Anda di halaman 1dari 22

CONJUTIVITIS

Annisa Aulia Ananda Asdisyah


1908260172
B2019
Masalah
◦ Konjungtivitis, atau mata merah, adalah iritasi atau peradangan pada konjungtiva, yang menutupi
bagian putih bola mata. Kondisi ini dapat disebabkan alergi atau infeksi bakteri atau virus.
Konjungtivitis bisa sangat menular dan menyebar melalui kontak dengan sekresi mata dari orang
yang terinfeksi.
◦ Gejala meliputi mata kemerahan, gatal, dan berair. Hal ini juga dapat menyebabkan keluarnya kotoran
atau pengerasan kulit di sekitar mata
Pendahuluan
berikut adalah cara untuk menegakkan diagnose dariconjutivitis

Anamnesis Menegakkan diagnose

◦ Data pribadi ◦ Vital sign


◦ Keluhan utama ◦ Head toe too
◦ Riwayat pribadi, riwayat penyakit keluarga, ◦ Pemeriksaan lokalisata
sosial ekonomi, dan gizi ◦ Apabila ada komplikasi makan akan dirujuk
ke dokter spesialis
Definisi
◦ Konjungtivitis adalah peradangan pada selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan berbagai macam gejala, salah
satunya yaitu mata merah. Setiap peradangan pada konjungtiva dapat menyebabkan
melebarnya pembuluh darah sehingga menyebabkan mata terlihat merah. Konjungtivitis dapat
disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, clamidia, atau kontak dengan benda asing, misalnya
kontak lensa. Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan dan self limited desease,
namun pada beberapa kasus dapat berlanjut menjadi penyakit mata yang serius.
Etiologi
◦ Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
◦ 1) Infeksi oleh virus, bakteri, atau clamidia.
◦ 2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
◦ 3) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
◦ 4) Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
konjungtivitis.
◦ Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau
campuruan keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai 48 jam
setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.
Patofsiologi
◦ Conjutivitis disebabkan oleh Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna. Karena
mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran pembuluh darah
disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa
nyeri dan adanya sekret mukopurulen (Silverman, 2010).
◦ Konjungtiva, karena posisinya terpapar pada banyak organisme dan faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Ada beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar, seperti air mata.
Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan infeksi bakteri, mucus menangkap debris dan
mekanisme memompa dari palpebra secara tetap akan mengalirkan air mata ke ductus air mata. Air mata
mengandung substansi anti mikroba termasuk lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada
epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau
granuloma
◦ . Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertropi lapis limfoid stroma atau
pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan
fibrin dan pus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan 13 perlengketan tepian palpebra
pada saat bangun tidur (Bielory, 2010; Majmudar, 2010).
◦ Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh mata konjungtiva
posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada formiks dan mengurang kearah limbus.
Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertropi papilla yang sering
disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air
mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air mata
(More, 2009).
Klasifikasi
Konjungtivitis bakteri
Konjungtivitis bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada konjungtivitis ini
biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan iritasi pada mata (James, 2005)
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui
tangan dan dapat menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering
kontak dengan penderita, sinusitis dan imunodefisiensi (Marlin, 2009).
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada
jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotik (Vischer, 2009)
Konjungtivitis virus
◦ Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara
penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri (Vaughan, 2010).
◦ Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak
menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini dapat
juga disebabkan oleh virus Varicela zoster, picornavirus (enterovirus 70, coxsackie A24), poxvirus, dan human
immunodeficiency virus (Scott, 2010)
Konjungtivitis alergi
◦ Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi
pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et al, 16 2009).
◦ Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjunngtiva adalah reaksi hipersensitivitas
tipe 1 (Majmudar, 2010).
◦ Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis
alergi tumbuhtumbuhanyang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal,
keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivtis papilar raksasa (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis jamur
◦ Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang
terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan
pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. 17 Selain candida sp, penyakit ini juga bisa
disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan Coccidioides immitis walaupun
jarang (Vaughan, 2010)
Gejala
  virus bakteri Alergi Jamur

