tambahan menyertai makalah ini di https://doi.org/10.
1186/s12913-019-4515-1.
edukasi tentang DMT2.34]. Dalam kegiatan Prolanis,
dokter dapat berperan dalam memberikan edukasi dan Berkas tambahan 1.
informasi DMT2, sedangkan psikolog dapat berkas tambahan 2.
memberikan edukasi psikologis untuk menurunkan DD.
Rekomendasi khusus lainnya adalah edukasi DMT2 Singkatan
juga harus ditujukan kepada caregiver atau anggota BMI: Indeks massa tubuh; BPJS: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Badan
keluarga karena merekalah yang mampu memantau Penyelenggara Jaminan Sosial); DD: Gangguan diabetes; DDS17 Bahasa Indonesia:
Kuesioner Skala Distress Diabetes dalam Bahasa Indonesia; DM: Diabetes Mellitus;
perkembangan terapi yang diberikan kepada pasien FBG: Glukosa darah puasa; GP: Dokter umum; HbA1c: Hemoglobin A1C; HRQoL:
DMT2, perjalanan penyakit dan kesejahteraan secara Kualitas hidup terkait kesehatan (HRQoL); IDF: Federasi Diabetes Internasional;
keseluruhan. Peningkatan kesadaran dan pendidikan OAD: Obat antidiabetik oral; ATAU: Rasio peluang; DIBAYAR: Area Masalah pada
Diabetes; Puskesmas: Pusat kesehatan primer; DMT2: Diabetes Mellitus Tipe 2;
tersebut akan memberdayakan literasi kesehatan baik ATAU: Perbedaan rasio odds antara model
pasien maupun lingkungan. Tampaknya peningkatan
kesadaran dan pendidikan masyarakat Indonesia
Ucapan Terima Kasih
dengan DMT2 tidak hanya tentang perawatan DM Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan
tetapi juga tentang reformasi dalam sistem asuransi Dana Abadi Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan Republik
kesehatan dan penyediaan layanan kesehatan dapat Indonesia, para peserta, BPJS Kesehatan Indonesia, pihak rumah sakit,
Persadia Indonesia, Puskesmas, dokter keluarga dan manajemen
bermanfaat dalam mengurangi DD. Saat ini,35] dan rumah sakit yang telah membantu penelitian ini. . Ucapan terima kasih
Asosiasi Diabetes Amerika [36] sebagai pedoman global juga penulis sampaikan kepada Gubernur Sulawesi Tengah (Drs H.
untuk T2DM. Jika skrining untuk DM dilakukan, DD Longki Djanggola, M.Si), Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
(Dr. H. Moh. Hidayat Lamakarate, M.Si), Bupati Banggai Laut (Drs. H.
harus menjadi salah satu perhatian pemerintah Wenny Bukamo), Dra. Hj. Tuty Hamid, Prof. Dr. dr. Muhamad Bambang
Indonesia. Selain itu, kami juga merekomendasikan Purwanto Sp.PD-KGH FINASIM, dr. Supriyanto Kartodarso SpPD KEMD
pendekatan khusus gender seperti konsultasi FINASIM, dr. Eva Niamuzisilawati, SpPD-KGH FINASIM, dr. Ikrimah Nisa
Utami, Endang Prihatin, dr. Ernita Kamindang, Sp.PD, dr. Friyatni S.
psikologis untuk pasien DMT2 wanita, terutama ibu Tjatjo, dr. Metania Osyca Fuisari, Susanty R. Djohanis, SKM,
rumah tangga. Akhirnya, mendidik pasien rawat jalan
DMT2 tentang reformasi dalam sistem asuransi
kesehatan dan penyediaan layanan kesehatan serta
Kontribusi penulis
melibatkan anggota keluarga dalam pendidikan DMT2 BA, DS, JA, MJP dan QC terlibat dalam konseptualisasi dan desain penelitian ini. BA
mungkin bermanfaat untuk mengurangi DD. melakukan pendataan. QC melakukan analisis, MJP dan TVA memverifikasi
temuan. BA menyusun naskah dengan dukungan dari TVA, MJP dan QC. Semua
penulis mendiskusikan hasil dan menyetujui naskah akhir.

