Anda di halaman 1dari 9

MENGENAL Kabupaten Tana Toraja

Satria Kala Lembang (2020012037)


Kabupaten Tana Toraja adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi
Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota dari kabupaten ini ada di kecamatan
Makale. Tana Toraja memiliki luas wilayah 2.054,30 km² dan pada tahun
2021 memiliki penduduk sebanyak 270.489 jiwa dengan kepadatan 132
jiwa/km².
Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis, To Riaja, yang
berarti "orang yang berdiam di negeri atas".
Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja
pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual
pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran
kayunya. Ritual pemakaman Suku Toraja merupakan
peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh
ratusan orang dan berlangsung selama beberapa
hari.

Suku Toraja yang mendiami daerah pegunungan dan


mempertahankan gaya hidup yang khas dan masih
menunjukkan gaya hidup Austronesia yang asli dan
mirip dengan budaya suku Nias yang ada di provinsi
Sumatra Utara. Daerah ini merupakan salah satu
objek wisata unggulan di provinsi Sulawesi Selatan.
# Pemerintahan Di Toraja telah diawali sejak masa
pemerintah Hindia Belanda. Berdasarkan Undang-
Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1957 dibentuk
Kabupaten Daerah Tingkat II Tana Toraja yang
peresmiannya dilakuan pada tanggal 31 Agustus
1957 dengan Bupati Kepala Daerah yang pertama
bernama Lakitta.

SEJARAH

# Sejak abad ke-17,


# Pada tahun 2001, dikeluarkan Peraturan daerah No. 2 Tahun
2001 tanggal 11 april 2001, dimana keseluruhan nama "desa"
yang ada berubah nama menjadi "lembang". Setelah
ditetapkannya Peraturan Daerah No. 2 tahun 2001 tentang
perubahan Pertama Peraturan Daerah No. 18 Tahun 2000,
Peraturan Daerah Kabupaten Tana-Toraja Nomor 8 Tahun 2004
tentang perubahan Kedua Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun
2000, serta peraturan daerah nomor 6 Tahun 2005 tentang
perubahan Ketiga peraturan Daerah Nomor 18 tahun 2000,
wilayah kabupaten Tana Toraja berkembang menjadi 40
kecamatan, 87 kelurahan dan 223 lembang (desa).

# Selanjutnya muncul wacana pemekaran wilayah, yakni


Kabupaten Toraja Utara. Wacana pemekaran ini menimbulkan
pro dan kontra di antara masyarakat Toraja sendiri.
Pembentukan kabupaten Toraja Utara akhirnya ditetapkan
melalui sidang paripurna DPR-RI pada tanggal 24 Juni 2008.
Akan tetapi, peresmian Kabupaten Toraja Utara dilakukan dua
bulan kemudian, yang dirangkaikan dengan peringatan hari
ulang tahun kabupaten Tana Toraja yang ke-51, yaitu pada
tanggal 31 Agustus 2008.
Ekonomi
Kebanyakan masyarakat Toraja hidup sebagai
petani. Komoditas andalan dari daerah Toraja
adalah sayur-sayuran, kopi, cengkih, cokelat dan
vanili. Perkenonomian di Tana Toraja digerakkan
oleh 6 pasar tradisional dengan sistem
perputaran setiap 6 hari
KELUARGA
Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam suku
Toraja. Setiap desa adalah suatu keluarga besar. Setiap
tongkonan memiliki nama yang dijadikan sebagai nama desa.
Keluarga ikut memelihara persatuan desa. Pernikahan dengan
sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktik
umum yang memperkuat hubungan kekerabatan. Suku Toraja
melarang pernikahan dengan sepupu dekat (sampai dengan
sepupu ketiga) kecuali untuk bangsawan, untuk mencegah
penyebaran harta. Hubungan kekerabatan berlangsung secara
timbal balik, dalam artian bahwa keluarga besar saling menolong
dalam pertanian, berbagi dalam ritual kerbau, dan saling
membayarkan utang.
KELAS
SOSIAL
Dalam masyarakat Toraja awal, hubungan keluarga bertalian dekat dengan
kelas sosial. Ada tiga tingkatan kelas sosial: bangsawan, orang biasa, dan budak
(perbudakan dihapuskan pada tahun 1909 oleh pemerintah Hindia Belanda).
Kelas sosial diturunkan melalui ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi
perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi
perempuan dari kelas yang lebih tinggi. Ini bertujuan untuk meningkatkan
status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari Bangsawan
terhadap rakyat jelata masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan
martabat keluarga.

Kaum bangsawan, yang dipercaya sebagai keturunan dari surga, tinggal di


tongkonan, sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang lebih sederhana
(pondok bambu yang disebut banua). Budak tinggal di gubuk kecil yang
dibangun di dekat tongkonan milik tuan mereka. Rakyat jelata boleh menikahi
siapa saja tetapi para bangsawan biasanya melakukan pernikahan dalam
keluarga untuk menjaga kemurnian status mereka. Rakyat biasa dan budak
dilarang mengadakan perayaan kematian. Meskipun didasarkan pada
kekerabatan dan status keturunan, ada juga beberapa gerak sosial yang dapat
memengaruhi status seseorang, seperti pernikahan atau perubahan jumlah
kekayaan. Kekayaan dihitung berdasarkan jumlah kerbau yang dimiliki.
KUrre Sumanga'

Anda mungkin juga menyukai