Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN FIELDTRIP MATA KULIAH KESEHATAN

REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

Oleh Kelompok 4:
1. Azzahro Fadhila M. M(P07124119033)
2. Luluk Setyoningrum(P07124119034)
3. Ria Iriyanti (P07124119035)
4. Niken Ayu Anggraeni(P07124119036)
5. Juwita Yimma Atma B.(P07124119037)
6. Ade Rahmawati (P07124119038)
7. Kartika Dewi Candra(P07124119039)
8. Sephia Okta Maharani(P07124119040)
9. Nur Anisa Dinda Safitri(P07124119056)
LSM VICTORY PLUS
1.Profil Victory Plus
Yayasan Victory Plus Yogyakarta adalah salah satu yayasan yang bergerak dalam memberikan dukungan langsung kepada
orang yang terdampak dengan HIV dan AIDS. Yayasan ini adalah kelompok penggagas dukungan sebaya dan pemberdayaan
ODHA yang berdiri sejak tahun 2004. Yayasan Victory Plus ini didirikan oleh Samuel Rachmat Subekti dan Yan Michael pada 16
November 2004. Yayasan Victory Plus berlokasi di Jalan Tunggorono No. 5, Mrican, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta.
Sebelum menjadi sebuah yayasan, Victory Plus dulunya merupakan sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak
di bidang rehabilitas pecandu narkoba bernama LSM Rajawali. Awal mula didirkannya yayasan ini didasari kegelisahan bapak
Samuel dan bapak Yan terhadap para pecandu yang divonis positif HIV/AIDS pada saat itu dimana mereka mereka
mengasingkan diri atau bahkan diasingkan. Oleh sebab itu, LSM Rajawali diubah oleh bapak Samuel dan bapak Yan menjadi
LSM Victory Plus
2.Visi dan Misi Victory Plus
a.Visi:
1) Kualitas hidup ODHA dan OHIDHA yang lebih baik
2) Wadah pemberdayaan ODHA dan OHIDHA yang bebas dari stigma dan diskriminasi.
b.Misi
1) Pemberdayaan ODHA dan OHIDHA
2) Mendorong keterlibatan ODHA dan OHIDHA dalam penanggulangan HIV dan AIDS.
3)Mendukung program pemerintah, lalu mengedukasi orang di luar sana yang berpendidikan SD, SMP, dan SMA
agar tidak ada lagi kasus baru.
3.Tujuan Victory Plus
a.Membuat ODHA Percaya Diri
b.Memiliki pengetahuan tentang HIV
c.Memiliki akses dan menggunakan layanan dukungan, pengobatan, dan perawatan.
d.Tidak menularkan virus pada orang lain
e.Menaungi atau melindungi orang yang terdeteksi HIV dalam mengakses pengobatan dan edukasi.