Kesimpulan Pendanaan
Penelitian ini didukung oleh hibah dari Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI)/LPDP
Dalam penelitian ini, kami menemukan skor DD yang lebih tinggi pada
(The Endowment Fund Indonesia for Education, Kementerian Keuangan Republik
pasien rawat jalan DMT2 Indonesia dari perawatan primer Indonesia) dengan nomor kontrak 20130821080334 sebagai lembaga pendanaan.
dibandingkan dengan pasien yang dikelola di perawatan tersier. Selain LPDP memberikan dukungan beasiswa penuh kepada peneliti utama. Juga,
Universitas Groningen menginvestasikan dana sendiri dalam desain penelitian,
pengaturan perawatan, variabel berikut ditemukan berhubungan
pengumpulan data (termasuk gaji untuk asisten peneliti), analisis, dan
positif dengan skor DD yang lebih tinggi: usia yang lebih muda, peserta interpretasi data dan dalam penulisan naskah (kode proyek 134502).
dengan ketergantungan pada pengasuh, tingkat FBG yang lebih tinggi,
dan mengalami dua atau lebih komplikasi DMT2. Ini adalah studi
Ketersediaan data dan bahan
pertama di Indonesia yang membandingkan skor DD di fasilitas Kumpulan data yang digunakan dan/atau dianalisis selama studi saat ini
kesehatan yang berbeda. Kami merekomendasikan pertimbangan tersedia dari penulis terkait atas permintaan yang masuk akal.

umum DD oleh pemerintah dan berbagai karakteristik pasien.


Persetujuan etika dan persetujuan untuk berpartisipasi
Perkiraan DD kami dapat digunakan dengan baik dalam pembuatan Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik Kedokteran Universitas Gadjah Mada
kebijakan kesehatan Indonesia untuk pasien DMT2. Penilaian DD Yogyakarta, Indonesia (nomor dokumen KE/FK/1188/EC, 12 November 2014,
diubah 16 Maret 2015). Peserta diberitahu secara lisan tentang isi, desain dan
secara berkala dengan pengelolaan data yang baik dapat menjadi
tujuan penelitian. Selanjutnya, Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia
acuan bagi pemerintah untuk menentukan jenis intervensi yang sesuai mengeluarkan rekomendasi penelitian (nomor 440.02/4480 pada tanggal 25
untuk setiap tingkat fasilitas kesehatan. Misalnya, ketika ada lebih November 2014) dan mengirimkannya ke provinsi dan kabupaten tempat
penelitian yang diusulkan itu akan dilakukan. Selain itu, kami juga memperoleh izin
banyak pasien DMT2 dengan skor DD tinggi dalam domain distress
penelitian dari BPJS Pusat dengan nomor dokumen 856/ Bang/ 0914 pada tanggal
rejimen di fasilitas perawatan kesehatan, pendidikan dan pelatihan 17 September 2014. Berdasarkan izin BPJS Pusat ini, kami dapat bekerja sama
DMT2 dapat ditingkatkan. Jika tindakan tersebut diambil berdasarkan dengan cabang BPJS di provinsi dan kabupaten. Pendataan di semua fasilitas
kesehatan mendapat izin dari pihak terkait, seperti direktur rumah sakit, kepala
pengetahuan yang dikumpulkan tentang DD, perbaikan penting lebih
Puskesmas atau dokter keluarga. Selanjutnya, semua peserta bersedia membaca
lanjut dalam perawatan diabetes di Indonesia dapat dicapai. dan menandatangani informed consent dan merasa nyaman untuk mengisinya
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 10 dari 11

