Efek samping dari penggunaan obat CCB antar lain: • Sakit kepala atau pusing • Mulut terasa kering • Tekanan darah rendah • Jantung terasa berdetak lebih cepat, lambat, atau tidak beraturan (aritmia) • Mual, konstipasi, atau diare • Penyakit asam lambung (GERD) • Otot terasa lemah atau kram • Bengkak pada tungkai dan telapak kaki (edema) • Mudah mengantuk Efek samping ringan obat CCB Edema pergelangan kaki bilateral yang disebabkan oleh nifedipin membuat pasien tertekan tetapi bukan karena gagal jantung; jika diperlukan, dapat diobati dengan pengurangan dosis, dengan diuretik konvensional, atau dengan inhibitor ACE. Nifedipine sendiri memiliki efek diuretik ringan. Dengan persiapan nifedipine extendedrelease (Procardia XL), produsen mengklaim bahwa efek samping terbatas pada sakit kepala (hampir dua kali lipat yang ditemukan pada kontrol) dan edema pergelangan kaki (tergantung dosis, 10% dengan 30 mg setiap hari, 30% dengan 180 mg setiap hari). Rendahnya insiden efek samping vasodilatasi akut, seperti flushing dan takikardia, disebabkan oleh lambatnya peningkatan kadar DHP darah. Efek samping berat obat CCB Efek samping ini jarang terjadi, biasanya Pada pasien dengan disfungsi LV, efek inotropik negatif langsung dapat menjadi masalah serius. Jarang, efek samping yang sesuai dengan efek hipotensi berlebih dan perfusi organ yang kurang, yaitu iskemia miokard atau bahkan infark, iskemia retina dan serebral, dan gagal ginjal. Efek samping lain yang tidak biasa termasuk kram otot, mialgia, hipokalemia (melalui efek diuretik), dan pembengkakan gingiva. Efek samping obat ccb berdasarkan nama obat • Verapamil digunakan untuk pengobatan angina, hipertensi, dan aritmia. Obat ini merupakan antagonis kalsium dengan kerja inotropik negatif yang poten, mengurangi curah jantung, memperlambat denyut jantung, dan mengganggu konduksi AV. Dengan demikian verapamil dapat mencetuskan gagal jantung, memperburuk gangguan konduksi, dan menyebabkan hipotensi pada dosis tinggi. Karena itu obat ini tidak boleh digunakan bersama dengan beta bloker. Efek samping utamanya berupa konstipasi. • Nifedipin merelaksasi otot polos vaskular sehingga mendilatasi arteri koroner dan perifer. Obat ini lebih berpengaruh pada pembuluh darah dan kurang berpengaruh pada miokardium dari pada verapamil. Tidak seperti verapamil, nifedipin tidak mempunyai aktivitas antiaritmia. Nifedipin jarang menimbulkan gagal jantung, karena efek inotropik negatifnya diimbangi oleh pengurangan kerja ventrikel kiri. Sediaan nifedipin kerja pendek tidak dianjurkan untuk pengobatan jangka panjang hipertensi, karena menimbulkan variasi tekanan darah yang besar dan refleks takikardia. • Nikardipin memiliki efek serupa dengan nifedipin, dengan menghasilkan sedikit pengurangan kontraktilitas miokard. • Amlodipin dan felodipin menunjukkan efek yang serupa dengan nifedipin dan nikardipin, tidak mengurangi kontraktilitas miokard dan tidak menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Obat ini mempunyai masa kerja yang lebih panjang, dan dapat diberikan sekali sehari. Nifedipin, nikardipin, amlodipin, dan felodipin digunakan untuk pengobatan angina atau hipertensi. Semuanya bermanfaat pada angina yang disertai dengan vasospasme koroner. Efek samping akibat efek vasodilatasinya adalah muka merah dan sakit kepala, dan edema pergelangan kaki (yang hanya memberikan respons parsial terhadap diuretika). • Diltiazem efektif untuk sebagian besar angina. Selain itu, sediaan kerja panjangnya juga digunakan untuk terapi hipertensi. Senyawa ini dapat digunakan untuk pasien yang karena sesuatu sebab tidak dapat diberikan beta bloker. Efek inotropik negatifnya lebih ringan dibanding verapamil dan jarang terjadi depresi miokardium yang bermakna. • Meskipun demikian, karena risiko bradikardinya, tetap diperlukan kehati-hatian bila digunakan bersama beta bloker. Referensi • http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-2-sistem-kardiovaskuler-0/24-anti-a ngina/242-antagonis-kalsium • Paz, et al. (2016). Treatment Efficacy of Anti-Hypertensive Drugs in Monotherapy or Combination. Medicine (Baltimore), 95(30), pp. e4071.