dapat disegmentasikan atas kesatuan bermakna yang lebih kecil lagi.
Contoh: meja, bunga, mobil, virus
Masing-masing kata di atas tidak bisa dibagi/disegmentasikan atas kesatuan bermakna. Oleh sebab itu, masing-masing kata di atas tergolong ke dalam morfem, • Morf: merupkan bentuk yang belum diketahui statusnya, apakah sebagai morfem atau sebagai alomorf. • Sebenarnya, wujud fisik morf sama dengan wujud fisik alomorf. Adapun morfem merupakan “abstraksi” dari alomorf atau alomorf-alomorf yang ada. • Ramlan menyebutkan bahwa alomorf adalah keseluruhan variasi bentuk dari sebuah morf. 4. Prinsip Pengenalan. Morfem
Prinsip-prinsip pengenalan morfem ini sangat
bermanfaaf dalam mengidentifikasi jumlah morfem dalam suatu konstruksi kata. Prinsip I Prinsip II Prinsip III Prinsip IV Prinsip V Prinsip VI • Prinsip 1 Satuan-satuan yang memiliki sruktur fonologik dan arti yang sama merupakan satu morfem. Contoh: makan nasi, sudah makan, makan kue, pergi makan Kata makan pada masing-masing data di atas memiliki struktur fonologik dan arti yang sama. Oleh sebab itu, masing-masing kata tersebut terdiri atas satu morfem. • Prinsip 2 Satuan-satuan yang memiliki sruktur fonologik yang berbeda merupakan satu morfem apabila perbedaan tersebut dapat dijelaskan secara fonologis.
Contoh: satuan mem-, men-, meny-, meng-, me-, dan
menge- pada kata membaca, mendengar, menyapu, menggoreng, melepas, dan mengelem memiliki makna yang sama, yaitu menyatakan makna ‘perbuatan atau tindakan aktif’
Masing-masingnya memang memiliki struktur fonologis
yang berbeda. Akan tetapi, perbedaan struktur tersebut dapat dijelaskan secara fonologis. • Prinsip 3 Satuan-satuan yang memiliki sruktur fonologik yang berbeda sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologis, masih dapat dianggap sebagai satu morfem apabila mempunyai arti atau makna yang sama dan memiliki distribusi komplementer. Contoh: satuan bel- pada kata belajar.
Satuan bel- pada kata belajar, tidak dapat dirumus secara
fonologis perubahannya. Sebab tidak bisa dirumuskan bahwa ber- akan berubah menjadi bel-bila bergabung dengan kata yang berawal dengan fonem /a/. Akan tetapi, ber- akan berubah menjadi bel- apabila bergabung dengan sastu-satunya kata, yaitu kata ajar. Peristiwa inilah yang disebut dengan berdistribusi secara komplementer. • Prinsip 4 Apabila dalam suatu deretan strukutr, suatu- satuan berparalel dengan suatu kekosong maka kekosongan itu dianggap sebagai satu morfem yang disebut dengan morfem zero. Contoh: 1) Ayah membeli rokok. 2) Ibu mencuci pakaian. 3) Adik minum susu. 4) Kakak makan nasi goren. 5) Dia minum jus tomat. • Kalimat (1 hingga 5) merupakan kalimat tunggal yang terdiri atas unsur S, P, dan O.
Masing-masing predikatnya merupakan verba
transitif. Kalaimat (1 hingga 3) verbanya ditandai dengan kehadiran awalan men- sedangkan kalimat 4, 5, dan 6 ditandai dengan kekosongan. Artinya, tidak ditandai dengan kehadiran men- secara eksplisit. Kekosongan inilah yang disebut dengan morfem zero. • Prinsip 5 Satuan-satuan yang memiliki sruktur fonologik yang sama, mungkin merupakan morfem yang sama, mungkin pula merupakan morfem yang berbeda. Apabila memiliki makna yang sama, bearti merupakan morfem yang sama. Sebaliknya, bila memiliki arti yang berbeda berarti morfem yang berbeda. Contoh: Kata buku pada kalimat Dia membeli buku dan Buku itu harganya mahal merupakan morfem yang sama karena memiliki makna atau arti yang sama. Akan tetapi, kata buku pada kalimat Buku tebu itu keras sekali merupakan morfem yang berbeda karena memiliki arti yang berbeda. • Prinsip Setiap satuan yang dapat dipisahkan merupkan Contoh: 1) membeli 2) mencuci 3) pakaian. 3) melarikan 5) ketiduran
Masing-masing kata berafiks di atas, dapat dipisahkan dari
kata dasarnya, mem- dengan beli men- dengan cuci, me- dengan lari dengan –kan, ke-an dengan tidur . Masing-masing satuan yang dapat dipisahkan. Setiap satuan yang dapat dipisahkan itu merupakan satu morfem.