instrumen. Untuk dua peserta perempuan dengan kemampuan membaca terbatas 12. BPJS Kesehatan. Panduan Klinis Pengelolaan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. 2nd
karena lupa kacamata baca (> 80 tahun dan tidak buta huruf), informed consent ed. Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan); 2015.
diberikan di tempat secara lisan oleh pengasuh (anak-anak dewasa) serta kembali oleh 13. IDF. Persatuan Diabetes Indonesia. Int. Diabetes Makan. 2015; [dikutip 22 April
peserta untuk mendukung partisipasi dalam penelitian . 2017]. Tersedia dari:http://www.idf.org/membership/wp/indonesia/ persatuan-
diabetes-indonesia.
14. Inzucchi SE, Lipska KJ, Mayo H, Bailey CJ, McGuire DK. Metformin pada pasien
Persetujuan untuk publikasiTidak
dengan diabetes tipe 2 dan penyakit ginjal: tinjauan sistematis. JAMA.
berlaku untuk bagian tersebut.
2014;312:2668–75.
15. Arifin B, Perwitasari DA, Cao Q, Atthobari J, Krabbe PF, Postma MJ. Penerjemahan,
Kepentingan bersaing revisi dan validasi skala distres diabetes untuk pasien rawat jalan diabetes tipe 2
Prof Maarten J Postma melaporkan hibah dan honorarium dari berbagai perusahaan Indonesia dengan berbagai jenis komplikasi. Nilai Sembuhkan Masalah Reg.
farmasi, semuanya sama sekali tidak terkait dengan proyek ini. Penulis lain menyatakan 2017;12C:63–73.
bahwa mereka tidak memiliki konflik kepentingan. 16. Brant R. Menilai proporsionalitas dalam model odds proporsional untuk
regresi logistik ordinal. Biometrik. 1990; 46:1171–8.
Detail penulis 17. Rubin DB. Beberapa imputasi setelah 18+ tahun. J Am Stat Assoc. 1996; 91:473–
1Unit Farmakoterapi, Epidemiologi & Ekonomi (PTE2), Departemen Farmasi, 89 Tersedia dari:http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1
Universitas Groningen, Groningen, Belanda. 2Bidang Pencegahan dan 080/01621459.1996.10476908?journalCode=uasa20&quickLinkVolume=
Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai Laut, 91&quickLinkIssue=434&quickLinkPage=473&selectedTab=
Pelayanan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Sulawesi citation&volume=91.
Tengah, Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai Laut, Jl. Jogugu Zakaria No. 18. Wardian J, Sun F. Faktor-faktor yang terkait dengan tekanan terkait diabetes: implikasi
1, Banggai, Sulawesi Tengah, Indonesia. 3Institute of Science in Healthy untuk manajemen diri diabetes. Soc Work Heal Care. 2015;53:1–17.
Aging & healthcare (SHARE), University Medical Center Groningen (UMCG), 19. Kunyah BH, Vos R, Mohd-Sidik S, Rutten GEHM. Distress terkait diabetes,
University of Groningen, Groningen, Belanda. 4Departemen Ilmu Kesehatan, depresi dan depresi di antara orang dewasa dengan diabetes mellitus tipe 2
Universitas Groningen, Pusat Medis Universitas Groningen, Universitas di Malaysia. PLoS Satu. 2016;11:1–16. Tersedia dari.https://doi.org/ 10.1371/
Groningen, Hanzeplein 1, Groningen 9700, RB, Belanda. 5Departemen journal.pone.0152095.
Epidemiologi, Universitas Groningen, Pusat Medis Universitas Groningen, 20. Paddison CA, Alpass F, Stephens C. Mendekonstruksi kesusahan: kontribusi pola
Groningen, Belanda. 6Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah kognitif terhadap peningkatan tekanan di antara orang-orang dengan diabetes tipe
Purwokerto, Purwokerto, Indonesia. 7Departemen Farmakologi dan Terapi, 2. Eur Diabetes Nurs. 2007;4:23–7.
Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Universitas 21. Fisher L, Polonsky W, Parkin CG, Jelsovsky Z, Amstutz L, Wagner RS.
Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. 8Unit Epidemiologi Klinik dan Dampak pemantauan glukosa darah pada depresi dan kesusahan
Biostatsitik, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, pada pasien naif insulin dengan diabetes tipe 2. Opini Curr Med Res.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia. 9Departemen Ekonomi, 2011;27:39–46.
Ekonometrika & Keuangan, Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas 22. Leyva B, Zagarins SE, Allen N, Welch G. Dampak relatif dari tekanan diabetes
Groningen, Groningen, Belanda. 10Departemen Farmakologi, Universitas vs depresi pada kontrol glikemik pada pasien hispanik setelah intervensi
Airlangga, Surabaya, Indonesia. pendidikan manajemen diri diabetes. Etn Dis. 2011;21:322–7.
23. Gahlan D, Rajput R, Gehlawat P, Gupta R. Prevalensi dan penentu tekanan
diabetes pada pasien diabetes mellitus di Pusat perawatan tersier.
Diabetes Metab Syndr Clin Res Rev. 2017:1–4. Tersedia dari:.https://doi.
Diterima: 20 Agustus 2018 Diterima: 9 September 2019 org/10.1016/j.dsx.2017.12.024.
24. Kekuatan MA, Bardsley J, Cypress M, Duker P, Corong MM, Fischl AH, dkk.
Pendidikan manajemen diri diabetes dan dukungan pada diabetes tipe 2:
Referensi pernyataan posisi bersama dari asosiasi diabetes Amerika, asosiasi pendidik