Gatal Minimal Minimal Berat Minimal

Hiperemia Generalisata Generalisata Generalisata Generalisata

Secret Serous mucous Purulen, kuning, Viscus Purulent


krusta

Lakrimasi Banyak Sedang Sedang Sedang

Adenopati Lazim Tidak lazim Tidak ada Lazim hanya


Preaurikular padakonjungtivitis
inklusi
Eksudasi Minimal Banyak Minimal Banyak

Radang tenggorok Kadang -kadang Kadang-kadang Tidak pernah Tidak pernah


dan demam
Diagnosis
Anamnesi pribadi Anamnesis keluhan

◦ Nama ◦ Mata merah o Riwayat kebiasaan :


◦ Usia ◦ Gatal
menggunakan lensa kontak,
◦ Alamat ◦ Sekret mata kontak terhadap debu dll
◦ Pekerjaan ◦ Rasa mengganjal o Riwayat obat
◦ Suku dan agama ◦ Silau o Riwayat penyakit keluarga
◦ Status perkawinan ◦ Riwayat alergi o Lingkungan
◦ Status ekonomi o gizi
Pemeriksaan fisik
Conjutivitis viral Conjutivitis bacterial

◦ Hiperemia ◦ injeksi konjungtiva


◦ Folikel ◦ palpebra bengkak dan eritema
◦ Papillae konjutiva tarsalis ◦ sekret mata mukopurulen
◦ Edema palpebra ◦ Papillae
◦ Sekret mata serosa
◦ Limfadenopati
◦ Infeksi adenovirus dapat juga menimbulkan
gejala demam
Conjutivitis alergi Conjutivitis jamur

◦ injeksi konjungtiva ◦ Bercak putih


◦ kemosis konjungtiva
◦ edema palpebra
◦ giant papillae 
◦ . Sekret mata serosa (cair, bening).
◦ Blepharitis
◦ Dry eyes sindrom
◦ Keratitis bacterial, viral
◦ Skleritis
◦ Episkleritis
Diagnosis banding
◦ Blepharitis
◦ Dry eyes sindrom
◦ Keratitis bacterial, viral
◦ Skleritis
◦ Episkleritis
Tatalaksana
◦ Terapi medikamentosa konjungtivitis disesuaikan dengan penyebab yang melatarbelakangi.
 Konjungtivitis Viral
◦ Antiviral topikal seperti gel genciclovir, salep idoxuridine, salep vidarabine, dan tetes mata
trifluridine biasanya digunakan pada kasus konjungtivitis akibat infeksi virus herpes simpleks.  
◦ Pada kasus konjungtivitis akibat infeksi virus varicella zoster, pasien diberikan antiviral berupa
asiklovir 5 x 600-800 mg/ hari selama 7-10 hari.
◦ Valasiklovir 3x1000 mg/hari dan famsiklovir 3 x 500 mg/ hari selama 7-10 hari pemberian juga dapat
digunakan untuk mengobati konjungtivitis pada herpes zoster.
 Konjutivitis bacterial
◦ terapi medikamentosa konjungtivitis bakterial dapat berupa pemberian antibiotik topikal seperti
kloramfenikol, aminoglikosida (gentamisin, neomisin, tobramisin), kuinolon (ofloxacin, levofloxacin,
dan sebagainya), makrolid (azitromisin, eritromisin), polimiksin B, dan bacitracin. Pemberian
antibiotik topikal biasanya dengan dosis 4 kali per hari selama 1 minggu pemberian.
 Konjutivitis alergi  
◦ Konjungtivitis alergi dapat diterapi menggunakan beberapa jenis obat seperti antihistamin
topikal, mast cell stabilizer, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat antiinflamasi non steroid
(OAINS).
◦ Antihistamin topikal mata yang dapat digunakan adalah epinastine dan azelastine. Antihistamin oral
juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gatal sehingga pasien tidak mengusap mata terus
menerus.
Prognosis
◦ Prognosis konjungtivitis umumnya baik. Penyembuhan dapat terjadi sempurna tanpa komplikasi pada
hampir sebagian besar kasus konjungtivitis viral dan bakterial. Komplikasi pada konjungtivitis biasanya
terjadi akibat infeksi kuman tertentu seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.
Komplikasi pada kornea juga sering terjadi pada kasus konjungtivitis alergi subtipe atopik dan vernal
yang dapat menyebabkan kekeruhan kornea
◦  
Edukasi
◦ menghindari mengusap mata dengan tangan yang kotor, sebisa mungkin menghindari paparan alergen,
menghindari penggunaan lensa kontak untuk sementara waktu, dan melakukan kompres dingin untuk
mengurangi keluhan gatal dan perih. Pasien disarankan untuk beristirahat di rumah untuk sementara
waktu untuk mencegah penularan di sekolah atau tempat kerja
Referensi
◦ ‌Musbidiany, Yogiantoro. (1997). Uji Komparasi Levocabastine Versus Sodium Cromoglycate Topical pada
Konjungtivitis Vernal di RSUD Dr. Sutomo. Ophthalmologica Indonesiana 17: 41-6

