Anda di halaman 1dari 22

PERATURAN JABATAN

PPAT

Dr.Hj.Rianda Riviyusnita,S.H.,M.Kn.
I. A. PPAT SEBAGAI PEJABAT UMUM

 Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pembuat Akta
Tanah :

“Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut PPAT


adalah pejabat umum yang diberi kewenangan
untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau hak
milik atas satuan rumah susun “.
Akta-akta yang termasuk kewenangan PPAT :

1. Akta Jual Beli;


2. Akta Tukar Menukar;
3. Akta Hibah;
4. Akta Pemasukan ke dalam perusahaan inbreng;
5. Akta Pembagian Hak Bersama;
6. Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;
7. Akta Pemberian Hak Tanggungan;
8. Akta Pemberian kuasa membebankan hak tanggungan.
B. PPAT SEMENTARA

PPAT Sementara adalah pejabat pembuat akta tanah yang ditunjuk karena jabatannya
yang sedang di jabat di suatu daerah wilayah tertentu seperti Camat dalam satu wilayah
Kecamatan dan Kepala Desa yang digolongkan masih terpencil.
Pasal 1 angka2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah menyebutkan:
“PPAT Sementara adalah pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup
terdapat PPAT”.
c. PPAT KHUSUS

 Pasal 1 angka 3 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor
1 Tahun 2006 tentang ketentuan pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah:
“PPAT Khusus adalah Pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya
untuk melaksanakan tugas PPAT dengan membuat akta PPAT tertentu khusus dalam rangka
pelaksana program atau tugas pemerintah tertentu”.
Akta Khusus yang dibuat Akta Peralihan Hak Guna Usaha
D. PPAT Pengganti

 Selama PPAT diberhentikan sementara dengan alasan cuti


atau sakit serta alasan lainnya sehingga tidak dapat
menjalankan tugas-tugasnya, maka PPAT yang
bersangkutan mengajukan Surat Permohonan Cuti
sekaligus menunjuk PPAT pengganti kepada Kantor Badan
Pertanahan Nasional Kabupaten/Kota untuk diangkat dan
diambil sumpah sebagai PPAT Pengganti.
PPAT Pengganti diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37
Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
tanah Pasal 31 :
1. Selama PPAT diberhentikan untuk sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau
menjalani cuti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 tugas dan kewenangan PPAT dapat
dilaksanakan oleh PPAT Pengganti atas permohonan PPAT yang bersangkutan;
2. PPAT Pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh PPAT yang
bersangkutan dan diangkat oleh Pejabat Yang Berwenang menetapkan pemberhentian
sementara atau persetujuan cuti di dalam keputusan persetujuan cuti yang bersangkutan
serta diambil sumpahnya oleh Kepala Kantor Pertanahan setempat;
3. Persyaratan untuk menjadi PPAT Pengganti adalah telah lulus program Pendidikan S1
Sarjana Hukum dan telah menjadi pegawai kantor PPAT sekurang-kurangnya 2 (dua)
tahun.
II. PERATURAN JABATAN PPAT

A. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 37 TAHUN 1998


TENTANG PERATURAN JABATAN TENTANG PEJABAT
PEMBUAT AKTA TANAH

 PPAT diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Tentang Pejabat Pembuat Akta
Tanah
 PP nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah ini terdiri dari 9 Bab dan 38 Pasal,
yaitu:
BAB I : KETENTUAN UMUM (Pasal 1 )
BAB II : TUGAS DAN KEWENANGAN PPAT (Pasal 2 – 4)
BAB III: PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PPAT (Pasal 5 – 11 )
BAB IV: DAERAH KERJA PPAT (Pasal 12 – 14)
PP NOMOR 37 TAHUN 1998 Tentang Peraturan
Jabatan Tentang Pejabat Pembuat Akta Tanah

BAB IV : DAERAH KERJA PPAT (Pasal 12 – 14)