1. IDF. IDF Diabetes Atlas Edisi Keempat. 2009. Tersedia dari:www.eatlas.idf.org diabetes Amerika, dan akademi nutrisi dan dietetika. Jurnal Diabetes Klinik.
2. IDF. Atlas diabetes IDF, edisi Delapan. Brussels: Federasi diabetes 2016;34:70–80.
internasional; 2017. hal. 1-150. Tersedia dari:www.diabetesatlas.org 25. Winchester RJ, Williams JS, Wolfman TE, Egede LE. Gejala depresi, tekanan
3. PUSDATIN. Situasi dan analisis diabetes. Jakarta; 2014. Tersedia dari:http:// psikologis yang serius, tekanan diabetes dan kontrol faktor risiko
www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/ kardiovaskular pada pasien dengan diabetes tipe 2. J Komplikasi
infodatindiabetes.pdf Diabetes. 2016;30:312–7.
4. Erika G. Diabetes Distress. NS. Asosiasi Diabetes. 2013; [dikutip 24 Oktober 2018]. 26. van Dooren FEP, Nefs G, Schram MT, Verhey FRJ, Denollet J, Pouwer F. Depresi
Tersedia dari:http://www.diabetes.org/living-with-diabetes/complications/ mental- dan risiko kematian pada penderita diabetes mellitus: tinjauan sistematis dan
health/diabetes-distress.html. meta-analisis. PLoS Satu. 2013;8:1–11. Tersedia dari.https://doi.org/10.1371/
5. Polonsky WH, Fisher L, Earles J, dkk. Menilai tekanan psikososial pada diabetes. journal.pone.0057058.
Perawatan Diabetes. 2005;28:626–31. 27. IDF. Pedoman global untuk diabetes tipe 2. Brussel: Federasi Diabetes
6. Polonsky WH, Anderson BJ, Lohrer PA, Welch G, Jacobson AM, Aponte JE, dkk. Internasional; 2012. hal. 1–123.
Penilaian tekanan terkait diabetes. Perawatan Diabetes. 1995;18:754–60. 28. Ministry_of_Health_of_Republic_of_Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
7. Fisher L, Hessler DM, Polonsky WH, Mullan J. Kapan tekanan diabetes bermakna secara Republik Indonesia nomor 52 tahun 2016 tentang standar tarif pelayanan
klinis? Menetapkan titik potong untuk skala tekanan diabetes. Perawatan Diabetes. kesehatan dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan. Indonesia:
2012;35:259–64. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2016. hal. 1–912. Tersedia dari:
8. Fisher L, Mullan JT, Skaff MM, Glasgow RE, Arean P, Hessler D. Memprediksi tekanan http://hukor.depkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No._52_Tahun_2
diabetes pada pasien dengan diabetes tipe 2: studi longitudinal. 016_Tentang_Standar_Tarif_Pelayanan_Kesehatan_Dalam_Penyelenggara_JKN_.pdf
Obat Diabetes. 2009;26:622–7.
9. Stoop CH, Nefs G, Pop VJ, Wijnands-van Gent CJM, Tack CJ, Geelhoed-Duijvestijn PHLM, 29. Lachenbruch PA, Clements PJ. Anova, kruskal-wallis, skor normal dan varians
dkk. Tekanan emosional khusus diabetes pada orang dengan diabetes tipe 2: tidak sama. Stat Komunitas - Metode Teori. 1991;20:107–26. Taylor &
perbandingan antara perawatan primer dan sekunder. Obat Diabetes. Fransiskus. Tersedia dari.https://doi.org/10.1080/03610929108830486.
2014;31:1252–9. 30. BPS. Statistik Indonesia (buku tahun statistik Indonesia). Sub-direktorat_
10. Papathanasiou A, Shea S, Koutsovasilis A, Melidonis A, Papavasiliou E, Lionis of_Statistica_ kompilasi, editor. Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS
C. Pelaporan penderitaan dan kualitas hidup pasien dengan diabetes mellitus dalam Indonesia; 2015.
perawatan primer dan sekunder di Yunani. Ment Kesehatan Fam Med. 2008;5:85–93. 31. SIAPA. Laporan global tentang diabetes [internet]. Jenewa; 2016. Tersedia dari:http://
11. BPJS Kesehatan. Panduan praktis sistem rujukan berjenjang. Jakarta: Badan apps.who.int/iris/bitstream/10665/204871/1/9789241565257_eng.pdf
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS Kesehatan). Tersedia dari:https:// 32. Gariépy G. Karakteristik lingkungan dan depresi pada penghuni
bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf komunitas dengan dan tanpa kondisi kronis (tesis
Arifin dkk. Penelitian Layanan Kesehatan BMC (2019) 19:773 Halaman 11 dari 11

diajukan ke McGill University untuk memenuhi sebagian


persyaratan gelar doktor filsafat). Quebec: Universitas McGill
Montreal; 2014.
33. Gariepy G, Smith KJ, Schmitz N. Diabetes distress dan karakteristik lingkungan pada
orang dengan diabetes tipe 2. J Psikosom Res. 2013;75:147– 52. Elsevier Inc. Tersedia
dari:.https://doi.org/10.1016/j.jpsychores.2013.05.009.
34. Askes. Panduan pelayanan kesehatan bagi peserta prolanis penderita diabetes
melitus tipe 2. Jakarta; 2010. Tersedia dari:http://www.ptaskes.com
35. Federasi_Diabetes_Internasional. Pedoman Global untuk Diabetes Tipe 2. Praktek
Klinik Diabetes Res. 2014;104:1–52.
36. American_Diabetes_Association. Standar Perawatan Medis pada Diabetes. J
Clin Appl Res Educ. 2015;38:S1–93.

Catatan Penerbit
Springer Nature tetap netral sehubungan dengan klaim yurisdiksi dalam
peta yang diterbitkan dan afiliasi institusional.

Anda mungkin juga menyukai