◦ Rapuano, C.J., dkk (2008). Conjunctivitis. American Academy of Ophthalmology. Diakses 22 agustus 2020, dari
http://one.aao.org/asset.axd.

◦ Scott, I,U. (2010) Viral Conjunctivitis. Department of Opthalmology and Public Health Sciences. Diakses 23 agustus
2020, dari : http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.

◦ Silvernan. (2010). Conjunctivitis. Departement of Emergency Medicine: Harbor Hospital. Diakses 23 agustus 2020,
dari: http://emedicine.medscape.com/article/797874-overview.

◦ Sunarjo, Hartono (2007). Ilmu Kesehatan Mata. FK UGM. Yogyakarta, 33-40. Tarigan, Ikarowina. (2010, 17
Februari). Kain dan Tangan Penyebab Mata Merah. Media Indonesia. Tim KTI UNDIP. (2005).
◦ Sunarjo, Hartono (2007). Ilmu Kesehatan Mata. FK UGM. Yogyakarta, 33-40. Tarigan, Ikarowina. (2010, 17 Februari). Kain dan
Tangan Penyebab Mata Merah. Media Indonesia. Tim KTI UNDIP. (2005).

◦ Majmudar. (2010). Conjunctivitis, Alergic, Departement of Ophthalmology: Rush. Presbytarian-St. Luke’s Medical Center.
Diakses 22 Agustus 2020 , dari: hhtp://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview.

◦ Marlin, D.,S., (2005). Bacterial Conjunctivitis. Penn State College of Medicine.23 agustus 2020 , dari :
http://emedicine.com/article/1191370- overview.

◦ https://www.alomedika.com/author/general_alomedika. “Diagnosis.” Alomedika, Alomedika, 9 Jan. 2019,


www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/konjungtivitis/diagnosis. Accessed 23 Aug. 2021.

◦ “Edukasi Dan Promosi Kesehatan.” Alomedika, Alomedika, 10 Jan. 2019,


www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/konjungtivitis/edukasi-dan-promosi-kesehatan. Accessed 23 Aug. 2021.

◦ “Penatalaksanaan.” Alomedika, Alomedika, 9 Jan. 2019,


www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/konjungtivitis/penatalaksanaan. Accessed 23 Aug. 2021.

◦ “Prognosis.” Alomedika, Alomedika, 9 Jan. 2019, www.alomedika.com/penyakit/oftalmologi/konjungtivitis/prognosis.


Accessed 23 Aug. 2021.

Anda mungkin juga menyukai