4. Sasaran
Victory Plus melayani para ODHA (HIV+) dan OHIDHA yang bersedia dibina oleh pihak Victory Plus, tetapi diutamakan
Klien dengan ODHA.
5.Program- Program Victory Plus
a.Pembedayaan ODHA lewat kelompok Dukungan Sebaya.
Para ODHA (Orang dengan HIV AIDS) yang membantu teman-teman sesama penderitanya untuk tetap bisa
bertahan hidup dengan memberikan dukungan psikologis bagi para ODHA khususnya ODHA yang baru melalui
Konseling.Program ini dijalankan dibeberapa daerah DIY, meliputi:
1)Yogyakarta
a) Diadjeng (Kelompok dukungan bagi ODHA Perempuan, WPS, Pecandu Perempuan dan Ibu Rumah Tangga di
Wilayah Kota Yogyakarta).
b) Violet Community (Kelompok Dukungan bagi ODHA Waria di Wilayah Kota Yogyakarta).
c) Metacom/Metamorphosis Community (Kelompok Dukungan bagi ODHA Pasien Rumah Sakit Bethesda).
LANJUTAN …
2)Sleman:
a) Dimas (Kelompok dukungan bagi ODHA Laki-laki, Pecandu Laki-laki, LSL dan LDR di Wilayah Sleman)
b) Jogja Family Support (Kelompok dukungan bagi OHIDHA Di Wilayah Sleman).
c) Talitakun (Kelompok dukungan bagi ODHA Waria, Perempuan, dan Anak Jalanan di Wilayah Sleman).
3) Bantul:
a) Contrast (Kelompok Dukungan bagi ODHA dan OHIDHA Pasangan Suami -Istri di Wilayah Bantul).
b) Bantul Support Group (Kelompok Dukungan bagi ODHA di Wilayah Bantul).
4) Kulon Progo dan Gunung kidul:
a)Menoreh Plus (Kelompok Dukungan bagi ODHA di Wilayah Kulon Progo).
b) Kendari (Kelompok Dukungan bagi ODHA Perempuan di Wilayah Gunung Kidul).
LANJUTAN …
b. Pendampingan ODHA dan OHIDHA di Rumah (home visit)
c. Pendampingan ODHA dan OHIDHA di Rumah Sakit/ klinik.
d. Peningkatan Penghasilan ODHA (Income Generating)
e. Pelatihan / Training.
PROFIL NARASUMBER
Nama : Vincent yoga
Umur : 30 tahun
Pendidikan terakhir : S1 Bahasa Inggris
Asal : Yogyakarta
Menderita HIV-AIDS sudah 1 tahun. Bergabung di Victory Plus menjadi pendamping
sebaya sudah 1 bulan. Merupakan pennerjemah Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia,
sering menerjemahkan dokumen atau seminar.
RESUME PEMBAHASAN
HIV adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh, dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4.
Semakin banyak sel CD4 yang dihancurkan, kekebalan tubuh akan semakin lemah, sehingga rentan diserang
berbagai penyakit. Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius yang
disebut AIDS. AIDS adalah stadium akhir dari infeksi virus HIV. Sampai saat ini belum ada obat untuk menangani
HIV dan AIDS. Akan tetapi, ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, dan dapat
meningkatkan harapan hidup penderita HIV dan AIDS. Biasanya bagi orang-orang yang aktif dalam seks atau
mempunyai partner diajurkan untuk tes HIV minimal tiga bulan sekali. Apabila belum menikah dan akan
menikah maka sebelum pernikahan memang harus tes HIV terlebih dahulu untuk kepentingan kesehatan diri
sendiri dan pasangannya.
LANJUTAN …
Di victory plus kita bisa mengajak ODHA untuk bergabung dan membangun kepercayaan diri mereka dari