BAB V : PENGANGKATAN JABATAN PPAT (Pasal 15 – 18)
BAB VI : PELAKSANAAN JABATAN PPAT (Pasal 19 – 32)
BAB VII : PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (Pasal 33)
BAB VIII : KETENTUAN PERALIHAN (Pasal 34 – 36)
BAB IX : KETENTUAN PENUTUP (Pasal 37 – 38 )
SYARAT DIANGKAT SEBAGAI
PPAT:
• Diatur di dalam Pasal 6 PP nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Tentang Pejabat Pembuat
Akta Tanah :
 Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah :
 Berkewarganegaraan Indonesia;
 Berusia sekurang-kurangnya 30 (tigapuluh) tahun;
 Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian
Setempat;
 Belum pernah dihukum penjara karena melakukan kejahatan berdasarkan putusan Pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
 Sehat jasmani dan rohani;
 Lulusan program Pendidikan spesialis notariat atau program Pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan tinggi;
 Lulus ujian yang diselenggarakan oleh Kantor Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan
Nasional
-Untuk meningkatkan peranan Pejabat Pembuat Akta Tanah serta meningkatkan
pelayanan kepada masyarakat atas pendaftaran tanah perlu melakukan perubahan
terhadap beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

-Maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang


Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan
Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.

B. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 2016


TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
PP NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PP
NOMOR 37 TAHUN 1998 TENTANG PERATURAN JABATAN
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH

PPAT , PPAT SEMENTARA, PPAT KHUSUS,


B.1.

PPAT PENGGANTI
Pengertian PPAT, PPAT Sementara dan PPAT Khusus diatur di dalam Pasal 1, yaitu :
1. Pejabat Pembuat Akta Tanah selanjutnya disebut PPAT, adalah pejabat yang diberi kewenangan untuk
membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun.
2. PPAT Sementara adalah Pejabat Pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya untuk melaksanakan tugas PPAT
dengan membuat akta PPAT di daerah yang belum cukup terdapat PPAT.
3. PPAT Khusus adalah pejabat Badan Pertanahan Nasional yang ditunjuk karena jabatannya untuk
melaksanakan tugas PPAT dengan membuat Akta PPAT tertentu khusus dalam rangka pelaksanaan program
atau tugas Pemerintah tertentu.
 Ketentuan tentang PPAT Pengganti diatur di dalam Pasal 31 PP nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas PP nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
 Persyaratan untuk diangkat menjadi PPAT Pengganti diatur di dalam Pasal 31 ayat (3) PP nomor 24 Tahun
2016 , yaitu :

Persyaratan untuk menjadi PPAT pengganti terdiri atas:


a. Telah lulus program Pendidikan kenotariatan dan telah menjadi
pegawai kantor PPAT paling sedikit selama 1 (satu) tahun; atau
b. Telah lulus program Pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh Kementrian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agrarian/pertanahan.
2. Syarat diangkat sebagai PPAT diatur di dalam
Pasal 6 ayat (1) PP nomor 24 Tahun 2016

Syarat untuk dapat diangkat menjadi PPAT adalah :


a. Warga Negara Indonesia;
b. Berusia paling rendah 22 (duapuluh dua) tahun;
c. Berkelakuan baik yang dinyatakan dengan surat keterangan yang dibuat oleh Instansi Kepolisian setempat;
d. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
e. Sehat jasmani dan rohani;
f. Berijazah sarjana hukum dan lulusan sarjana S2 kenotariatan atau lulusan program Pendidikan khusus PPAT yang
diselenggarakan oleh kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agrarian/pertanahan;
g. Lulus ujian yang diselenggarakan oleh kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
agrarian/pertanahan; dan
h. Telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan pada kantor PPAT paling sedikit 1 (satu)
tahun setelah lulus Pendidikan kenotariatan.
3. RANGKAP JABATAN