stigma masyarakat dengan cara membangun komunikasi dan meyakinkan bahwa mereka tidak sendiri. Selain itu,
mereka masih bisa memberikan hal-hal yang positif untuk masyarakat sekitar.
Dalam edukasi victory plus kepada pasien mungkin masih ada beberapa kendala seperti penolakan dalam
keluarganya sendiri, padahal dukungan keluarga merupakan peran yang penting untuk memberikan pendampingan
dan kepercayaan pada penderita hiv agar mau untuk terbuka dan bisa saling memberikan motivasi serta saran yang
terbaik. Jika terdapat kasus ibu hamil yang reaktif ataupun positif HIV lalu ia tidak tahu sampai ia melahirkan dan
otomatis bayi dari ibu tersebut juga tertular. Maka dari itu, untuk pengobatan bayinya adalah melalui ibu sebelum
usia bayi tersebut enam minggu.
LANJUTAN …
Namun, jika bayi tersebut sudah menginjak usia enam minggu maka dilakukan tes HIV lagi karena masih ada
harapan untuk hasil non-reaktif, jika reaktif maka untuk pengobatannya sudah mandiri tidak melalui ibunya lagi.
Mengenai respon dari keluarga narasumber saat mengetahui bahwa ia reaktif adalah tetap support dalam
keadaan apapun. Narasumber sendiri merasa terpuruk dan menemui psikolog yang pada akhirnya didiagnosa
depresi tingkat sedang. Setelah itu, narasumber diajak untuk bergabung dengan victory plus dan ia ingin
berguna dan bisa memberi motivasi untuk sesama. Tanggapan pasangan dari narasumber tetap menerima dan
setelah pasangan tes HIV ternyata juga reaktif dan sekarang masih aktif berhubungan seksual.
IDENTIFIKASI PELAKSANAAN PROGRAM
1.Masalah
a.Untuk ODHA dari luar DIY, Victory Plus tidak dapat membantu dari biaya atau tidak bisa didaftarkan dalam
jaminan.
b.Keterbatasan dana yang hanya bersumber dari satu donor dan bersifat kontrak, sehingga membuat Victory
Plus menahan pengeluaran.
2. Hambatan
a. SDM
b. Dana
c. Diskriminasi
3. Pemecahan Masalah
Dengan turun kelapangan langsung dan memberikan pengertian tentang HIV-AIDS meliputi bahaya,
gejala dan lain-lain. Selain itu, LSM Victory Plus ini juga aktif di layanan kesehatan pada pukul 10.00-12.00 WIB di
puskesmas layanan kesehatan meliputi Puskesmas Mantrijeron, Puskesmas Tegal, Rumah Sakit Panti Rapih,
Rumah Sakit Sardjito dan lainnya.
REFLEKSI
Dari materi yang telah disampaikan oleh narasumber Victory Plus, beberapa hal yang dapat kelompok kami
refleksikan adalah setiap orang pasti menginginkan badan yang sehat dan tidak ada orang yang dengan sukarela
ingin terkena virus khususnya HIV/AIDS sehingga sebagai bagian dari masyarakat dan calon tenaga kesehatan
yang telah memahami tentang virus HIV/AIDS, kita tidak boleh merendahkan, memandang sebelah mata bahkan
mencemooh orang yang terkena virus tersebut. Seharusnya sikap kita adalah memberi dukungan dan
penyemangat orang-orang tersebut agar mereka bisa bangkit dari keterpurukannya. Kita juga harus membantu
mereka untuk segera mendapatkan perawatan jika telah terdiagnosis supaya dapat selamat dan tidak
menularkan ke orang lain khususnya anak dan pasangan mereka.
REFLEKSI