 PPAT dapat merangkap jabatan sebagai Notaris di tempat kedudukan Notaris (Pasal 7 ayat (1) PP nomor 24
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah).
 PPAT dilarang merangkap jabatan atau profesi:
a. Advokat, konsultan atau penasehat hukum;
b. Pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara, pegawai badan usaha milik daerah, pegawai swasta;
c. Pejabat negara atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK);
d. Pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta;
e. Surveyor berlisensi;
f. Penilai tanah;
g. Mediator; dan/atau
h. Jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.
4. PINDAH WILAYAH KERJA

Mengenai PPAT yang pindah wilayah kerja di atur di dalam Pasal 9 ayat (1) PP nomor 24
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas PP nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Pasal 9 ayat (1) PP nomor 24 Tahun 1997 menyatakan bahwa :
“PPAT yang merangkap jabatan sebagai Notaris di kabupaten/kota selain pada tempat
kedudukan sebagai PPAT wajib mengajukan pindah tempat kedudukan PPAT pada tempat
kedudukan Notaris pada tempat kedudukan yang berbeda tersebut”.
5. PEMBERHENTIAN PPAT

 Pasal 8 ayat (1) PP nomor 24 Tahun 2016 menyatakan:


(1) PPAT berhenti menjabat sebagai PPAT karena:
a. Meninggal dunia;
b. Telah mencapai usia 65 (enampuluh lima) tahun atau;
c. Diberhentikan oleh Menteri sesuai ketentuan dalam
Peraturan Pemerintah ini.
 Dalam Pasal 10 PP nomor 24 Tahun 2016 diatur tentang
PPAT yang diberhentikan oleh Menteri.
 Pasal 10 ayat (1) PP nomor 24 Tahun 2016 menyatakan:
(1) PPAT yang diberhentikan oleh Menteri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c terdiri atas:
a. Diberhentikan dengan hormat,
b. Diberhentikan dengan tidak hormat;
c. Diberhentikan sementara.
PEMBERHENTIAN PPAT DENGAN
HORMAT
Pasal 10 ayat (2) PP nomor 24 Tahun 2016 mengatur tentang
pemberhentian dengan hormat yaitu :

(2) PPAT diberhentikan dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a, karena:
a. Permintaan sendiri;
b. Tidak lagi mampu menjalankan tugasnya karena keadaan kesehatan badan atau kesehatan jiwanya, setelah
dinyatakan oleh tim pemeriksa kesehatan yang berwenang atas permintaan Menteri/Kepala atau Pejabat
yang ditunjuk;
c. Merangkap jabatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat(2);
d. Dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
dan/atau;
e. Berada di bawah pengampuan secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun.
PEMBERHENTIAN TIDAK HORMAT

PPAT yang diberhentikan dengan tidak hormat diatur di dalam Pasal 10 ayat (3) PP nomor 24
Tahun 2016, yaitu:

(3) PPAT yang diberhentikan dengan tidak hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a , karena:
a. Melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT;
dan/atau
b. Dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
PEMBERHENTIAN SEMENTARA

PPAT yang diberhentikan sementara diatur di dalam Pasal 10 ayat (4) PP nomor 24 Tahun 2016, yaitu :
(4) PPAT diberhentikan sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, karena:
a. Sedang dalam pemeriksaan pengadilan sebagai terdakwa suatu perbuatan pidana yang diancam
dengan hukuman kurungan atau penjara selama-lamanya 5 (lima) tahun atau lebih berat;
b. Tidak melaksanakan jabatan PPAT secara nyata untuk jangka waktu 60 (enampuluh) hari
terhitung sejak tanggal pengambilan sumpah;
c. Melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban sebagai PPAT;
d. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksanakan tugas sebagai Notaris dengan
tempat kedudukan di kabupaten/kota yang lain daripada tempat kedudukan sebagai PPAT.
e. Dalam proses pailit atau penundaan kewajiban pembayaran utang;
f. Berada di bawah pengampuan; dan/atau
g. Melakukan perbuatan tercela.
Terima Kasih
Dr.Hj.Rianda Riviyusnita,S.H.,M.Kn.

Anda mungkin juga menyukai