Kemudian kita dapat berbagi ilmu pengetahuan kepada masyarakat dimulai dari orang terdekat yaitu lingkungan
keluarga, teman dan tetangga tentang hal- hal yang berkaitan dengan HIV/AIDS sehingga jika mereka mengetahui
ada orang yang terdiagnosis HIV/AIDS keluarga dan masyarakat tidak langsung berpikiran buruk tentang mereka
justu merangkul mereka karena sebagian besar masyarakat yang tidak mengetahui tentang HIV/AIDS cenderung
akan melakukan diskriminasi dan membuat stigma negative di masyarakat awam.
LSM RIFKA ANNISA
GAMBARAN RIFKA ANNISA
Rifka Annisa berdiri pada 1993 di Yogyakarta sebagai pusat penanganan kekerasan berbasis gender yang
pertama di Indonesia. Dengan fasilitas konseling psikologis dan bantuan hukum yang tidak dipungut biaya, Rifka
Annisa dengan cepat menjadi salah satu LSM feminis paling dikenal. Jumlah klien yang mengadukan kasus pun
bertambah setiap tahunnya, menandakan Rifka Annisa telah berhasil menjalankan makna dari namanya teman
perempuan.
Suwarni Angesti Rahayu, Musrini Daruslan, Sri Kusyuniati, Desti Murdijana, Latifah Iskandar, dan Sitoresmi
Prabuningrat adalah enam pendiri Rifka Anisa. Mereka merupakan aktivis perempuan ternama pada masanya, yang
disatukan atas keprihatinan yang sama banyaknya kasus kekerasan terhadap perempuan, korban yang tidak
berdaya, dan warga yang tahu tapi diam saja, dengan dalih itu urusan pribadi rumah tangga mereka.
GAMBARAN RIFKA ANNISA
Pada awalnya kehadiran Rifka Annisa tidak diterima dengan baik oleh warga Yogyakarta. Banyak yang
beranggapan bahwa lembaga ini memasuki ranah yang, menurut orang jawa, ora ilok (tidak baik). Ada juga
sebagian warga yang menjulukinya sebagai “lembaga pencerai”, karena korban perempuan yang mengadukan
kasus ke Rifka Annisa biasanya berakhir dengan meminta cerai pada pasangannya.
Dengan berbagai usaha penggalangan dana, sumbangan dana dari donatur, serta bantuan sponsor, Rifka Annisa
perlahan mulai membangun dirinya dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. “Tahun 1995 itu kami masih
sosialisasi, masih dapat banyak feedback negatif dari masyarakat sekitar. Tiga tahun kemudian, klien mulai
berdatangan. Ternyata banyak perempuan yang merasa butuh wadah dan bantuan untuk kasus kekerasan yang
mereka alami. Klien yang datang ke Rifka Annisa meningkat drastis setelah warga mengetahui layanan yang
mereka tawarkan.
Mulai dari konseling psikologis dengan ahli psikolog perempuan, konsultasi dan pendampingan hukum,
sampai dengan konseling perubahan perilaku bagi pasangan pihak laki-laki, semua itu ditawarkan secara gratis.
Hal itu dikarenakan. Rifka Annisa menjalankan sepenuhnya peran yang ada di balik namanya, yaitu “teman
perempuan” tentunya teman tidak mungkin meminta biaya atas bantuan yang diberikan. Rifka Annisa
menjalankan segala penanganan kasusnya secara tripartheid atau kerja sama tiga arah. Kerja sama tersebut
meliputi pihak lembaga pendamping, rumah sakit, serta kepolisian, yang berarti bahwa segala kasus kekerasan
yang masuk di salah satu pihak tersebut, akan diproses bersama oleh ketiganya.
“Terkadang kami dapat panggilan dari rumah sakit, karena ada pasien yang terindikasi sebagai korban
kekerasan. Lain waktu kami dapat rujukan dari kepolisian, karena ada tetangga korban atau bahkan korbannya
langsung yang melaporkan kasus kekerasan yang dialami. Untuk lembaga pendamping, biasanya kami kerja
sama untuk tindak lanjutnya, terutama bantuan hukum.
Selain penanganan kasus, Rifka Annisa juga menjalankan berbagai macam program preventif. Upaya-upaya
pencegahan tersebut dilakukan dengan cara sosialisasi lewat leaflet, poster, situs, dan berbagai media lainnya,
termasuk media hiburan
Program yang dilakukan melalui media hiburan di antaranya seperti pembuatan film pendek dan dokumenter
mengenai kekerasan berbasis gender, siaran mingguan di Radio Istakalisa (96.2 FM), sampai kampanye
beranggotakan para seniman Yogyakarta dengan nama Rannisakustik pada 2008. Rifka Annisa juga memiliki
peran penting dalam penyusunan kebijakan pemerintah. Munculnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga merupakan hasil advokasi Rifka Annisa beserta beberapa LSM
feminis lainnya. Undang-undang lain terkait penghapusan kekerasan berbasis gender seperti Undang-Undang
No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dan Undang-Undang No. 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak (diperbarui menjadi UU No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak) juga
merupakan hasil dari kerja keras para aktivis perempuan ini.
RESUME MATERI RIFKA ANNISA
Menurut deklarasi PBB tentang Penghapusan Kekkerasan Terhadap Perempuan tahun 1993 Ayat 1,
kekerasan pada permupuan adalah Tindakan kekerasan yang dilakukan dengan berbasis pada gender/ jenis
kelamin yang akan mengakibatkan rasa sakit dan penderitaan pada perempuan baik secara fisik, psikologis,
ataupun seksual. Dalam hal ini ancaman, paksaan, pembatasan kebebasan yang terjadi di area public atau
domestic.
Faktor- faktor yang menyebabkan terjadinya kekerasan adalah mulai dari miskomunikasi satu sama lain,
ekonomi yang kurang mendukung, iri terhadap kelebihan orang lain, Pendidikan, kemiskinan, cemburu,
kontruksi gender, relasi kuasa, dan lain- lain.
1.Bentuk kekerasan
Fisik:memukul, menendang, menggigit, meludahi, mencubit, membakar, mendorong, menyentak-
nyentak, membanting, mencekik, dan lain- lain.
Psikologis: mengedalikan aktivitas, memanfaatkan informasi pribadi, menuntut, sering mengintrograsi,
menghina, mengancam, merendahkan, berbohong, dan lain- lain.
Seksual: memaksa berhubungan seksual, menyentuh daerah yang membuat tidak nyaman, melakukan
pemaksaan aborsi, mengirim video vulgar, dan lain- lain.
Ekonomi: mengontrol keuangan yang belebihan, mengeksploitasi secara finansial.
Social: melakukan bullying, menyebar rumor, memfitnah, mengekang pergaulan dari keluarga dan teman,
dan lain- lain.
2.Jenis kekerasan seksual
a). Perilaku kontak (langsung) Menyentuh area pribadi (penis, vagina, dada, pantat, paha, atau anus)
Meminta menyentuh area pribadi orang lain. Menaruh objek atau bagian tubuh (seperti jari, lidah
atau penis) ke dalam vagina, mulut, atau anus,membelai, menyentuh, mencium atau meremas bagian
tubuh,meminta membelai, memegang, mencium, meremas tubuh dan alat kelamin orang lain.

b). Perilaku non kontak (tidak lansung) Memperlihatkan materi pornografi,memperlihatkan area pribadi
meminta untuk berinteraksi seksual dengan orang lain atau dengan hewan, mengintip mandi atau
berpakaian tanpa sepe-ngetahuan yang bersangkutan,memperlihatkan aktivitas seksual bercanda
mengenai masalah seksual,memotret untuk tujuan seksual, Expoitasi melalui prostitusi atau membuat
material pornorafi

3. Bentuk kekerasan seksual: 9 kekerasan seksual yaitu mulai dari pelecehan seksual, eksploitasi seksual,
pemaksaan kontrasepsi, pemaksaan abosrsi, pemerkosaan, pemkasaan perkawinan, pemaksaan pelacuran,
perbudakan seksual dan penyiksaan seksual.
4.Dampak dari kekerasan

Fisik: memar, luka, HIV/AIDS, IMS, patah tulang, cacat fisik, kematian, dan lain- lain.

Psikis: trauma, kepercayaan diri rendah atau menghilang, despresi, stress, malu dan terhina, keingnan bunuh diri

tinggi, dan lain- lain.

Sosial: dikucilkan oleh masyarakat setempat, dianggap buruk dan tidak beretika, disalahkan, dan lain- lain.

Ekonomi: mengeluarkan biaya besar untuk melakukan pemulihan dan pengobatan, keluar dari Pendidikan atau

pekerjaan, dan lain- lain.


5. Tanda- tanda kemungkinan terjadinya kekerasan seksual
a). Terjadi perubahan perilaku yang drastis, misal menjadi murung, menutup diri, tidak mau sekolah, enggan bergaul,
tidak nafsu makan, dan mengurung diri.
b). Mudah takut dan cemas ketika bertemu orang tertentu dengan ciri tertentu.
c). Merasa sakit ketika buang air kecil, kemerahan di alat kelamin, atau terjadi memar, lecet di alat kelamin. Kadang-
kadang justru tidak ada dampak secara fisik karena terjadinya kekerasan sudah cukup lama.
6. Hal yang harus dilakukan ketika seseorang mengalami kekerasan seksual
a). Tidak menyalahkan korban
b). Memberikan bantuan yang dibutuhkan.
c). Membantu untuk mendokumentasikan bukti
d). Menjaga privasi korban.
7.Pencegahan yang harus dilakukan agar tidak ada kekerasan seksual atau kekerasan dalam rumah tangga:
a.Sebelum menikah:
1)Selektif dalam memilih pasangan
2)Melakukan komitmen sebelum menikah kalua perlu ada hitam diatas putih (surat kesepakatan)
3)Menyamakan visi misi
b.Setelah menikah
1)Saling menghormati dan mengahargai antar pasangan
2)Berbagi person satu sama lain
3)Terbuka dalam komunikasi/ jujur
4)Asertif
REFLEKSI
Dari pemaparan materi yang telah di sampaikan oleh narasumber Rifka Annisa, beberapa hal yang dapat
direfleksikan kelompok kami adalah ketika kita menemukan suatu kasus yang mengarah ke kekerasan
terhadap perempuan khususnya pelecehan seksual kita harus berani dan segera menolong korban kemudian
melaporkannya pelaku ke pihak yang berwajib, supaya tidak ada korban-korban lainnya. Kemudian kita tidak
oleh berpikir negative terhadap korban dan memaksa korban untuk cerita karena setiap korban memiliki
tingkat trauma sendiri-sendiri sehingga kita harus menunggu dan menjadi pendengar keluhan korban,
jangan menyela maupun menyalahkan korban.
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai